Sepak Terjang hingga Deretan Kontroversi Terawan, Dokter Mantan Menteri Kesehatan yang Dipecat IDI

Simak sepak terjang dan kontroversi Terawan, dokter kepresidenan sekaligus mantan Menteri Kesehatan yang kini dipecat dari keanggotaan IDI.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Tribunnews.com/Dany Permana
Dokter Terawan Agus Putranto saat masih menjabat Kepala RSPAD Mayjen TNI 

Judul disertasi Terawan yakni "Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, MOtor Evokde Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis" dengan promotor dekan FK Unhas, Prof Irawan Yusuf, PhD.

Baca juga: DPD Demokrat dan PDIP Sulawesi Tenggara Kompak Tolak Pemilu 2024 Ditunda, Sebut Ini Alasannya

Terawan pun mulai menjadi dokter tentara pada 1990 dan ditugaskan di berbagai wilayah.

Selanjutnya, ia menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta sejak 2015.

Diketahui juga bahwa Terawan merupakan salah satu dokter kepresidenan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menunjuk Terawan untuk membantu merawat almarhum Ani Yudhoyono saat menjalani pengobatan kanker darah di Singapura beberapa waktu lalu.

Baca juga: Tolak Pemilu Ditunda yang Buat Masa Jabatan Jokowi Lebih Panjang, PDIP Sebut Bisa Lecehkan Demokrasi

Kontroversi Terawan

Dilansir TribunnewsSultra.com dari Kompas.com, berikut deretan kontroversi yang pernah dibuat Terawan saat masih berkarir:

1. Terapi Cuci Otak

Dilansir Kompas.com, 4 April 2018, Terawan mengaku inovasi terapi cuci otak yang dilakukannya bisa menyembuhkan penyakit stroke.

Dalam riset ilmiahnya, Terawan menjelaskan bahwa terapi ini menggunakan obat heparin untuk menghancurkan plak yang menyumbat pembuluh darah.

Baca juga: Tak Hanya Bikin Negara Ribut, Wacana Penundaan Pemilu 2024 Dianggap Permufakatan Jahat

Heparin ini dimasukkan lewat kateter yang dipasang di pangkal paha pasien, menuju sumber kerusakan pembuluh darah penyebab stroke di otak.

Cairan tersebut pun juga menimbulkan efek anti pembekuan di pembuluh darah.

Tetapu, klaim Terawan itu sudah lama mengundang pro kontra.

Para ahli saraf berpendapat bahwa metode yang dilakukan oleh Terawan tidak dapat mengobati stroke karena hanya alat diagnosis saja.

"Brain wash itu bukan istilah kedokteran. Metode yang digunakan DSA itu alat diagnostik, sama seperti alat rontgen. Jadi bukan untuk terapi," ujar mantan Ketua Umum Perdossi Prof M Hasan Machfoed dalam Seminar Neurointervensi di Jakarta pada 2014 silam.

Baca juga: Menunda Pemilu 2024 dan Perpanjang Masa Jabatan Presiden Dinilai Remehkan Calon Pemimpin Negara

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved