BKKBN Yogyakarta Lakukan Audit Kasus Stunting, Usai Laporan Melonjak di Gunungkidul Naik
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Yogyakarta bergerak cepat dalam penanganan kasus stunting.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Outputnya berupa Calon Pengantin, Ibu Hamil, Ibu Pasca Salin, Baduta dan Balita yang merupakan data sasaran berisiko stunting yang sudah menyebutkan by name by address untuk dianalisis lebih lanjut dalam Kertas Kerja Audit (KKA). Output Audit Tahap ketiga ini akan menjadi bahan pembahasan dan analisis oleh Tim Teknis dan Tim Pakar guna menentukan langkah intervensi yang diambil. Hal ini dilakulan dalam Audit Tahap keempat nantinya.
Baca juga: Stunting Jadi Bahasan Utama Konferensi Internasional Kependudukan dan Kesehatan di Malang
Sementara pada Tahap keempat, intervensi priortias (spesifik) dapat berupa pemberian makanan dan suplemen tambah darah kepada ibu hamil yang masuk kelompok miskin dan mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK). Selanjutnya bagi Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan dilakukan promosi dan konseling menyusui, promosi dan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak, tata laksana gizi buruk, dan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurang gizi.
Sebelumnya pada Jumat, 21 Oktober 2022 Tim Audit yang sama juga telah diterjunkan di Kelurahan Sendangsari Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulonprogo. Di Kalurahan ini jumlah pasangan calon pengantin (Catin) berisiko melahirkan anak stunting cukup tinggi, yaitu 21 pasang dari 56 pasang Catin. Sedangkan dari 81 ibu hamil ditemukan 18 ibu yang berisiko. Sementara dari 56 ibu nifas ditemukan 3 orang yang anaknya rawan stunting. (*)