Berita Kendari

Kisah Anak Pemulung di Kendari Huni Gubuk Reyot, Berjuang Renovasi Rumah Usai Ayah Meninggal Dunia

Mereka mampu merenovasi rumahnya, namun ayah yang telah berjuang bersama telah meninggal dunia.

Penulis: Mukhtar Kamal | Editor: Risno Mawandili
Husni Husein/Tribunnewssultra
Asmawati Intan Berlian (23), berdiri di depan rumah barunya di Jalan Sao-sao, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (24/2/2022) siang WITA. Ia mengenang ayahnya yang telah meninggal dunia sebagai motivator untuk memperbaiki gubuk reyot menjadi layak huni. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM,KENDARI - Beginilah kisah pilu 4 bersaudara di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), menghuni gubuk reyot selama bertahun-tahun.

Mereka mampu merenovasi rumahnya, namun ayah yang dulu berjuang bersama telah meninggal dunia.

Empat bersaudara itu menghuni rumah baru dengan perasanan bahagai dan getir.

Wajah Fatmawati Berlian (25), Asmawati Intan Berlian (23), Putri Indar Dewi (20), dan Muhammad Hardin Putra Wajo (14), tampak sumringah setelah rumah baru kelar dikerjakan.

Keempat anak pemulung tersebut mampu mendirikan rumah baru setelah mengumpulkan uang.

Baca juga: Briptu AI Polwan Polres Kolaka Utara Bantah Keroyok Remaja di Kendari Sulawesi Tenggara

Menurut Asmawati Intan Berlian, tekad untuk mendirikan rumah baru yang layak huni itu telah ditanamkan ayahnya, Arifin.

Sebelum meninggal dunia, Arfin sudah mulai merenovasi rumahnya agar layak  huni.

"Ayah memamg sudah mulai kerja merenovasi sedikit demi sedikit dengan membongkar sana-sini dan memasang sana-sini," ujarnya di temui di Kendari, Rabu (23/2/2022).

Fatmawati Berlian, Asmawati Intan Berlian, Putri Indar Dewi, dan Muhammad Hardin Putra Wajo, merupakan warga yang bermukim di Jalan Sao-sao, Lorong Poronto 1, RT 9, RW 03, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Provinsi Sultra.

Keempat anak itu tinggal bersama kedua orangtuanya, sebelum sang ayah meninggal dunia.

Baca juga: ASR dan Gerindra Sultra Bantu Biaya Pengobatan Balita Penderita Hidrosefalus di Konawe Selatan

Asmawati Intan Berlian menjelaskan, ayahnya meninggal dunia setelah mendadak terserang demam seusai diguyur hujan saat bekerja merenovasi rumah.

Kepergian ayah tentu saja membuat suasana batin bergejolak. Semuanya kacau.

Bahkan rumah yang mulai direnovasi terbengkalai karena sosok tulang punggung keluarga telah tiada.

Suatu ketika Tuhan masih mengilhami Asmawati.

Saat masih berkabung, Asmawati mulai berfikir mencari cara agar impian ayah dapat terwujud.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved