Imbas Krisis Ekonomi: Rumah Presiden Sri Lanka Diserbu Demonstran, Kiini Umumkan Keadaan Daruat

Imbas dari krisis ekonomi hingga menyebabkan protes masyarkat secara meluas, Presiden Sri Lanka mengumumkan negara dalam keadaan darurat.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP
Demonstran berpartisipasi dalam protes ratusan orang di luar rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Imbas dari krisis ekonomi hingga menyebabkan protes masyarkat secara meluas, Sri Lanka mengumumkan negara dalam keadaan darurat.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah mengumumkan keadaan darurat.

Hal ini memberikan kekuatan besar kepada pasukan keamanan sehari setelah ratusan orang mencoba menyerbu rumah Rajapaksa yang marah atas krisis ekonomi yang sebelumnya pernah terjadi di negara itu.

Rajapaksa memberlakukan undang-undang yang keras pada hari Jumat (1/4/2022) yang memungkinkan militer untuk menangkap dan memenjarakan tersangka untuk waktu yang lama tanpa pengadilan.

Langkah itu diambil ketika demonstrasi yang menyerukan pengunduran dirinya menyebar ke seluruh negara Asia Selatan.

Tentara Sri Lanka berjalan melewati bus yang dibakar oleh demonstran di puncak jalan kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa di Kolombo, Sri Lanka.
Tentara Sri Lanka berjalan melewati bus yang dibakar oleh demonstran di puncak jalan kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa di Kolombo, Sri Lanka. (Reuters/Dinuka Liyanawatte)

Baca juga: UPDATE Hari Ke-38 Perang: 200 Pasukan Ukraina Ditawan Rusia hingga Bantuan 300 Juta Dolar AS

"Keadaan darurat dinyatakan untuk perlindungan ketertiban umum dan pemeliharaan persediaan dan layanan yang penting bagi kehidupan masyarakat," ujar Rajapaksa dalam sebuah pengumuman.

Negara berpenduduk 22 juta itu menghadapi kekurangan bahan pokok yang parah.

Antara lain kenaikan harga yang tajam dan pemadaman listrik yang melumpuhkan dalam penurunan paling menyakitkan sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.

Menyusul kejadian ini, polisi memberlakukan kembali jam malam pada Jumat (1/4/2022) di Provinsi Barat yang meliputi Ibu kota Sri Lanka Kolombo.

Sebelumnya pada malam hari, puluhan aktivis HAM membawa plakat tulisan tangan dan lampu minyak di ibu kota saat berdemonstrasi di persimpangan jalan yang ramai.

Seorang pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan setelah membakar bus selama demonstrasi di luar rumah presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo pada 31 Maret 2022
Seorang pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan setelah membakar bus selama demonstrasi di luar rumah presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo pada 31 Maret 2022 (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP)

Baca juga: Tetap Bayar Pakai Euro, Jerman Tolak Ancaman Rusia soal Tagihan Rubel Gas Eropa: Pemerasan

“Saatnya untuk mundur dari Rajapaksas,” bunyi tulisan salah satu plakat.

"Jangan korupsi lagi, pulang Gota," kata yang lain merujuk kepada presiden.

Sementara itu, di kota dataran tinggi Nuwara Eliya, para aktivis memblokir pembukaan pameran bunga oleh istri Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, Shiranthi, kata polisi.

Kota-kota selatan Galle, Matara dan Moratuwa juga menyaksikan protes anti-pemerintah.

Demonstrasi serupa juga dilaporkan terjadi di wilayah utara dan tengah.

Demonstran berpartisipasi dalam protes ratusan orang di luar rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022.
Demonstran berpartisipasi dalam protes ratusan orang di luar rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP)

Baca juga: KRONOLOGI Gadis Muda Ukraina Dirudapaksa Tentara Rusia saat Berlindung di Sekolah

Semua aksi demonstran yakni dengan menahan lalu lintas di jalan-jalan utama.

Kerusuhan Kamis (31/3/2022) malam waktu setempat pun terjadi di luar rumah pribadi Presiden Rajapaksa.

Ratusan orang menuntut Rajapaksa mundur dari jabatan Presiden.

Orang-orang meneriakkan 'gila, gila, pulang', sebelum polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air.

Massa kemudian berubah menjadi anarki.

Baca juga: UPDATE Hari Ke-37 Perang: Ukraina Sebut Rusia Siapkan Serangan Kuat hingga Evakuasi Warga Mariupol

Yakni dengan membakar dua bus militer, sebuah jip polisi, dua sepeda motor patroli dan sebuah kendaraan roda tiga.

Massa juga melempari petugas dengan batu bata.

Menteri Transportasi Sri Lanka Dilum Amunugama mengatakan 'teroris' berada di balik kerusuhan itu.

Adapun kesulitan Sri Lanka telah diperparah oleh pandemi Covid-19, yang melumpuhkan pariwisata dan pengiriman uang.

Banyak ekonom juga mengatakan krisis telah diperburuk oleh salah urus pemerintah dan akumulasi pinjaman selama bertahun-tahun.

Baca juga: Buntut Invasi Ukraina, Putin Ancam Setop Pasok Gas Eropa Jika Tak Dibayar Pakai Rubel Rusia

Rekam Inflasi Sri Lanka

Prajurit berjaga-jaga ketika orang-orang berdemonstrasi di luar rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022.
Prajurit berjaga-jaga ketika orang-orang berdemonstrasi di luar rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP)

Data resmi terbaru yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan inflasi di Kolombo mencapai 18,7 persen pada bulan Maret, rekor bulanan keenam berturut-turut.

Harga makanan melonjak rekor 30,1 persen.

Kolombo memberlakukan larangan impor secara luas pada Maret 2020 dalam upaya untuk menghemat mata uang asing yang diperlukan untuk membayar hampir 7 miliar dolar tahun ini untuk melunasi utangnya yang senilai 51 miliar dolar.

Kekurangan solar telah memicu kemarahan di seluruh Sri Lanka dalam beberapa hari terakhir hingga menyebabkan protes.

Baca juga: Buntut Invasi Ukraina, Putin Ancam Setop Pasok Gas Eropa Jika Tak Dibayar Pakai Rubel Rusia

Pelayanan listrik negara mengatakan mereka memberlakukan pemadaman listrik 13 jam setiap hari mulai Kamis (31/3/2022) karena tidak memiliki diesel untuk generator.

Pemadaman itu terlama yang pernah ada.

Beberapa rumah sakit yang dikelola negara, menghadapi kekurangan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa, serta telah menghentikan operasi rutin.

Pemerintah mengatakan sedang mencari bailout dari Dana Moneter Internasional sambil meminta lebih banyak pinjaman dari India dan China.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved