HPN 2022
5 Rekomendasi & Kesimpulan Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional (HPN) 2022 di Kendari
Konvensi yang menjadi rangkaian HPN 2022 tersebut berlangsung di Phinisi Ballroom, Hotel Claro Kendari, pada Senin-Selasa (7-8/2/2022).
Dalam arti kepentingan ekonomi, kepentingan politik, maupun kepentingan alih teknologi.
Baca juga: Duta Besar Seychelles Kunjungi Konawe Utara, Bupati Ruksamin Beberkan Potensi Sumber Daya Alam Konut
KEDUA, dalam konteks kedaulatan nasional guna membangun ruang publik yang sehat, Konvensi Nasional Media Massa HPN 2022 merekomendasikan agar Pemerintah dan atau Dewan Perwakilan Rakyat mempercepat kehadiran regulasi Publisher Right, maupun regulasi lain yang memiliki tujuan membangun kemandirian atau kedaulatan digital.
Regulasi semacam ini merupakan upaya melindungi kepentingan nasional Indonesia menghadapi dominasi platform global, pada saat yang sama mewujudkan kedaulatan nasional dalam membentuk ekosistem media yang mampu menjalankan peran demokratisnya secara lebih baik.
Namun perlu ditegaskan, perlu kehati-hatian agar Publisher Right dan regulasi semacamnya tidak mereduksi sisi-sisi positif digitalitasi.
Pada prinsipnya, perlu dihindari regulasi berlebihan (over regulation) yang justru menghalangi optimalisasi segi-segi demokratis, deliberatif, produktif dan kreatif dari transformasi digital.
Terkait Membangun Model Media Massa yang Berkelanjutan Konvensi Nasional Media Massa 2022 tiba pada keyakinan bahwa keberlanjutan dalam jangka panjang media massa perlu dibangun di atas kemandirian yang kuat.
Baca juga: Bupati Konut Paparkan Potensi Daerah di HPN 2022, Ajak Duta Besar Cicipi Kelapa Bakar di Labengki
Untuk itu kami mendorong komunitas pers nasional Indonesia dan pihak yang terkait mulai mengupayakan berbagai inisiatif ke arah terbangunnya kemandirian tersebut.
PERTAMA, pers Indonesia mesti menyeimbangkan antara model bisnis yang bertumpu pada pendapatan iklan programatik dengan model bisnis yang bertumpu pada pendapatan iklan langsung (direct sale).
Keseimbangan ini diperlukan guna menghindari ketergantungan berlebihan terhadap platform global sehingga diharapkan pers nasional bertumbuh dalam kapasitas ekonominya sendiri.
Sebagaimana diketahui, terlepas dari manfaatnya dalam menambah pendapatan media, periklanan programatik membuat media menjadi sangat tergantung pada pihak eksternal dalam mengembangkan model bisnisnya.
Model bisnis yang bertopang pada periklanan programatik juga mendorong media untuk menjalankan praktik jurnalisme yang terlalu berorientasi pada shareability, kepada kuantitas berita, dan cenderung mengabaian persoalan kualitas dan kepantasan jurnalistik.
Baca juga: Seminar Pemulihan Ekonomi, OJK Dukung Ekonomi Hijau dan Pembiayaan Berkelanjutan
Periklanan programatik juga bisa berdampak negatif terhadap brand recognition perusahaan media di mata pengiklan.
KEDUA, pers Indonesia mesti menyeimbangkan akses langsung pengguna ke website media dengan akses tidak langsung pengguna yang difasilitasi platform media sosial, mesin pencari atau agregator berita.
Akses langsung ke media bagaimana pun menggambarkan kekuatan brand media dan kekuatan brand inilah yang perlu dibangun guna menopang kapasitas bisnis jangka panjang media massa.
Akses pengguna melalui perantaraan platform media sosial, mesin pencari atau agregator berita memang diperlukan untuk menaikkan trafik atau leverage website media.