BKKBN Sultra
Risiko Stunting Faktor Air Minum Tak Layak Capai 38 Ribu, BKKBN Sultra Catat Terbanyak di Busel
BKKBN Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat keluarga dengan risiko stunting dari faktor sumber air minum tak layak capai 38.716.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat keluarga dengan risiko stunting dari faktor sumber air minum tak layak capai 38.716.
Kepala BKKBN Sultra, Asmar mengatakan terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan anak maupun balita.
Salah satunya yakni dari faktor sumber air minum tak layak di Sultra dengan kategori selain dari air kemasan, ledeng atau PAM, sumur bor, dan sumur terlindungi.
Ia merinci dari total keseluruhan keluarga di Sultra sebanyak 604.791, diambil sampel sasaran sebanyak 380.662 keluarga.
"Sampel jumlah keluarga sasaran berisiko stunting pada sumber air minum tak layak terbanyak di Kabupaten Muna yakni 5.728 keluarga," jelas Asmar pada Sabtu (21/5/2022).
Baca juga: BKKBN Sulawesi Tenggara Berikan Tujuh Pelayanan Penurunan Stunting di Desa
"Namun, dari segi persentase air minum tak layak terbanyak ada di Kabupaten Buton Selatan sebesar 31,19 persen," ujarnya menambahkan.
Asmar menjelaskan persentase terbanyak dengan risiko stunting pada faktor sumber air minum tak layak ada di Buton Selatan (Busel).
Kemudian, Muna dengan persentase sebesar 21,68 persen, Wakatobi sebesar 20,84 persen, Kolaka Utara sebesar 13,42 persen.
"Selanjutnya, Buton dengan persentase 10,58 persen, Muna Barat sebesar 10,28 persen, Kolaka Timur sebesar 10,18 persen, Buton Utara sebesar 9,49 persen," katanya.
Kolaka sebesar 9,79 persen, Buton Tengah sebesar 8,48 persen, Konawe sebesar 8,19 persen, Konawe Selatan 7,91 persen, Konawe Utara sebesar 7,47 persen.
Baca juga: Kepala BKKBN Sultra Asmar Beberkan Poin Penting Terkait Percepatan Penurunan Stunting
Konawe Kepulauan sebesar 7,03 persen, Kota Kendari sebesar 5,68 persen, Bombana 5,10 persen, dan yang paling rendah persentasenya yakni Kota Baubau sebesar 2,39. (*)
(TribunnewsSultra.com/Muh Ridwan Kadir)