Momen Adian Napitupulu Sekakmat Karni Ilyas, Bahas Capres PDIP hingga Anies Baswedan dan KPK

Inilah momen ketika Adian Napitupulu sekakmat pembawa acara tak show Indonesia Lawyers, Karni Ilyas. Bahas Capres PDIP hingga Anies Baswedan dan KPK.

Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
Istimewa
Inilah momen ketika Adian Napitupulu sekakmat pembawa acara tak show Indonesia Lawyers, Karni Ilyas. Bahas Capres PDIP hingga Anies Baswedan dan KPK. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Adian Napitupulu yang hadir dalam tak show Indonesia Lawyers Club sekakmat sang pembawa acara, Karni Ilyas.

Momen itu terjadi ketika Karni Ilyas menanyakan kepastian Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Puan Maharani sebagai calon presiden (capres).

Saat itu Adian juga berbicara soal Anies Baswedan selaku capres Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang terperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Dari PDIP itu sudah (pasti) bahwa Puan (Maharani) yang akan jadi capres," ujar Karni Ilyas kepada Adian Napitupulu, sebagaimana dikutip TribunnewsSultra.com dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club pada Sabtu (8/10/2022).

Baca juga: Adian Napitupulu Sindir Nasdem Umumkan Anies Baswedan Capres, Mulai Ingkar Janji?

Menjawab pertanyaan itu, Adian menyindir bahwa Karni Ilyas tak update informasi.

"Ini pertanyaan yang kadang kala menunjukan Bang Karni tidak membaca median," ujar Adian.

"Karena sudah jelas perintah ketua umum kami, semuanya 100 persen hak prerogatif ketua umum," sambungnya.

"Kalau ketau umum kami belum berbicara, belum ada (capres)," tandas Adian.

Karni Ilyas lalu menimpali bahwa yang dimaksudkan adalah bahasa tubuh yang ditunjukan oleh elite-elite PDIP.

Bahasa tubuh itu seolah-olah menunjukan bahwa Puan Maharani adalah capres PDIP.

"Bahasa tubuhlah," timpal Karni Ilyas menggapi Adian, yang kemudian dijawab: "Itu dia problem kita Bang Karni, bahwa saya bukan penafsir bahasa tubuh. Artinya bahwa saya tidak mau menjadi bagian dari kelompok yang menduga-duga,".

Adian kemudian melanjutkan penjelasanya dengan menyindir dugaaan-dugaan yang berkembang di publik, bahwa Anies Baswedan akan ditangkap oleh KPK.

"Apa-apa diduga-diduga. Kita menduga Anies mau ditangkap, diperiksa KPK, berbahaya," tuturnya.

Menurutnya dugaan yang dilontarkan oleh publik figur akan menjadi konsumsi rakyat.

Oleh karena itu, lebih baik menyampakan kepastian daripada dugaan.

"Kenapa? Menurut saya rakyat belum tentu punya kelapangan dada seperti kita," ujarnya.

"Kita bertengkar, berdebar di sini, keluar kita bisa ngopi bareng. Di luar belum tentu," tegasnya.

Mendengar penjelasan Adian itu, Karni Ilyas lantas meruncingkan informasi yang ia terimaba. Bahwa mendengar informasi Puan Maharani sebagai capres PDIP dari petinggi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP yang mendukung Ganjar Pranowo.

Namun Adian sekali lagi menegaskan bahwa informasi tersebut tak mewakili PDIP.

Bagaimanapun, menurutnya, organisasi itu harus terpimpin sehingga tak boleh ada yang melenceng ke kiri dan kekanan.

"Ketika belum keluar dari mulut ketua umum (siapa capres PDIP), maka belum," tandasnya.

Baca juga: Adian Napitupulu Soal NasDem dan Anies Baswedan, Mulai dari Keputusan hingga Ramalan Koalisi

Sindir Nasdem

Dalam kesempatan yang sama, Adian Napitupulu juga menyindir keputusan sepihak Partai Nasdem yang telah mengumumkan Anies Baswedan.

Menurutnya, keputusan itu seolah menafikan Partai Demokrat.

"Kemarin misalkan Nasdem, PKS, Demokrat janjian 10 November 2022. Kalau tidak salah," ujarnya saat menjadi bintang tamu Indonesia Lawyers Club yang dipandu Karni Ilyas, sebagaimana dikutip TribunnewsSultra.com dari kanal YouTube acara tersebut, pada Sabtu (8/10/2022).

"Tiba-tiba kemudian Nasdem jalan sendiri," tegasnya.

Menurutnya, saat ini Partai Demokrat memang masih terlihat tersenyum di layar kaca.

Namun, ia menegaskan, tak ada yang bisa mengukur perasaan orang lain.

"Kalau menurut saya, ikuti yang 10 November itu, karena itu yang - kalau tidak salah - sudah disepakati," ujarnya.

Adian mengatakan, orang lain tak akan menghormati kesepakatan apabila pembuatnya ingkar.

"Siapa lagi yang bisa menghormati kesepakatan yang kita buat, selain mereka-mereka yang membuatnya," terangnya.

"Bagaimana mungkin orang lain menghormati kesepakatan yang kita buat, kalau kita yang membuatnya tidak menghormatinya," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Anies Baswedan menjadi topik utama politik di Indonesia, setelah Partai Nasdem mengusungkannya sebagai bakal capres.

Topik hangat itu menjadi pembicaraan pada talk show yang dipandu oleh Karni Ilyas baru-baru ini.

Dalam ancara Indonesia Lawyers Club tersebut, Adian Napitupulu menjadi salah satu bintang tamu.

Politikus PDIP itu membahas soal pertanyaan publik terkait penetapan bakal capres.

