Ukraina Tegaskan Tak Akan Menyerah dari Rusia, Hasil Perundingan Tetap Ingin Gabung NATO
Pemerintah Ukraina menegaskan tidak akan menyerah dari agresi militer Rusia yang telah beroperasi selama dua minggu.
Ia juga menambahkan Presiden Vladimir Putin tidak akan menolak pertemuan dengan lawan bicaranya dari Ukraina, Volodymyr Zelenskyy untuk membahas masalah "spesifik".
Lavrov mengatakan Rusia tidak akan memulai konflik di Ukraina jika Barat tidak menolak "usulan kami tentang jaminan keamanan".
"Sampai akhir, kami ingin menyelesaikan situasi di Ukraina melalui cara diplomatik," katanya.
Negara-negara Barat berperilaku berbahaya di Ukraina, dan "operasi militer khusus" Rusia di sana berjalan sesuai rencana, tambahnya.
Ia juga menambahkan bahwa inisiatif untuk membuka koridor kemanusiaan setiap hari tetap berlaku.

Katanya, Rusia tidak menyerang Ukraina dan tidak akan menyerang negara lain.
Namun serangan dari Kyiv terhadap DPR dan LPR telah direncanakan dengan matang, kata Menlu Rusia.
Menurut Lavrov, Ukraina telah dibuat menjadi "anti-Rusia" selama bertahun-tahun.
Ia juga mengangkat isu penembakan rumah sakit bersalin di Mariupol.
Ia mengklaim, tidak ada pasien dan staf di rumah sakit bersalin itu, karena bangunan itu telah lama menjadi basis para ekstremis.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Diduga Idap Penyakit, Ini Penjelasan Ahli Mengenai Penyebabnya
Adapun ekspansi NATO, Rusia menganggap penolakan aliansi untuk mempertimbangkan kepentingan Moskow dalam masalah ekspansi tidak dapat diterima.
Lavrov menegaskan kembali posisi Federasi Rusia yang mengharapkan status netral dari Ukraina dan siap untuk membahas jaminan keamanannya.
Kyiv Menolak Tuntutan Rusia
Menlu Ukraina, Kuleba mengumumkan bahwa Kyiv menolak untuk memenuhi tuntutan Rusia, seperti dilaporkan Regnum.
Kuleba mengatakan dia dan Lavrov tidak membuat kemajuan dalam menengahi gencatan senjata 24 jam.
