Berita Kendari
Penghasilan Nelayan di Kendari Turun Imbas BBM Naik, Sebut Sulit Dapat Solar hingga Banyak Calo
Imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), penghasilan nelayan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan hingga 50 persen.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), penghasilan nelayan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan hingga 50 persen.
Salah seorang nelayan di Kota kendari yang merasakan dampak tersebut yakni Kapten Kapal Rian 06, Andar (35).
Katanya, imbas dari kenaikan tersebut membuat para nelayan khususnya ia jarang turun melaut akibat sulit mendapatkan BBM dan harga ikan yang murah.
"Saat harga ikan naik, kami bisa mendapatkan Rp20 juta per ton, tetapi karena situasi saat ini saya perkirakan hanya bisa mendapatkan setengah dari itu," ungkapnya, Senin (19/9/2022).
Lebih lanjut, soal BBM, Andra mengungkapkan jika ia membeli Solar di SPBU bisa dapat Rp6.800 per liter atau sesuai ketentuan.
Baca juga: DPRD Bakal Tinjau Rekomendasi Wali Kota Kendari Soal Penggunaan Jalan Hauling Perusahaan Tambang
Namun, karena dalam mendapatkan BBM jenis Solar agak sulit saat ini, maka pilihannya yaitu membeli dari calo yang biasa dibanderol Rp11 ribu hingga Rp13 ribu per liter.
Ia menambahkan sejak kenaikan harga BBM ini, ia hanya turun melaut untuk menangkap ikan 1-2 kali saja per bulan padahal sebelum adanya penyesuaian harga bisa sampai tiga kali dalam sebulan.
"Dalam menangkap ikan kami menggunakan cara memancing di sekitar Pulau Buru dengan hasil tangkap ikan jenis cakalang, bangkumis dan tongkol," katanya.
"Untuk itu, saya berharap agar pemerintah bisa menurunkan kembali harga BBM, sehingga kami bisa kembali menjalani rutinitas di laut seperti sebelumnya," sambungnya.
Sementara itu, nelayan lainnya, Nahkoda Kapal Malpinas, Muliyadi (35) mengatakan atas kenaikan harga BBM, ia merasakan betul dampaknya.
Baca juga: Warga Kendari Keluhkan Drainase Tersumbat, Air Comberan Meluber ke Jalan Timbulkan Bau Tak Sedap
Katanya, selain sulit mendapatkan BBM jenis Solar, para nelayan juga mulai mengurangi turun melaut untuk mendapatkan ikan yang biasanya 3 kali sekali turun sekarang satu hingga dua kali saja sebulan.
Dalam mendapatkan bahan bakar pun sejak kenaikan Solar sudah mulai dibatasi hanya 800 liter saja sekali pembelian yang di mana jumlah tersebut hanya untuk satu kali keberangkatan.
Menurutnya, akibat pembatasan jumlah pembelian tersebut berdampak langsung terhadap nelayan untuk turun ke laut.
"Jadi yah otomatis karena turun ke laut kurang maka penghasilan juga ikut berkurang, biasanya kami bisa dapat dua ton lebih per bulan sekarang hanya satu ton saja," jelasnya.
Muliyadi mengungkapkan harga Solar yang melonjak naik tidak diikuti dengan kenaikan harga ikan di pasar membuat penghasilan nelayan juga ikut berkurang.
Baca juga: Tarif Angkot Terbaru di Kendari Sulawesi Tenggara Diumumkan Pemerintah Kota Pekan Ini
"Biasanya dalam sebulan itu bisa didapat Rp40 juta dengan dibagi seluruh awak kapal, tetapi saat ini hanya setengahnya saja yaitu Rp20 juta," katanya.
Tentunya dengan kenaikan harga BBM tersebut, para nelayan sangat dirugikan karena harga ikan tidak ikut naik. (*)
(TribunnewsSultra.com/Muh Ridwan Kadir)