Juga mengulik tentang Partai Nasdem yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

"Dari perjalanan pembicaraan kita tadi Pak Karni (Ilyas), terus terang saya semakin bangga menjadi kader PDIP," ujar Adian Napitupulu membuka penyataannya, sebagaimana dikutip TribunnewsSultra.com dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club yang diunggah pada 7 Oktober 2022.

"Karena kenapa, disitu (PDIP) kami diajarkan tentang kesabaran. Di situ kami diajarkan bagaimana bertimbang-timbang tentnag kepentingan rakyat yang lebih besar dan ambisi kekuasaan," sambungny.

"Di situ kami diajarkan mencermati persoalan-persoalan rakyat pasca pandemi, dibandingkan persoalan-persoalan pribadi," tambahnya.

"Kebagaan itu kemudian bertambah lagi ketika kemudian PSI (Partai Solidaritas Indonesia) mencalonkan salah satu kader kami, walaupun sebenarnya secara etik kayanya kurang sopan," tandsanya.

Adian mengakui bahwa aksi PSI mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres adalah hak demokrasi.

Namun ia menilai PSI kurang sopan dalam berpolitik.

"Ngak apa-apa, PSI inikan partai baru, dia harus banyak belajar tentunya terkait (etika) itu," tutur Adian.

Belum Ada yang Pasti

Adian Napitupulu juga membicarakan riuh koalisi partai yang telah mengumumkan capresnya, termasuk Anies Baswedan oleh Partai NasDem bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Menurutnya, koalisia pengusung Anies tersebut belum pasti.

"Apakah kemudian Anies pasti didukung oleh Demokrat? Belum tentu," tuturnya.

Ia juga mengatakan bahwa kemesraan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) belum pasti berlangsung hingga masa kampanye dan hari H pengusungan capres.

"Jadi sebenarnya kita sedang membicarakan ketidak pastian," tegasnya.

Serta meragukan bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies Baswedan.

Menurutnya, tak ada yang menjamin hal tersebut karena banyak yang harus dihitung diluar daripada elektabilitas dan popularitas.

"Yang harus dihitung dalam Pilpres (adalah) finansialnya. Dihitung bareng-bareng juga tuh," paparnya.

"Biasanya kalau soal duit nih, gampang pecahnya nih," sambungnya.

"Begitu yang sana, kan kami calonkan AHY misalkan, masa Demokrat cuman sekian. Sementara biaya Pilpres sangat besar," tandasnya.

Terburu-buru

Hal lain yang menjadi sorotan Adian Napitupulu adalah keputusan buru-buru.

Menurutnya, segala sesuatu yang terburu-buru tak akan bagus bagi orang lain dan diri sendiri.

"Kenapa? karena apaa yang harus dikejar seperti yang dibilang Ferry (Juliantono) tadi, masih satu tahun," katanya.

Ia menegaskan bahwa masih banyak hal lain yang lebih bermanfaat dikerjakan daripada bakal capres.

"Untuk yang selama ini kita sampaikan untuk rakyat, kepentingan bangsa, kalau begitu sabarlah, dan ini yang saya dapatkan dari PDIP, kami sabar," akunya.

Adian juga berbicara soal organisasi yang bisa melahirkan pemimpinnya sendiri.

Itu seolah-olah mengambarkan kemunculan Anies sebagai capres merupakan petanda bahwa Partai NasDem tak mampu melahirkan pemimpinnya sendiri.

"Tidak perlu mengambil dari pemimpin lain," ujarnya.

"Kami punya banyak sekali stok calon pemimpin. Ada Mbak Puan (Maharani), Ganjar (Pranowo), Mbak Risma (Tri Rismaharini)," sambungnya.

"Dan itu menjadi kebanggaan tersendiri buat saya bahwa memang partai (PDIP) ini memproduksi calon-calon pemimpin," tandasnya.

Koalisi Mulai Berubah

Adian Napitupulu juga meruncingkan pernyataan soal ketidak pastian koalisi partai.

Ia mencontohkan perubahan sikap yang terjadi pada "Koalisi Semut Merah".

"Kemarin kita sempat dengar ada koalisi semut merah. Dari koalisi semut merah itu sebagian ikut ke NasDem berikut hari, sebagaian ikut ke Gerindra," bebernya.

Pernyataan ini seolah telah menegaskan bahwa peta koalisi saat ini masih akan berubah.

"Bisa tidak nanti berubah lagi komposisinya? Mungkin. Mungkin ngak kemudian Demokrat yang ke Gerindera, PKB yang ke NasDem? Sangat mungkin," sambungnya.

"Dan maksud saya, di 400 hari lebih itu akan ada banyak sekali dinamika, akan ada banyak sekali tantangan, persoalan, yang kemudian membuat koalisi - sebenarnya belum menjadi kualisi ini - berubah-berubah," tandasnya.

Partai Sombong?

Adian juga menjawab pertanyaan publik mengenai respon PDIP yang tenang-tenang saja saat situsi semakin riuh.

"Mungkin ya Bang Karni, kalau dibilang kita tenang-tenang saja, ya memang berpolitik harus tengah," katanya.

Ia lantas membantah bahwa ketenangan PDIP adalah ekspresi kesombongan.

Bagaimanapun PDIP merupakan partai yang bisa mengusungkan calon presiden tanpa koalisi.

Mereka memenuhi syarat ambang batas 20 persen.

Adian menjelaskan, PDIP membuka diri untuk koalisi dengan partai lain yang sevisi.

"Penyataan Sekjen (PDIP) yang mengatakan bahwa kami terbuka untuk koalisi dengan partai yang lain, selama memang punya kesamaan visi dan sebagaianya, itu juga tidak membuat kami menjadi partai yang sombong," jelasnya.

Ia menegaskan bahwa PDIP belum membicarakan solah capres karena belum waktunya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved