Pengakuan Pemilik Bus Maut yang Tabrak Bukit Bego hingga Tewaskan 13 Orang: Ga Bisa Makan dan Tidur

Pemilik bus maut yang terlibat kecelakaan tunggal di tebing Bukit Bego, Imogiri, Bantul, DIY, Minggu (6/2/2022) hingga tewaskan 13 orang buka suara.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TribunJogja.com/Miftahul Huda
Pemilik bus maut yang terlibat kecelakaan tunggal di tebing Bukit Bego, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (6/2/2022) hingga menewaskan 13 orang itu akhirnya angkat bicara. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Pemilik bus maut yang terlibat kecelakaan tunggal di tebing Bukit Bego, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (6/2/2022) hingga menewaskan 13 orang itu akhirnya angkat bicara.

Giman selaku Pengusaha Otobus (PO) Gandhos Abadi (GA) Trans, Giman, membenarkan bahwa bus pariwisata yang mengalami kecelakaan maut itu adalah miliknya.

Giman menyebutkan bahwa bernopol AD 1507 EH yang mengalami kecelakaan maut di Bukit Bego itu terakhir dilakukan pengecekan sehari sebelum keberangkatan pada Minggu (6/2/2022).

"Keluar dari garasi dalam kondisi baik, tanggal 5 sudah diservis semua, sama mekanik sudah dicoba, hari Minggu dan Sabtu bagus. Ini kebetulan sampai Jogja terus kok tahu-tahu itu (kecelakaan)," ungkap Giman, Selasa (8/2/2022) seperti dilansir TribunnewsSultra.com dari Kompas.com.

Sebuah bus pariwisata rusak parah setelah mengalami kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, tepatnya di bawah Bukit Bego, Imogiri Bantul, Minggu (6/2/2022) siang.
Sebuah bus pariwisata rusak parah setelah mengalami kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, tepatnya di bawah Bukit Bego, Imogiri Bantul, Minggu (6/2/2022) siang. (TribunJogja.com/Miftahul Huda)

Giman pun menyatakan bahwa bus yang mengangkut rombongan family ghatering asal Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng) ini tak biasanya digunakan dalam perjalanan wisata di kawasan DIY.

Baca juga: FAKTA Baru dari TKP Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Bukit Bego, Polres Bantul Ungkap Analisis

"(Bus yang digunakan) hari Minggu biasanya cuma buat kota-kota Solo, jalan ke Parangtritis baru kali itu. Kalau sopirnya sering pariwisata, hanya pandemi ini kan enggak jalan," jelas Giman.

"Kemarin hari minggu juga jalan dua armada, jadi belum sepenuhnya jalan. Pengemudinya sudah 15 tahun jadi sopir, selama pandemi menyopir bus Solo Purwodadi," imbuhnya.

Menurut Giman, kecelakaan ini baru pertama kali dirasakannya selama 7 tahun menjadi pengusaha bus pariwisata.

"Iya kaget, namanya baru sekali ini. Sampai enggak bisa makan, semalam saja enggak bisa tidur," sebut Giman.

"Kami ikut belasungkawa sedalam-dalamnya, mudah-mudahan dapat tempat terbaik di sisi-Nya dan khusul khotimah," lanjutnya.

Meski demikian, Giman belum dapat mengunjungi ke rumah duka para korban, lantaran masih harus memenuhi panggilan pemeriksaan di Polres Bantul.

Baca juga: Temuan KNKT dalam Kecelakaan Maut Bus Pariwisata Tabrak Bukit Bego: Diduga Kecepatan 80 Km/Jam

Temuan KNKT

Bus pariwisata terlibat kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, tepatnya di bawah Bukit Bego, Imogiri Bantul, Minggu (6/2/2022) siang.
Bus pariwisata terlibat kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, tepatnya di bawah Bukit Bego, Imogiri Bantul, Minggu (6/2/2022) siang. (TribunJogja/Miftahul Huda)

Sebelumnya, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap temuan investigator pada kecelakaan maut bus pariwisata di Bukit Bego, Imogiri, Bantul, DIY, Minggu (6/2/2022) lalu.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam kecelakaan maut tersebut, sebanyak 13 orang termasuk sopir bus tewas.

Bus pariwisata maut ini mengangkut rombongan family gathering sebuah karyawan pabrik konveksi asal Sukoharjo.

