9 Istri Soekarno, Fatmawati hingga Ratna Sari Dewi, Wanita Asal Jepang Dinikahi Presiden Pertama RI

Inilah 9 istri Soekarno, Fatmawati hingga Ratna Sari Dewi, wanita asal Jepang dinikahi Presiden Pertama RI.

handover
Ratna Sari Dewi dan Fatmawati 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah 9 istri Soekarno, Fatmawati hingga Ratna Sari Dewi, wanita asal Jepang dinikahi Presiden Pertama RI.

Soekarno merupakan Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) yang menjabat mulai tahun 1945 hingga 1967.

Pria yang lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo ini menjadi tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama Mohammad Hatta.

Merupakan tokoh besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, kehidupan pribadi Soekarno juga masuk ke dalam catatan sejarah Indonesia.

Kehidupan pribadi Soekarno di antaranya yang menjadi sorotan adalah kisah asmaranya dengan beberapa perempuan.

Dikenal sebagai sosok yang karismatik, maka tak heran Soekarno dipuja banyak wanita. Seperti diketahui, Soekarno memiliki sembilan istri.

Kesembilan istri Soekarno ini dikenal sebagai sosok-sosok yang cantik. Hanya saja, dari kesembilan istri Soekarno, sosok yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah Fatmawati.

Namanya tercatat dalam sejarah sebagai Ibu Negara yang menjahit Bendera Sang Saka Merah Putih Indonesia.

Baca juga: Jadi Google Doodle, Sosok K.R.T. Hardjonagoro, Pelopor Batik Dikenal Dekat dengan Ir Soekarno

Lantas siapa saja sembilan wanita yang menjadi istri Soekarno? Selengkapnya, dikutip dari berbagai sumber, TribunnewsSultra.com, bagikan untuk Anda.

- Oetari (1921–1923)

Siti Oetari lahir di Ponorogo pada tahun 1905. Ia merupakan putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam.

Oetari menjadi istri pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari saat usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun.

Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya.  Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas.

Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB).

Soekarno kemudian menceraikan Oetari secara baik-baik. Siti Oetari Tjokroaminoto kemudian menikah lagi dengan Sigit Bachroensalam.

Pernikahan ini berakhir setelah Sigit Bachroensalam meninggal pada tahun 1981 dan meninggalkan Oetari sebagai janda di usia 76 tahun.

Siti Oetari meninggal lima tahun setelah suami keduanya yaitu pada tahun 1986 sekitar usia 81 tahun di Indonesia.

Ia meninggalkan seorang putra bernama Ir. Harjono Sigit Bachroensalam, ayah dari artis Maia Estianty.

- Inggit Garnasih (1923–1943)

Inggit Garnasih lahir di Kamasan, Banjaran, Bandung, Jawa Barat pada 17 Februari 1888. Ia adalah istri kedua Soekarno.

Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.

Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda.

Inggit dan Soekarno bercerai di Pegangsaan Timur 56 yang disaksikan oleh Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur.

Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal.

Kisah cinta Inggit dan Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang.

Beliau meninggal di Bandung pada tanggal 13 April 1984. Dua bulan sebelum beliau meninggal, Fatmawati mengunjunginya atas bantuan Ali Sadikin.

Baca juga: Profil Paundrakarna Sukmaputra Cucu Presiden Soekarno Calon Raja Mangkunegaran, Anak Mangkunegara IX

- Fatmawati (1943–1956)

Fatmawati adalah istri ketiga dari dari Presiden Pertama RI, Soekarno. Wanita yang memiliki nama asli Fatimah itu lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923.

Fatmawati
Fatmawati (Kompas)

Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967. Fatmawati merupakan ibunda dari Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri.

Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Fatmawati meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada usia 57 tahun.

- Hartini (1953–1970)

Hartini lahir di Ponorogo, Jawa Timur, pada 20 September 1924. Ia menjadi istri keempat Presiden RI Soekarno.

Hartini remaja dikenal cantik. Sebelum menikah dengan Soekarno, Hartini muda terlebih dahulu menikah dengan Soewondo dan menetap di Salatiga.

Namun, Hartini menjadi janda pada usia 28 tahun dengan empat orang anak, setelah berpisah dengan Soewondo.

Lantas pada tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada.

Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.

Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana.

Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini.

Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas, 7 Juli 1953. Kemudian tahun 1964, Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor.

Hartini
Hartini (Bangka Pos)

Hartini ikut mendampingi acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor, antara lain menemui Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.

Pada masa tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor sangat besar.

Ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa bertemu dengan Soekarno.

Meski demikian dekat, Soekarno masih menikahi Ratna Sari Dewi (1961), Haryati (Mei 1963) dan Yurike Sanger (Agustus 1964).

Namun sejarah mencatat, Hartini telah mengisi paruh kehidupan Soekarno. Dia lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki.

