HPN 2022

Agus Sudibyo Sebut Problem Media era Tranformasi Digital Ada Disrupsi hingga Berikan Rekomendasi

Anggota Dewan Pers paparkan permasalahan iklan yang dialami saat ini bagi media siber di Indonesia di tengah transformasi digital.

(Amelda Devi Indriyani/TribunnewsSultra.com)
Anggota Dewan Pers Agus Sudibyo saat menjadi pengantar diskusi di Konvensi Nasional Media Massa pada HPN 2022, di Claro Hotel Kendari, Selasa (8/2/2022). 

"Jika kita bicara tentang transformasi kira-kira transformasi digital, di saat yang sama kita harus berpikir kemandirian relatif," ujarnya.

"Artinya tidak putus hubungan sama sekali dengan Google dan Facebook, tetapi bagaimana kita bekerjasama dengan mereka, tapi kita memiliki kemandirian tidak sepenuhnya tergantung pada platform digital,"  bebernya.

Sekiranya ada beberapa hal yang direkomendasikan oleh Dewan Pers yakni pertama pentingnya media siber di Indonesia menjaga keseimbangan antara direct sales dan programatik.

Ia mengatakan jangan meninggalkan Iklan programatic sebab itu memberikan revenue baru kepada media. Namun tidak lebih dominan ke iklan programatic melainkan harus bisa menyeimbangkannya dengan direct sales.

Kemudian menyeimbangkan antara direct traffic dan indirect traffic. Artinya jangan sepenuhnya traffic milik sendiri diserahkan kepada platform, tetapi juga jangan meninggalkan sama sekali traffic yang telah didapatkan dari perantara platform digital itu.

"Jadi menjaga keseimbangan inilah sebagai pilihan realistis yang kita lakukan agar mandiri secara bisnis, sosial tetapi kita juga bisa memanfaatkan teknologi yang ada," ucapnya.

Selain itu, media-media di Indonesia dengan dipelopori asosiasi media saat ini harus mulai berpikir tentang membangun kemandirian data, sebab data pengguna sudah pasti adalah tiang dari sekarang atau nanti dan data ini tidak hanya dikuasai oleh platform digital.

Sehingga tidak kalah penting adalah untuk melakukan konsolidasi antar media berita.

"Hari ini kita menghadapi Facebook dan Google sendirian seperti batu melawan debu, tidak seimbang. Maka menghadapi Google dan Facebook, harus konsolidasi kolektif, maka beruntunglah media-media yang sudah menjadi bagian dari kelompok media yang besar," ujarnya.

Pihaknya merekomendasikan asosiasi media harus menjadi unsur konsolidasi dari anggota-anggotanya dan semacam konsorsium yang membantu anggotanya dalam berhadapan dengan platform Global. Jika tidak, maka yang terjadi adalah pertarungan tidak seimbang.

Selain itu, diperlukan juga aturan yang menjamin kesetaraan didepan hukum sehingga disinilah diperlukan peran pemerintah.

Peran negara bukan mengusir Facebook dan Google dari Indonesia tapi membuat sistem regulasi yang memungkinkan, jadi kesetaraan dalam iklim bisnis yang seimbang dalam konteks inilah muncul regulasi tentang Publishers Right.

"Kita membutuhkan regulasi baru yang tidak anti platform, tetapi untuk menciptakan suatu keadaan dimana aturan mainnya jelas, adil dan memberikan beban sekaligus tanggung jawab yang sama antara pihak perusahaan media nasional dan perusahaan media multinasional, dalam konteks Inilah kita perlu berbicara tentang apa itu publisher right," ucapnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved