Mahasiswa Pakai Surat PCR Palsu
Mahasiswa Kendari Demo Malam Hari, Protes Penetapan Tersangka PCR Palsu
Mahasiswa yang mengatas namakan Forum Pembela Keadilan Sultra itu, memprotes penetapan tersangka surat keterangan PCR palsu.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
TRIBUNNEWSSULTRA.COM,KENDARI - Belasan mahasiswa demo malam hari, di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (27/8/2021) sekira pukul 20.00 WITA.
Mahasiswa yang mengatas namakan Forum Pembela Keadilan Sultra itu, memprotes penetapan tersangka surat keterangan PCR palsu.
Koordinator lapangan demo Hendra Yushalid mengatakan, Kepolisian Resor (Polres) Kendari harus lebih bijak saat menangani kasus.
Menurutnya, tersangka PCR palsu terpaksa melakukan kesalahan untuk menolong 23 mahasiswa karena tiket pesawat yang telah dibeli nyaris hangus.
"Jadi itu tujuananya membantu, karena 23 tiket pesawat mahasiswa akan hangus. Sementara itu harga PCR mahal," ujarnya saat berorasi.
Baca juga: Tersangka Ngaku Tak Terima Uang Hasil Penjualan Surat PCR Palsu dari 23 Mahasiswa, 6 Tahun Penjara
Baca juga: Polres Kendari Tetapkan 1 Tersangka Kasus Surat PCR Palsu, Palsukan 2 Tanda Tangan dan Stempel
Ia mengaku, tersangka tak memiliki tujuan meraup keuntungan dari membuat surat keterangan PCR palsu.
"Itu murni untuk membantu mahasiswa yang tidak mampu membayar harga PCR yang mahal. Tidak ada tujuan komersialisasi," imbuhnya.
Polres Tetapkan Tersangka
Polres Kendari telah menetapkan 1 tersangka kasus surat PCR palsu 23 mahasiswa.
Adalah Ilham Nur Baco alias Aco warga Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Kendari AKBP Didik Erfianto menjelaskan, tersangka ditangkap pada Rabu (25/8/2021) lalu.
"Kami tetapkan Ilham Baco dengan pasal 263 ayat 1 dan 268 KUHP dengan ancaman penjara maksimal 6 tahun,"
Modus operandi yang dilakukan tersangka adalah dengan memalsukan dua tanda tangan dan stempel surat tersebut.
Diketahui, 23 mahasiswa Universitas Ibnu Chaldun yang hendak bertolak menuju Jakarta melalui Bandara Haluoleo Kendari, kedapatan membawa surat PCR palsu, Jumat (20/8/2021).
Sebab, surat PCR itu tak terdaftar di Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan tidak teridentifikasi di Aplikasi Peduli Lindungi.
Ke-23 mahasiswa tersebut akhirnya gagal terbang menggunakan maskapai Lion Air JT 987, padahal mereka telah memesan tiket seharga Rp858 ribu.
Mereka membeli surat PCR palsu itu seharga Rp250 ribu per lembar kepada seorang penghubung di Kendari.
Petugas KKP Kendari pun menyita 23 lembar surat PCR palsu tersebut dan meminta mahasiswa tersebut pulang ke rumahnya masing-masing.
Sejauh ini, Polres Kendari telah memeriksa 1 orang saksi dari pihak RSUD Bahteramas, 1 dari KKP Kelas II Kendari, 1 dari koordinator.
Sejauh ini, Polres Kendari telah memeriksa 1 orang saksi dari pihak RSUD Bahteramas, 1 dari KKP Kelas II Kendari, 1 dari koordinator.
Petugas Bandara Haluoleo Diperiksa
Sebelumnya, Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan atau KKP Kelas II Kendari, Bandara Haluoleo diperiksa Kepolisian Resor atau Polres Kendari terkait kasus surat PCR palsu 23 mahasiswa, Jumat (27/8/2021) siang.
Petugas KKP tersebut adalah dr Waode Umi Mazidah, dirinya memenuhi panggilan penyidik Satuan Reserse dan Kriminal atau Satreskrim Polres Kendari sejak pukul 10.00 WITA.
Diketahui, 23 mahasiswa Universitas Ibnu Chaldun yang hendak bertolak menuju Jakarta melalui Bandara Haluoleo Kendari, kedapatan membawa surat PCR palsu, Jumat (20/8/2021).
Sebab, surat PCR itu tak terdaftar di Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan tidak teridentifikasi di Aplikasi PeduliLindungi.
Ke-23 mahasiswa tersebut akhirnya gagal terbang menggunakan maskapai Lion Air JT 987, padahal mereka telah memesan tiket seharga Rp858 ribu.
Mereka membeli surat PCR palsu itu seharga Rp250 ribu per lembar kepada seorang penghubung di Kendari.
Petugas KKP Kendari pun menyita 23 lembar surat PCR palsu tersebut dan meminta mahasiswa tersebut pulang ke rumahnya masing-masing.
Koordinator Wilayah Kerja Bandara Haluoleo Kendari KKP Kendari, dr Waode Umi Mazidah mengatakan, ia diminta datang ke Polres Kendari untuk memberikan keterangan, tapi bukan sebagai saksi.
"Tidak ada keterangan saksi di suratnya, tapi untuk memberikan keterangan," kata dr Umi Mazidah saat dihubungi melalui WhatsApp Messenger, Jumat (27/8/2021).
Hingga pukul 11.45 WITA, dr Umi Mazidah masih menjalani pemeriksaan di ruang sub 1 Satreskrim Polres Kendari. (*)
(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)