Virus Corona
Terdampak Pandemi Covid-19, Pedagang di Malioboro Yogyakarta Pasang Bendera Putih
Bendera putih dipasang dari mulai jalan masuk Malioboro hingga di depan kantor Gubernur Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Pandemi Covid-19 atau virus corona telah menyebabkan terjadinya krisis kesehatan di berbagai belahan dunia.
Selain memberikan dampak pada sektor kesehatan, pandemi juga berpengaruh pada sektor ekonomi.
Sebagaimana diketahui, pada masa pandemi seperti saat ini, masyarakat diimbau untuk mematuhi protokol kesehatan termasuk menjaga jarak atau menjauhi kerumunan.
Bahkan, pesan 'di rumah saja' atau 'stay at home' juga digaungkan untuk mengajak masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Baca juga: Bantuan Subsidi Gaji Rp 1 Juta Segera Disalurkan, Berikut Syarat Penerima
Pemerintah juga menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat maupun PPKM level.
Hal itu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penularan virus corona.
Namun kebijakan itu ternyata memberikan dampak cukup signifikan bagi pelaku usaha, termasuk para pedagang di kawasan Malioboro, Yogyakarta.
Bahkan belum lama ini, mereka melakukan aksi pemasangan bendera putih di sepanjang jalan Malioboro.

Pantauan Kompas.com, bendera putih dipasang dari mulai jalan masuk Malioboro hingga di depan kantor Gubernur Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.
Mereka memasang bendera dengan menggunakan potongan bambu dan diikat pada pagar pelindung tanaman.
Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro, Desio Hartonowati mengatakan saat PPKM level diberikan kelonggaran untuk dine in, pedagang lesehan tetap kesulitan mendapatkan pelanggan.
Baca juga: PPKM Level 4 Diperpanjang, Berikut Daftar Bansos yang Bakal Disalurkan Pemerintah
"Pedagang kuliner, kami tetap tidak bisa jualan. Dengan rentang waktu 1,5 jam kami tidak bisa jualan, tetap tutup total," katanya saat ditemui di Malioboro, Kota Yogyakarta, Jumat (30/7/2021).
Ia mengungkapkan, kesulitan pedagang lesehan untuk berjualan karena adanya aturan jam buka, yakni maksimal pukul 20.00 WIB. Sedangkan para pedagang lesehan memulai berjualan pada sore hari.
Menurutnya, pemasangan bendera putih ini bukanlah bentuk protes kepada pemerintah.
Melainkan sebagai ungkapan perasaan para pedagang bahwa mereka merasa kesulitan menghadapi pandemi, yang membuat ekonomi mereka lumpuh.
"Bukan protes, imbauan supaya mengerti perasaan PKL bahwa ekonomi lumpuh total tidak ada pedagang tidak ada pengunjung," kata dia.
Baca juga: Tanggapan IDI dan Satgas Soal Foto Viral Influencer Diduga Terima Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga
"Menyerah secara universal. Kami enggak bisa berbuat apa-apa lagi," ungkapnya.
Disinggung terkait bantuan dari pemerintah, Desi mengatakan saat ini bantuan belum efektif.
Sebab, bantuan disalurkan melalui koperasi yang menaungi paguyuban di Malioboro.
Sementara sekarang ini paguyuban yang dinaungi oleh koperasi hanya ada dua.
"Sementara yang dua dinaungi koperasi baru dalam proses. Kemudian 9 paguyuban lain belum ada akses ke sana. Kami minta solusi pemda supaya paguyuban dapat dana pinjaman bergulir," ujar dia.
Bantuan modal dibutuhkan para pedagang mengingat dari awal pandemi hingga saat ini sudah ada 3 ribuan pedagang yang terdampak.
Baca juga: Kata Puan Soal Rencana Penyediaan Fasilitas Isolasi Khusus DPR: Belum Diperlukan
Sebagian besar dari mereka sudah kehilangan modal karena tergerus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, pedagang kaki lima (PKL) Malioboro, Dimanto (64) mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19, dirinya belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
Aksi pemasangan bendera putih ini sekaligus untuk mengetuk hati pemerintah agar memberikan sedikit bantuan kepada para pedagang di Malioboro.
"Ya kalau kaki lima parah, terutama kuliner. Karena sejak Covid-19 ada belum pernah ada bantuan apapun dari pemerintah. Kita mengetuk hati pemerintah supaya memberikan sedikit bantuan kepada terutama pedagang kaki lima yang ada di Malioboro," katanya.
Kondisi saat ini, menurutnya, cukup berat, karena sekarang ini diperbolehkan berjualan tetapi akses masuk Malioboro masih ditutup sehingga belum banyak pengunjung yang datang.
"Sekarang lebih berat,diperbolehkan jualan tapi akses jalan masih ditutup. Kita membuat makanan thok tapi tak bisa jual. Pembeli belum ada. Kalau akses dibuka mungkin banyak pembelinya. Kalau sekarang ditutup belum ada pembeli," katanya.
"Kita jualan sehari bisa nutup kulakan saja sudah Alhamdulillah," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pedagang Malioboro Yogya Pasang Bendera Putih Tanda Menyerah: Kami Tak Bisa Apa-apa Lagi",
(Kompas.com/Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo)