Ukraina dan Rusia Gelar Perundingan Damai 3 Hari di Turki, Zelenskyy Siap Bahas Netralitas
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pihaknya siap untuk membahas status netral sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pihaknya siap untuk membahas status netral sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia.
Tetapi Zelenskyy menuturkan, langkah itu harus dijamin oleh pihak ketiga dan dimasukkan ke dalam referendum.
“Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kita. Kami siap untuk melakukannya. Ini adalah poin yang paling penting,” kata Zelenskyy kepada wartawan Rusia dalam panggilan video yang diterbitkan oleh media lokal pada Minggu (27/3/2022) seperti dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera.
Zelenskyy menyampaikan pesannya dalam bahasa Rusia secara keseluruhan, seperti yang telah ia lakukan dalam pidato-pidato sebelumnya ketika berbicara kepada audiens Rusia.
Baca juga: Rudal Rusia Hantam Depot Bahan Bakar dan Makanan Ukraina hingga Pabrik Pesawat Dekat Wilayah NATO
Menurut Zelenskyy, invasi Rusia telah menyebabkan kehancuran kota-kota berbahasa Rusia di Ukraina.
Zelenskyy juga mengatakan kerusakannya lebih buruk daripada perang Rusia di Chechnya.
Seiring dengan itu, Ukraina sedang membahas penggunaan bahasa Rusia di Ukraina dalam pembicaraan dengan Rusia.
Tetapi menolak untuk membahas tuntutan Rusia lainnya, seperti demiliterisasi Ukraina.
Baca juga: Dukung Ukraina, Presiden Amerika Serikat Klaim Rusia Gagal hingga Sebut Putin Tukang Jagal
Zelenskyy menyatakan kesepakatan damai tidak akan mungkin terjadi tanpa gencatan senjata dan penarikan pasukan.
Presiden Ukraina itu mengesampingkan upaya untuk merebut kembali semua wilayah yang dikuasai Rusia dengan paksa.
Yakni dengan mengatakan itu akan mengarah pada perang dunia ketiga.
Lebih lanjut Zelenskyy menyebutkan bahwa ia ingin mencapai 'kompromi' atas wilayah Donbas timur, yang dipegang oleh pasukan separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Baca juga: Bisakah Rusia Gunakan Senjata Kimia untuk Perang di Ukraina hingga Bagaimana Respons AS dan NATO?
Dalam kesempatan panggilan video terbatas dengan wartawan Rusia ini, Zelenskyy juga mengungkapkan bahwa invasi Moskow di Ukraina ini menyebabkan kematian lebih dari 1.000 warga sipil.
Data tersebut didasarkan menurut perkiraan konservatif oleh PBB.
Perang yang dimulai sejak 24 Februari ini juga memaksa lebih dari 3,8 juta orang meninggalkan Ukraina.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron hingga Presiden Turki Receipt Tayyip Erdogan, serta para pemimpin internasional telah berulang kali mencoba menengahi untuk menemukan solusi diplomatik untuk gencatan senjata dalam perang Rusia-Ukraina ini.
Baca juga: Sempat Ngotot gegara Diserang Rusia, Zelenskyy Akhirnya Akui Ukraina Tak Bisa Jadi Anggota NATO
Upaya terbaru datang pada Minggu (27/3/2022) dalam percakapan telepon antara Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di mana kedua pemimpin sepakat untuk putaran lain pembicaraan antara Kyiv dan Moskow di Ibu kota Turki, Istanbul.
Belum ada tanggal yang diberikan untuk pertemuan itu, tetapi pada hari sebelumnya, negosiator Ukraina David Arakhamia mengatakan negosiasi berikutnya antara kedua pihak akan berlangsung di Turki pada 28-30 Maret.
Sedangkan, seorang negosiator Rusia mengkonfirmasi bahwa pembicaraan langsung akan dilakukan.
Sebelumnya, pertemuan pertama antara diplomat top Ukraina dan Rusia yang berlangsung di Turki pada 10 Maret lalu tidak membuahkan hasil yang signifikan.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sultra/foto/bank/originals/zelenskyy-putin-_.jpg)