Hartini meninggal di Jakarta 12 Maret 2002 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak. Hartini meninggalkan 6 anak.

Anaknya bersama Soekarno yaitu Bayu Soekarnoputra dan almarhum Taufan Soekarnoputra.

Sementara anaknya dengan Soeswondo yakni Siti Suwandari, Herwindo, Tri Harwanto, dan Sri Wulandari.

Baca juga: Lengkap Isi Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Dibacakan Soekarno di Serambi Depan Rumahnya

- Kartini Manoppo (1959–1968)

Kartini Manoppo lahir di Kotamobagu, 19 Maret 1931. Ia adalah istri kedelapan Soekarno.

Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi.

Dia terlahir dari keluarga terhormat. Kartini Manoppo pernah bekerja sebagai pramugari Garuda Indonesia.

Soekarno dan Kartini Manoppo bertemu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah.

Sejak saat itu, Kartini Manoppo tak pernah absen tiap kali Soekarno pergi ke luar negeri.

Soekarno dan Kartini Manoppo kemudian menikah pada tahun 1959.

Keduanya dikaruniai anak bernama Totok Suryawan Soekarnoputra pada tahun 1967.

Kartini Manoppo wafat di Jakarta pada 14 April 1990 dan dimakamkan di pemakaman umum di Kelurahan Kotobangun, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu.

- Ratna Sari Dewi (1962–1970)

Ratna Sari Dewi Soekarno biasa dipanggil Dewi Soekarno, lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, Kekaisaran Jepang pada 6 Februari 1940.

Ia adalah istri kelima Soekarno. Ratna Sari Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika berumur 22 tahun dan mempunyai anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.

Dewi berkenalan dengan Soekarno lewat seorang relasi ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo.

Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi (handover)

Nama Ratna Sari Dewi merupakan nama pemberian dari Soekarno. Soekarno yang begitu dalam mencintai Ratna Sari Dewi diketahui pernah menuliskan sebuah surat cinta.

Adapun isi surat tersebut yakni:

"Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang."

"Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku, namanya Ratna Sari Dewi."

"Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku, aku menghendaki ia selalu bersama aku."

Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Ratna Sari Dewi meninggalkan Indonesia. Ia pindah ke Paris, Prancis.

Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983, Ratna Sari Dewi kembali ke Jakarta.

Ia kembali ke Jepang pada tahun 2008 dan menetap di Shibuya, Tokyo hingga saat ini.

- Haryati (1963–1966)

Haryati lahir di Ponorogo, Jawa Timur pada 24 Agustus 1940. Haryati adalah istri keenam Soekarno.

Sebelum menikah dengan Soekarno, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian.

Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada tanggal 21 Mei 1963. Namun pada tahun 1966, Haryati diceraikan.

Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi Soekarno.

Haryati merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, putri Kanjeng Pangeran Koesoemajoedho, Bupati Ponorogo periode 1916 - 1926.

Baca juga: Lirik Lagu Bersuka Ria - Soekarno, Dinyanyikan Bing Slamet, Nien Lesmana, Rita Zahara, Titiek Puspa

- Yurike Sanger (1964–1968)

Yurike Sanger adalah istri ketujuh Soekarno. Wanita kelahiran tahun 1945 itu, pertama kali bertemu dengan Soekarno pada tahun 1963.

Kala itu Yurike masih berstatus sebagai pelajar yang menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara kenegaraan.

Yurike ternyata langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar.

Soekarno lantas memberikan perhatian ekstra kepada gadis muda itu, mengajaknya bicara, duduk berdampingan sampai mengantar pulang ke rumah.

Kemudian, benih-benih cinta sudah mulai hadir di antara keduanya.

Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati.

Seutai kalung pun diberikan ke Yurike. Akhirnya, Bung Karno menemui orang tua Yurike. Hingga pada 6 Agustus 1964, Soekarno menikahi Yurike secara islam di rumahnya.

Kondisi Soekarno pada 1967 yang secara de facto dimakzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi.

Soekarno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai.

- Heldy Djafar (1966–1969)

Heldy Djafar lahir di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Provinsi Borneo, Indonesia, pada 11 Juni 1947.  Ia adalah istri kesembilan Soekarno.

Heldy Djafar lahir dari pasangan H Djafar dan Hj Hamiah. Ia bungsu dari sembilan bersaudara. Ia menikah dengan Soekarno pada tahun 1966.

Kala itu Soekarno berusia 65 tahun sementara Heldy Djafar berusia 18 tahun. Saksinya Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama Saifuddin Zuhri.

Namun, pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu.

Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto.

Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.

Akhirnya, pada tanggal 19 Juni 1968, Heldy yang berusia 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor, keturunan dari Kerajaan Banjar.

Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia pada tanggal 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved