Hari Raya Waisak
Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha
Umat Buddha memperingati Hari Raya Waisak 2565 BE pada Rabu (26/5/2021) hari ini.
Setelah enam tahun belajar dan bermeditasi dalam perjalanannya, dia menjadi sadar secara spiritual dan mencapai tujuannya untuk menemukan makna dalam hidup dan ini disebut sebagai sebuah pencerahan.
Pada saat ini, dia menjadi Buddha dan selama sisa hidupnya dia mengajari para pengikutnya tentang pengalamannya.
Buddha dimaknai sebagai gelar, bukan nama, yang berarti yang tercerahkan atau yang telah bangkit.
Dari kisah tersebut, maka Waisak dirayakan setahun sekali.
Tanggal Waisak berubah setiap tahun karena terjadi pada saat bulan purnama pertama dari bulan lunar kuno Waisak, yang biasanya jatuh pada bulan Mei atau awal Juni.
Baca juga: Panduan Puja Bhakti dan Dharmasanti Waisak saat Pandemi dari Kemenag

Di Indonesia perayaan Waisak berpusat di Candi Buddha terbesar di dunia, yaitu Candi Borobudur.
Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur biasanya dibagi menjadi tiga tahapan.
Pertama dimulai dengan prosesi pengambilan air berkat di mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor yang dilakukan menggunakan sumber api abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan.
Kemudian dilanjutkan dengan ritual Pindapatta, yaitu ritual yang diberikan secara khusus kepada umat untuk berbuat kebajikan.
Dan yang terakhir Samadhi, dilakukan pada detik-detik menjelang puncak bulan purnama.
Pada puncak perayaannya, umat Buddha akan berkumpul menyalakan lilin dan memasukkannya ke dalam lampion atau lentera.
Lentera ini nantinya akan dilepas secara bersama-sama sehingga akan terlihat sangat indah di tengah gelapnya langit malam.
Tujuan pelepasan lentera atau lampion dilakukan agar doa umat Buddha dapat segera terkabul.
(Tribunnews.com/Oktavia WW)(GridPop.ID/Septiana Hapsari)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hari Raya Waisak 26 Mei 2021, Simak Sejarah Singkat Perayaan Waisak Berikut Ini!,