Breaking News

HUT RI

Kesederhanaan Aditya Arya Paskibraka Nasional Asal Sulawesi Tenggara di Istana Merdeka, Diungkap Ibu

Kesederhanaan Aditya Arya Anandtha Bahtiar paskibraka nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka diungkap orangtua.

Editor: Aqsa
kolase foto (handover)
Kesederhanaan Aditya Arya Anandtha Bahtiar Paskibraka Nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka diungkap ayah dan ibu yakni Bahtiar Hudrin dan Hariyanti Hasim. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Kesederhanaan Aditya Arya Anandtha Bahtiar Paskibraka Nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka diungkap orangtua.

Ayah dan ibu Aditya yakni Bahtiar Hudrin dan Hariyanti Hasim tak bisa menyembunyikan kebahagiaan saat diwawancara TribunnewsSultra.com mengenai sosok dan profil anaknya.

Putranya kini menjadi kebanggaan tak hanya bagi orang tua dan keluarga tetapi masyarakat di Provinsi Sultra pada momen Hari Ulang Tahun atau HUT RI ke 76 pada Selasa (17/08/2021) hari ini.

Aditya Arya Anandtha Bahtiar kini menjadi salah satu dari 68 Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka 2021 di Istana Merdeka, Jakarta.

Adit, sapaannya, bertugas mengibarkan bendera merah putih pada detik-detik peringatan Proklamasi Hari Kemerdekaan Indonesia di hadapan Presiden RI Joko Widodo.

Hariyanti Hasim mengaku tidak menyangka dan merasa seperti mimpi anaknya bisa sampai di istana, mewakili Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi Paskibraka Nasional 2021.

Dia mengaku bingung, kaget, sekaligus bangga dengan prestasi Adit yang disebutnya sosok tenang dan pendiam di rumah.

Menurut Hariyanti, dia kerap mendengar kabar dan cerita Adit dari sekolah yang selalu mendapat posisi yang kadang tidak disangka sang ibu semisal menjadi pemimpin barisan upacara dan lainnya.

Hariyanti menyebut menjadi Paskibraka Nasional memang merupakan mimpi siswa SMA 1 Kendari tersebut sejak kecil.

Setiap kali menonton peringatan HUT RI di layar televisi, kata Hariyanti, putranya itu berujar akan menjadi Paskibraka di istana.

“Sejak kecil setiap nonton 17-an di televisi dia selalu bilang, mama saya nanti ada di sana jadi Paskibraka,” kata Hariyanti ditemui di kediamannya, Jalan Tekukur, Kelurahan Punggaloba, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.

Baca juga: Orangtua Anggota Paskibraka Istana Negara asal Sultra Bakal Ikut Upacara Virtual, Pakai Adat Buton

“Mama aminkan yah. Alhamdulillah kini terwujud,” jelasnya menambahkan.

Meski dikenal pendiam, kata Hariyanti, sosok putranya itu Adit juga dikenal sebagai sosok yang percaya diri.

Hariyanti mengatakan, Adit selalu berani menjadi yang pertama pada hal yang memang dia minati.

Terbukti saat di Jakarta, Adit bercerita ada pemilihan lurah RW dan RT dan dia mencalonkan diri untuk menjadi Lurah dan dia terpilih menjadi ketua RW.

Bahkan Adit memberanikan diri menjadi penceramah saat salat Subuh, di saat yang lain tidak ada yang mau mengajukan diri.

"Saya sempat nggak nyangka karena dia di rumah kan pendiam, tapi ternyata dia bisa juga ceramah," ujarnya.

Diapun berharap Adit selalu dalam keadaan sehat dan bisa terus membanggakan orangtua dan masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sosok Sederhana

Profil Aditya Arya Anandtha Bahtiar, sosok Paskibraka 2021 asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka, merupakan siswa SMA 1 Kendari.
Profil Aditya Arya Anandtha Bahtiar, sosok Paskibraka 2021 asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka, merupakan siswa SMA 1 Kendari. (kolase foto (handover))

Ayah Adit, Bahtiar Hudrin, mengungkapkan sosok dan keseharian putranya yang disebutnya berbeda dari anak kebanyakan.

“Dia pendiam. Tidak banyak maunya, terutama belanja atau masalah pakaian. Dia itu tidak pernah meminta,” katanya.

Misalnya soal telepon seluler (ponsel) yang disebutnya baru dimiliki Adit tatkala masa pembelajaran online selama pandemi Covid-19.

“Dia itu baru punya HP nanti pada saat belajar online, sebelumnya dia selalu pakai HP saya,” jelasnya.

Saat berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pemusatan latihan sebagai Paskibraka Nasional, Adit bahkan ogah mengenakan pakaian baru.

Dia malah lebih memilih memakai barang bekas milik orangtua atau keluarga yang masih layak daripada membeli barang baru semisal sepatu dan celana hitam.

Baca juga: Mengenal Ainun Jariah Paskibraka Nasional Sulawesi Tenggara, Fans BTS, Suka Drakor & Boneka Doraemon

“Celana hitamkan wajib, itu dia pakai celana bekas saya. Baju berkerah yang dipakai juga itu bekas-bekas saya semua dan itu yang dibawa,” ujar Bahtiar.

Sang anak keukeh dengan hal itu, namun Bahtiar malah ngotot tetap ingin membelikan anaknya pakaian baru.

Adit menolak dengan alasan pakaian bapaknya masih bisa dipakai.

“Besoknya mau berangkat, sore itu baru dibelikan beberapa baju, itupun baju yang Rp100 ribu dapat 3 lembar,” kata Bahtiar.

Menurut Bahtiar, kesederhanaan itu membuat Adit berbeda dari anak-anak kebanyakan.

Bahkan, Adit sudah belajar hemat dan tidak boros menggunakan uang sejak masih kecil.

“Pergi sekolah saja dikasih uang jajan Rp20 ribu tapi selalu kembali Rp15 ribu,” jelasnya.

Simpan Uang Saku

Ayah Aditya Arya Anandtha Bahtiar, Bahtiar Hudrin didampingi sang istri Hariyanti Hasim.
Ayah Aditya Arya Anandtha Bahtiar, Bahtiar Hudrin didampingi sang istri Hariyanti Hasim. ((Amelda Devi Indriyani/TribunnewsSultra.com))

Ibu Adit, Hariyanti Hasim, pun membenarkan hal itu.

Menurutnya, pemuda kelahiran 30 Juni 2005 tersebut memang anak yang sederhana, santai, penurut, dan tidak banyak permintaan.

“Dia itu tidak neko-neko apa adanya, jadi apapun yang dia lakukan itu selalu minta persetujuan dari kami,” kata Hariyanti.

Dia mencontohkan kala putranya mendapatkan uang saku dari Gubernur Sultra Ali Mazi dan Kepala SMA 1 Kendari.

Uang saku tersebut semuanya malah dititip kepada orangtuanya.

“Dia cerita teman-temannya pada bawa uang Rp5 juta. Padahal kami juga kasih Rp5 juta, katanya kebanyakan,” ujar Hariyanti.

Baca juga: Momen Haru Paskibraka 2021 Menangis di Istana Jelang HUT RI Saat Bahas Ibu, Merinding Lihat Presiden

“Dikasih Rp500 ribu dan Rp1 juta masih kebanyakan juga katanya. Yah alasannya mau belanja di mana,” katanya menambahkan.

Hariyanti juga sering mendapati putranya menyimpan uang di kantong pakaian, buku bacaan, hingga pernah terselip di Alquran.

Pemuda berdarah Bugis tersebut juga sangat dekat dengan kedua orangtuanya.

Bahkan, sampai saat ini Adit masih suka diantar jemput oleh ayahnya meski sudah duduk di bangku SMA.

“Dia itu sampai sekarang masih minta antar jemput sama bapaknya, walaupun dia pintar naik motor tapi tetap minta diantar kemana-mana, dan kadang ditunggui latihan juga,” jelas Hariyanti.

Kiprah Aditya Arya

Menurut sang ibu, saat kecil penampilan Adit mirip artis cilik, Nakula dan Sadewa.

Dia memiliki rambut panjang keriting dan selalu menjadi pusat perhatian ibu-ibu saat bersekolah di taman kanak-kanak.

Meski dikenal pendiam, kata Hariyanti, putranya itu dikenal sebagai sosok yang percaya diri.

Dia selalu berani tampil pertama pada hal yang memang diminatinya.

Misalnya Adit memberanikan diri menjadi penceramah saat salat Subuh saat tidak ada yang mau mengajukan diri.

“Saya sempat nggak nyangka karena dia di rumah kan pendiam, tapi ternyata dia bisa juga ceramah,” ujarnya.

Kepada sang ibu, Adit juga bercerita pengalamannya saat berada di Jakarta.

Kala itu, ada pemilihan RW dan RT, dia lalu mencalonkan diri dan malah terpilih menjadi ketua RW.

Beranjak remaja, Adit juga menunjukkan bakat menonjol di bidang olahraga mengikuti jejak sang ayah yang merupakan seorang mantan atlet dayung.

Namun, menurut Bahtiar sang ayah, dirinya tak pernah mengarahkan Adit untuk menjadi atlet.

Dia menyebut sebagai orangtua mereka selalu mendidik dan mendukung Adit sesuai apa yang dia inginkan.

Tak pernah mengekang Adit harus menjadi yang diinginkan mereka.

“Jika itu yang dia mau, ya silakan kami mendukung,” kata Bahtiar.

Termasuk soal hobi olahraga.

Adit memilih mendalami renang dan selam dan tidak mengikuti jejak ayahnya yang merupakan seorang atlet dayung.

“Saya sendiri atlet dayung sampai teman saya bertanya kenapa tidak dayung juga. Biar saya paksakan di dayung tapi dia tidak suka ya tidak ada gunanya, lebih baik dia fokus pada yang diminati,” jelasnya.

Tak hanya renang dan selam, Adit mengikuti banyak cabang olahraga mulai taekwondo, bulutangkis, hingga basket.

Bahkan, Adit mengikuti Pra Pelancaran Olahraga Nasional (Pra-PON) saat duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP).

“Alhamdulillah pertama kali juga di tingkat Sultra ya lumayanlah dan sebelumnya juga ikut Pra-PON di Surabaya Jawa Timur, lawannya itu rata-rata juara nasional,” ujar Bahtiar.

Lagi-lagi, Adit menunjukkan kesederhanaan saat mengikuti ajang nasional tersebut.

Menurut Bahtiar, saat berangkat putranya itu disebutkan membawa uang saku paling sedikit ketimbang rekan-rekannya yang lain.(*)

(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved