BKKBN Sultra

Pemprov Sultra Dorong Seluruh Stakeholder Tingkatkan Penanganan Stunting, Capai Target Tahun 2022

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) mendorong seluruh stakeholder meningkatkan penanganan stunting di Sultra.

TribunnewsSultra.com/ Amelda Devi Indriyani
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) mendorong seluruh stakeholder meningkatkan penanganan stunting di Sultra. Hal itu sebagaimana arahan Gubernur Sultra Ali Mazi dalam hal ini diwakili dan disampaikan oleh Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sultra, Asrun Lio. Ia mengatakan ini dalam Rakerda Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana dan Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Sultra, di CLARO Hotel Kendari, Selasa (19/4/2022). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) mendorong seluruh stakeholder meningkatkan penanganan stunting di Sultra.

Hal itu sebagaimana arahan Gubernur Sultra Ali Mazi dalam hal ini diwakili dan disampaikan oleh Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sultra, Asrun Lio.

Ia menjelaskan hal ini saat Rakerda Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana dan Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Sultra, di CLARO Hotel Kendari, Selasa (19/4/2022).

Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sultra, Asrun Lio menyampaikan, data hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 angka prevalensi stunting masih tinggi di Sultra yaitu sebesar 30,2 persen.

Kata dia, berdasarkan data tersebut, Sulawesi Tenggara (Sultra) termasuk lima besar angka stunting tertinggi di Indonesia.

Baca juga: Stunting di Sulawesi Tenggara Capai 30 Persen, Pemprov Sultra Target Turun 16 Persen Tahun 2024

"Artinya anak di Sultra sepertiganya mengalami gangguan pertumbuhan. Ada permasalahan yang kita hadapi dalam mempersiapkan generasi unggul, yaitu stunting," kata Asrun Lio.

Lanjutnya, bahkan ada kabupaten yang mencapai 45,2 persen, yang artinya anak di kabupaten tersebut hampir setengahnya mengalami kekerdilan atau pendek.

Sebab stunting berdampak pada tingkat kecerdasaan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, dan menghambat daya saing dan daya unggul.

Menurutnya, permasalahan stunting memang harus ditangani secara serius karena stunting bukan hanya tentang masalah gagal tumbuh secara fisik, tetapi dapat mematikan masa depan seorang anak.

"Kami mendorong pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota menyediakan dan meningkatkan alokasi APBD untuk mendukung program dan kegiatan intervensi spesifik dan sensitif," kata Asrun Lio.

Baca juga: Tingkatkan Program Kerja BKKBN Sultra Kerja Sama 17 Daerah, Media Online, Koran dan TV Lokal

Kata dia, ironis memang karena penyediaan sumber makanan bergizi di Sulawesi Tenggara (sultra) cukup melimpah.

Ikan tersedia di mana-mana, daging selalu ada, sayuran ditanam di setiap lahan, sumber karbohidrat berupa nasi yang dikeluarkan Bulog berupa beras fortifikasi tersedia.

Ia mengharapkan target penurunan stunting di Sulawessi Tenggara sebesar 25,58 persen tercapai pada tahun 2022.

Saat ini, stunting mendapat perhatian serius sehingga menjadi prioritas nasional, maka diperlukan koordinasi dan sinergi antar semua lini.

"Agar prioritas dan tanggung jawab menjadi lebih efektif dan efisien. Maka kami di Sultra membentuk tim intervensi terintegrasi dinas, badan, organisasi, dan lembaga," ujarnya.

Baca juga: Rakerda BKKBN Sultra Kuatkan Program Bangga Kencana dan Percepatan Stunting Lintas Sektor

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved