Kecelakaan Maut Mahasiswa UHO

Respon Kecelakaan Maut Mahasiswa, UHO Bakal Evaluasi Keamanan Kendaraan, Jeda Kunjungan Industri

Kendaraan yang digunakan mahasiswa kecelakaan maut di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra,) belum safety alias tak aman untuk digunakan. 

Penulis: Risno Mawandili | Editor: Sitti Nurmalasari
Direktur Program Vokasi UHO, Arman Faslih 

Akibat peristiwa naas itu, 9 mahasiswa menjadi korban, di mana 6 orang tewas dan 3 orang lainnya cedera sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Bahteramas Kendari.

Sebelumnya, Muhammad (25), mengatakan peristiwa tersebut terjadi karena pihak kampus tidak hati-hati dalam merencanakan perjalanan jarak jauh bagi mahasiswanya.

Selaku keluarga Zakaria Ramadhan, korban yang tengah dirawat di Rumah Sakit Bahteramas Kendari ini menduga sopir yang yang disediakan kampus untuk perjalanan PKL ini adalah seorang mahasiswa.

Muhammad, menilai sopir tersebut belum profesional untuk perjalanan jarak jauh karena tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

"Mengapa kampus tidak menyiapkan sopir profesional, malah membiarkan mahasiswa yang belum memiliki SIM mengendarai mobil untuk perjalanan jauh," ujar Muhammad lewat panggilan telepon, Selasa (8/6/2021).

Berikut kronologis kecelakaan maut 9 mahasiswa UHO Kendari di Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), 5 tewas, 4 terluka.
Berikut kronologis kecelakaan maut 9 mahasiswa UHO Kendari di Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), 5 tewas, 4 terluka. (handover)

Muhammad mengatakan, kampus seharusnya punya fasilitas bus dengan sopir yang profesional untuk mengantar mahasiswa.

Jika memang tidak ada, bisa menyewa bus atau supir profesional untuk mengendarai mobil sewaan.

"Semestinya jika itu kegiatan kampus harusnya menggunakan bus kampus. Atau pihak kampus menyediakan sopir profesional karena ini perjalanan jauh menuju Bombana," tegasnya.

Muhammad meminta pertanggungjawaban dari peristiwa naas tersebut. Ia meminta kepolisian menyelidiki kasus ini hingga tuntas.

Bahkan jika perlu penyedia kendaraan diselidiki karena menyediakan kendaraan yang tidak aman.

"Mobil sewaan itu sudah rusak dari awal, kenapa tidak dijelaskan jika ban serep itu rusak dan bahaya jika digunakan untuk perjalanan jauh," imbuhnya.

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah Direktur Program Pendidikan Vokasi UHO Kendari, Arman Faslih, mengatakan, sebelum berangkat keamanan kendaraan sudah dicek.

"Tetapi pecah ban di tengah perjalanan dan harus diganti. Ternyata ban serep yang digunakan ini tidak baik," ujarnya.

Baca juga: Kroscek Keluhan Warga, DPRD Kota Kendari Kunjungi Karamba di Bungkutoko

Baca juga: Mahasiswanya Terlibat Kecelakaan Maut, Rektor UHO Prof Zamrun Merasa Sangat Kehilangan

Terkait bus kampus dan sopir profesional, Arman mengatakan, itu merupakan sesuatu yang sudah disepakati oleh rombongan, termasuk mahasiswa.

Ia menjelaskan, rutinitas tahunan kunjungan industri bahkan biasanya menggunakan sepeda motor jika jaraknya dekat.

"Tetapi memang ada tiga alternatif, bisa menggunakan bus kampus, bus sewaan, dan mobil rental, tergantung kesepakatan. Dan saat itu disepakati untuk menggunakan mobil rental," imbuhnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/ Risno Mawandili)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved