Posisi Dilema Cina pada Perang Rusia dan Ukraina, Terjebak antara Rusia dan Negara Barat
Negara Cina atau Tiongkok mengalami posisi dilema ketika invasi Rusia ke Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) ini. Begini sikap Xi Jinping ke Putin.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Ini memicu tuduhan dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky bahwa Rusia melakukan kejahatan perang, karena tidak ada sasaran militer di daerah itu.
Pasukan Rusia juga melancarkan serangan mereka ke kota-kota lain, termasuk pelabuhan-pelabuhan strategis Odesa dan Mariupol di selatan.
Setidaknya lima orang tewas ketika Rusia menyerang sebuah menara TV di Kiev, kata pejabat Ukraina.
Serangan itu terjadi segera setelah Rusia memperingatkan pihaknya bersiap untuk mencapai sasaran di ibukota Ukraina.
Sebuah rudal dilaporkan menghantam Babyn Yar Holocaust Memorial Center.
Itu dibangun di kuburan massal terbesar di Eropa, di mana regu kematian Nazi membunuh lebih dari 33.000 orang Yahudi pada 1941.
Prospek zona larangan terbang nihil
Seorang wanita Ukraina yang berhadapan dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada konferensi pers pada Selasa (1/3/2022), memohon bantuan barat untuk perlindungan udara Ukraina.
"Orang-orang Ukraina dengan putus asa meminta Barat untuk melindungi langit kami. Kami meminta zona larangan terbang."
Tapi meskipun serangan Rusia menghantam daerah pemukiman Ukraina, dan jumlah korban tewas sipil meningkat, ada sedikit kemungkinan bahwa Barat akan menerapkan zona larangan terbang.
Tertekan sanksi oligarki Rusia buka suara
Hari ke-6 perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II menemukan Rusia semakin terisolasi, dilanda sanksi keras yang telah melemparkan ekonominya ke dalam kekacauan dan membuat negara itu praktis tidak memiliki teman, selain dari beberapa negara seperti China, Belarusia dan Korea Utara.
Salah satu orang terkaya Rusia mengatakan menjatuhkan sanksi pada oligarki tidak akan berdampak pada keputusan Moskwa untuk melancarkan perang di Ukraina.
Miliarder bankir kelahiran Ukraina Mikhail Fridman mengatakan pada konferensi pers di London bahwa perang adalah tragedi bagi kedua belah pihak.
Tapi dia berhenti mengkritik langsung, mengatakan pernyataan pribadi bisa menjadi risiko tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga staf dan kolega.