Hari Kemerdekaan
Fakta Unik Buton, Satu-satunya Penghasil Aspal di Indonesia Tapi Jalan Rusaknya: ya sudahlah
Fakta unik Buton. Adalah satu-satunya pulau penghasil aspal di Indonesia, tapi jalannya sudah rusak sejak Indonesia belum merdeka.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
TRIBUNNEWSSULTRA.COM,KENDARI - Buton merupakan satu-satunya pulau penghasil Aspal di Indonesia, namun masih banyak jalan rusaknya. Bahkan ada jalan yang belum pernah tersentu Aspal "sejak Indonesia merdeka". Simak fakta unik Buton lainya.
Buton menjadi buah bibir masyarakat Indonesia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan Dolamani (baju adat Buton) saat upacara pengibaran bendera, di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (17/8/2022) pagi.
Berkat pakaian adat yang dikenakan Presiden Jokowi saat memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesi ke-77 tersebut, nama Buton mejadi trending di mesin pencarian Goggle.
Baca juga: Tangan Terampil dari Kepulauan Tukang Besi Ciptakan Pakaian Adat Buton Milik Presiden Jokowi
Baca juga: Husein Terharu dan Bangga Baju Adat Buton Dolomani Jahitannya Dipakai Presiden Jokowi Upacara HUT RI
Baca juga: Jokowi Gunakan Baju Kesultanan Buton saat Upacara HUT RI, Wali Kota Baubau Ucapkan Terima Kasih
Hingga Selasa (17/8/2022) malam, Buton menempati urutan ketujuh di google trends dengan kata kunci "Baju Adat Buton".
Selain baju adat dan penghasil Aspal di Indonesia, masih banyak fakta unik dan menarik lainya tentang Buton.
Fakta itu melingkupi sumbaer daya alam, budaya dan tradisi, serta lain sebagainya.
Berikut fakta unik dan menarik tentang Buton yang secara administrasi masuk wilayah Provinsi Sulwesi Tenggara (Sutra):
1. Penghasil Aspal Indonesia
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, Buton adalah satu-satunya daerah penghasil Aspal di Indonesia.
Untuk di Dunia, produksi aspal alam hanya ada di Buton dan di Trinidad. Ada pun aspal di negara lain adalah aspal minyak.
Melansir KompasTV, kualitas aspal Buton tak kalah dengan kualitas aspal yang selama ini diimpor oleh Indonesia.
Sayangnya, saat ini Indonesia masih harus mengimpor 1,3 hingga 1,4 juta ton aspal yang menguras cadangan devisa hingga Rp40-46 triliun per tahun.
Sementara itu, fakta bahwa Buton merupakan daerah penghasil aspal tidak selaras dengan kondisi jalannya. Masih banyak jalan yang rusak. Bahkan parah.
Kerusakan jalan yang paling parah di Pulau Buton terdapat di bagian utara; Kabupaten Buton Utara.
Jalan rusak ini sudah menjadi pengetahuan umum di Buton. Bahkan kata warganya, "belum pernah tersentuh aspal sejak Indonesia merdeka".
Yang telah kami rasakan adalah jalan di Desa Waolona, Kabupaten Buton. TribunnewsSultra.com melewati jalan itu ketika pada awal 2022.
Menurut pengakuan warga setempat, jalur yang menghubungkan Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Buton, dan Kota Baubau tersebut, belum pernah tersentuh aspal.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara sendiri telah menyiapkan Rp42 miliar untuk perbaikan jalan rusak di Kabupaten Buton Utara, sebagaimana diberitakan TribunnewsSultra.com beberapa waktu yang lalu.
Kepala Dinas (Kadis) Bina Marga Provinsi Sultra, Burhanuddin, mengatakan, anggaran perbaikan jalan tersebut bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2022.
"Memang jalan di pendakian penghubung Ronta-Maligano (Kabupaten Buton Utara) jadi prioritas perbaikan tahun anggaran 2022 ini," ujar Burhanuddin, di Kendari, Selasa (19/7/2022).
2. Suku Bermata Biru Cerah
Salah satu keunikan suku Buton adalah sebagian kecil masyarakatnya memiliki mata berwarna biru cerah.
Uniknya, beberapa penduduknya hanya memiliki satu mata biru, sementara mata sebelahnya tetap berwarna coklat.
Warna mata biru cerah tersebut ternyata didapat dari sindrom Waardenburg yaitu mutasi genetik yang mempengaruhi warna mata.
Selain itu, sindrom ini juga menyebabkan hilang atau melemahnya kemampuan pendengaran.

2. Nenek moyang suku Buton
Nenek moyang suku Buton merupakan imigran yang datang dari wilayah Johor pada sekitar abad ke-15.
Selanjutnya mereka mendirikan Kesultanan Buton di Baubau, Sulawesi Tenggara antara abad ke-16 hingga abad ke-20.
Keruntuhannya terjadi pasca munculnya konflik internal kerajaan, dan makin melemah ketika sultan terakhirnya wafat pada tahun 1960.
Setelah itu Kesultanan Buton bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Menganut sistem kasta
Suku Buton menganut sistem kasta yang hanya diterapkan pada tata pemerintahan dan keagamaan saja.
Kasta tersebut adalah Kaomu (bangsawan keturunan raja atau sultan), Walaka (pejabat kerajaan keturunan kerajaan), Papara (pejabat dari rakyat biasa), dan Babatua (budak).
Ada juga kasta Analaki dan Limbo (kasta Kaomu dan Walaka yang diturunkan derajatnya karena melakukan kesalahan).
4. Tradisi imunisasi tradisional
Pedole-dole Sesuai pelaksanaannya, tradisi Pedole-dole dalam bahasa Buton berarti diguling-gulingkan.
Balita atau anak yang menjalani ritual pengobatan ini akan diguling-gulingkan di atas daun pisang yang diberi minyak kelapa hingga seluruh tubuhnya dilumuri minyak.
Pedole-dole bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak, sehingga disebut cara imunisasi tradisional.
5. Memiliki benteng terluas di dunia

Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio merupakan warisan sejarah yang mulai dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III yang bernama La Sangaji.
Susunan batu kapur yang tadinya menjadi pembatas antara kompleks instan dengan perkampungan tersebut menjadi pelindung Kesultanan Buton dari serangan musuh.
Benteng Keraton Buton seluas 23,375 hektar dengan keliling 2.740 meterini menyandang rekor benteng terluas di dunia versi Guinness World Record. (*)
(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)
Sebagaian artikel ini bersumber dari Kompas.com dari artikel berjulu "5 Fakta Menarik Suku Buton, dari Pesona Mata Biru hingga Benteng Terluas di Dunia"