Dikabarkan bahwa rombongan tersebut hendak mengunjungi tempat wiasa di wilayah Bukit Bego Bantul, DIY.

Baca juga: Jasa Raharja Beri Santunan & Jaminan Biaya Perawatan ke Korban Kecelakaan Bus di Imogiri Yogyakarta

Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan menjelaskan terkait kondisi bus maut yang menabrak tebing di Bukit Bego tersebut.

"Semua sistem berjalan baik. Bus itu secara fungsional bisa mengerem. Tak ada masalah teknis," ungkap Wildan di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Selasa (8/2/2022) seperti dilansir TribunnewsSultra.com dari Kompas.com.

"Kami sudah periksa kendaraan meliputi sistem rem, sambungan-sambungan kompresor, tabung angin. Tidak ada masalah dan tidak ada kebocoran. Anginnya masih ada," sambungnya.

Wildan menerangkan bahwa kondisi roda bus sesuai standar ambang batas normal dan dianggap masih layak digunakan baik dari alurnya maupun gap kampas.

Menurut keterangan kernet bus menyatakan bahwa saat dari tanjakan Bukit Bego sang sopir menggunakan gigi tiga.

Baca juga: 5 FAKTA Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Bukit Bego: 13 Orang Tewas Termasuk Sopir yang Panik

Sehingga membuat kendaraan bus itu meluncur dengan cepat.

Ketika mendekati di titik kecelakaan atau Tempat Kejadian Perkara (TKP), sopir kesulitan mengerem sebab bus dalam kecepatan tinggi.

"Masalahnya kegagalan pengereman," sebut Wilda.

"Pengemudi memindahkan gigi dari 3 ke 2. Itu tidak mungkin terjadi, Pasti akan masuk ke gigi netral diperkirakan bus dalam kecepatan 80 kilometer per jam," lanjutnya.

Wildan mengatakan bahwa jarak jalan mulai menurun hingga TKP laka adalah 1,1 kilometer.

Baca juga: Sosok Wanita yang Tewas Bersama Anak Gubernur Kaltara dalam Kecelakaan Maut di Jakarta: Kader PSI

Adapun ketinggiannya diperiksa dari Google Earth, terdapat perbedaan tinggi 150 meter sepanjang jalan dengan gradien tinggi 20 persen.

Diduga ketika kejadian kecepatan bus mencapai 80 kilometer per jam.

KNKT pun membeberkan temuan lain yakni sang sopir diduga panik karena tak dapat menarik rem tangan (hand break).

"Posisi hand break belum tertarik. Waktu saya tanya pengemudi tidak menarik itu. Kenapa? Mungkin panik. Saya tidak bisa berandai-andai. Karena pengemudi meninggal dunia," terang Wildan.

KNKT juga telah berkunjung Dishub Surakarta untuk memeriksa administrasi uji Kir dari bus maut itu.

Baca juga: Kader PSI Fatimah Jadi Tersangka Kecelakaan Maut yang Tewaskan Dirinya dan AKP Novandi Arya

Lantaran rampcheck bus pariwisata ini terdata di Dishub Surakarta.

Selesai investigasi, pihaknya KNKT akan melakukan koordinasi dengan Dishub dan Binamarga Provinsi DIY.

Sementara itu, Hari Prihatno selaku Kepala Dishub Surakarta, menyebut bahwa bus pariwisata GA Trans yang mengalami kecelakaan maut itu sudah lolos uji kir pada 16 November 2021 dan akan berakhir 16 Mei 2022.

"Hasil uji KIR yang kita lakukan laik jalan, hasilnya bagus. Artinya sudah sesuai prosedur, lolos semua," ujar Hari, Selasa (8/2/2022).

"Rem, lampu, klakson, ban dan lainnya bagus. Hasilnya kan tidak bisa direkayasa, karena sistemnya computerize. Jadi tidak mungkin menipu karena pakai komputer. Kalau nggak bagus ya nggak lolos," imbuhnya.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar) (Kompas.com/Fristin Intan Sulistyowati)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Buka Suara, Pemilik Bus yang Kecelakaan di Bantul: Bus Kondisi Baik, Sopir Sudah 15 Tahun" dan "KNKT Ungkap Bus Pariwisata dalam Kecelakaan di Bantul Laik Operasi dan Lolos Uji Kir"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved