Berita Kendari
Kisah Anak Pemulung di Kendari Huni Gubuk Reyot, Berjuang Renovasi Rumah Usai Ayah Meninggal Dunia
Mereka mampu merenovasi rumahnya, namun ayah yang telah berjuang bersama telah meninggal dunia.
Penulis: Mukhtar Kamal | Editor: Risno Mawandili
"Sebenarnya tetangga sudah mulai mengumpulkan dana, tapi seperti yang kita lihat warga di lorong sini kan jumlahnya sedikit. Jadi tidak cukup," tuturnya.
Baca juga: Catatan Satgas Penanganan Covid-19 Sultra, Konfirmasi Positif 190 Kasus, Meninggal Dunia 1 Orang
Tetangga yang baik hati sempat meminta Asmawati untuk melaporkan kondisi keluagaranya kepada pemerintah.
"Tapi kalau ke pemerintah harus ada video biar tidak dikira kita menipu atau semacamnyalah," jelasnya.
Beruntung seseorang bernama Jodha Laiswa mengunggah kisah keluarga Asmawati di media sosial (medsos).
Konten video yang unggah oleh influencer di Sulawesi Tenggara itu viral Facebook dan mengunggah hati banyak orang.
Postingan live faceobook Jodha Lasiawa itu ternyata direunggah oleh seorang selebgram, Steven Stenly.

Setelah itu Steven Stenly juga membuat konten khusus saat menyambangi kediaman Asmawati dan tiga saudaranya.
Dalam video viral memperlihatkan getirnya kisah hidupnya keluarga yang tinggal di gubuk reyot tanpa seorang ayah, sementara itu ibu mereka terbaring lemah karena sakit.
Unggahan video selebgram asal Kota Kendari ini menuai banyak reaksi netizen untuk menggalakan dana.
Alhasil, sebanyak Rp30 juta berhasil dikumpulkan dari swadaya masyarakat, komunitas-komunitas relawan, dan pemerintah setempat.
Empat bersaudara itu akhirnya mendapatkan duit untuk merenovasi gubuk reyot menjadi rumah baru layak huni.
Baca juga: 4 Kelurahan di Kecamatan Kambu Kendari Dapat Kucuran Dana Rp6 Miliar, Prioritaskan Pembongkaran TPS
Asmawati mengatakan sangat bersyukur kini ia dan ketiga saudaranya dapat menghuni bangunan rumah baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Ibunya yang sakit-sakitan dan terbaring lemah di kasur kini tak lagi merasakan dinginnya air hujan saat hujan turun membasahi seisi rumah akibat genteng bocor.
"Hampir 30 tahun kami tinggal bersama almarhum ayah di sini yang beberapa waktu lalu meninggalkan kami akibat sakit," katanya, Rabu (23/2/2022).
Kini Asmawati hanya dapat mengenang ayahnya yang wafat sebelum berhasil merenovasi rumah.
"Namun takdir berkata lain, ayah kami wafat sebelum impian itu terwujud karena selama proses renovasi, ayah kami tiba-tiba jatuh sakit," tuturnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Husni Husein)