Penolakan Tambang di Konkep
Pimpinan PT GKP Minta Maaf Soal Video Viral Minta Polisi Tangkap Emak-emak Penolak Tambang
Diketahui, viral video yang memperlihatkan salah satu Pimpinan PT GKP memerintahkan polisi menangkap emak-emak penolak tambang.
Penulis: Fadli Aksar | Editor: Muhammad Israjab
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Pimpinan PT Gema Kreasi Perdana (GKP), Bambang Murtiyoso meminta maaf soal video viral dirinya meminta polisi menangkap emak-emak penolakan tambang.
Bambang mengaku pernyataan itu diutarakan secara spontanitas saat dirinya dalam kondisi lelah di lapangan.
Diketahui, viral video yang memperlihatkan salah satu Pimpinan PT GKP memerintahkan polisi menangkap emak-emak penolak tambang.
Pimpinan perusahaan itu bernama Bambang Murtiyoso, ia mengatakan para penolak tambang ini menghalang-halangi aktivitas PT GKP.
Setelah peristiwa itu, emak-emak penolak tambang di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terlibat bentrok dengan warga pro perusahaan tambang.
Baca juga: Detik-detik Mahasiswa dan Karyawan PT GKP Adu Mulut saat Hearing Konflik Tambang Konawe Kepulauan
Sejumlah emak-emak ini melawan aktivitas perusahaan yang hendak membuka lahan untuk digunakan sebagai jalan menuju lokasi pertambangan.
Diketahui, sejumlah ibu-ibu yang terlibat dalam bentrokan itu hingga jatuh pingsan di depan alat berat, pada Kamis (3/3/2022) pagi.
Bentrokan itu terjadi di lahan perkebunan warga, Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konkep, Provinsi Sultra.
Aksi ini merupakan kedua kalinya, setelah sebelumnya mereka mengadang alat berat pada Selasa (1/3/2022).
General Manager (GM) PT GKP, Bambang Murtiyoso menyampaikan permintaan maaf, apabila pernyataannya itu, menyinggung perasaan khalayak ramai.
"Atas nama pribadi maupun atas nama perusahaan saya meminta maaf sebesar-besarnya," ujar Bambang saat jeda rapat dengar pendapat (RDP) di kantor DPRD Sultra, pada Selasa (8/3/2022).
Baca juga: GMNI Sebut Aktivitas PT GKP di Konkep Harus Sesuai Regulasi dan Pemerintah Harus Transparan
Menurutnya, pernyataan borgol dan meminta menangkap emak-emak penolak tambang tersebut diucapkan secara spontanitas karena lelah di lapangan.
Ia menjelaskan, video viral 49 detik ini merupakan penggalan akhir dari dialog dengan warga.
"Viral melalui medsos, tapi tidak lihat awal dari kita sampaikan sebelumnya, jadi kita melakukan dialog yang sangat persuasif sekali," bebernya.
Menurut Bambang, dialog dan pendekatan terhadap warga bernama Saharia beserta keluarganya dilakukan dengan sejuk.
Dialog sejuk itu, kata Bambang merupakan bagian dari penggalan video yang tidak sempat viral.
"Kita sampaikan imbauan-imbauan yang mengajak untuk dialog damai, untuk pertemuan yang baik, nah muncul satu orang ini yang memang kelihatannya memancing, bukan pemilik lahan, tapi mengaku-ngaku, yang saya anggap kurang baik," bebernya.
Baca juga: Video Karyawan PT GKP Perintahkan Tangkap Emak-emak Penolak Tambang di Konawe Kepulauan Sultra
Orang dimaksud, tutur Bambang, menutup ruang diskusi, padahal PT GKP tidak bisa menahan diri agar perusahaan beroperasi.
"Masyarakat ini ingin semua kerja, investasi ini jalan, lalu muncullah statement yang sifatnya mengingatkan, kalau menghalang-halangi kegiatan tambang bisa ditangkap," tandasnya.
Video Viral
Sebelumnya, viral video yang memperlihatkan salah satu karyawan PT Gema Kreasi Perdana (GKP) perintahkan polisi tangkap emak-emak penolak tambang.
Karyawan perusahaan itu bernama Bambang Murtiyoso, ia mengatakan para penolak tambang ini menghalang-halangi aktivitas PT GKP.
Diketahui, emak-emak penolak tambang di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bentrok dengan perusahaan tambang.
Sejumlah emak-emak ini melawan aktivitas perusahaan yang hendak membuka lahan untuk digunakan sebagai jalan menuju lokasi pertambangan.
Diketahui, sejumlah ibu-ibu yang terlibat dalam bentrokan itu hingga jatuh pingsan di depan alat berat, pada Kamis (3/3/2022) pagi.
Baca juga: Radhan Algindo Anak Nur Alam Siap Bertarung di Pileg dan Pilkada 2024, Yakin Bisa Maju di 3 Daerah
Bentrokan itu terjadi di lahan perkebunan warga di Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konkep, Provinsi Sultra.
Aksi ini merupakan kedua kalinya, setelah sebelumnya mereka mengadang alat berat pada Selasa (1/3/2022).
Dalam video yang beredar di grup whatsApp tersebut, Bambang Murtiyoso berdiri di depan emak-emak yang tengah terbaring dan duduk di bawah tenda biru.
Bambang adu mulut dengan seorang pria berkepala plontos menggunakan rompi berwarna hijau.
Bambang yang memakai helm proyek berwarna putih ini, meminta para warga dan emak-emak difoto lalu ditangkap di rumah masing-masing.
"Ini saya tidak ambil risiko, kamu keras saya liat orangnya, kamu keras, kami akan keras," kata Bambang sambil menunjuk-nunjuk pria berkepala plontos itu.
Bambang lantas bilang, warga tersebut siap ditahan karena menghalang-halangi aktivitas tambang.
"Bawa sore ini, panggil dan bawa ke polda, tangkap dia, siapkan borgol, jangan ada yang ikut, semua juga kita tangkap," hardik Bambang sembari menunjuk emak-emak.
Perintah Bambang itu, diiringi dengan sorakan para warga pro tambang.
"Borgol pak, borgol," kata ibu lansia berhijab ini menimpali Bambang Murtiyoso sambil tetap duduk.
Pria berkepala plontos bersama emak-emak itu, tetap kukuh melawan perintah karyawan PT GKP tersebut.
"Tidak ada ruang diskusi, di sini," tegas pria penolakan tambang ini.
Terpisah, pria berkepala plontos ini mengatakan, video tersebut direkam sesaat sebelum bentrok, pada Kamis (3/3/2022) pagi.
"Iya. Itu saya, pagi sebelum bentrok. Kemarin (waktu kejadian) kami diancam sekeluarga melapor ke Polda Sultra," ungkapnya saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (5/3/2022).(*)
(TribunnewsSultra.com/Fadli Aksar)