Cerita Angga, Disiksa Penyidik di Buton Dipaksa Mencuri: Parang di Leher Ancam Dibunuh
Angga merupakan remaja yang mengaku disiksa penyidik Polsek Sampoabalo, Kabupaten Buton. Dia juga mengaku sempat diancam dibunuh, ditodong parang.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
Hal itu ia lakukan karena ketakutan dengan ancaman Edi.
Ia mengatakan, tak berpikir banyak, asal nyawanya malam itu bisa selamat.
"Langsung dia ambil hand phone, dia telepon Kapolsek. Bilang, Angga ini dia tidak mengaku, kita bunuh saja? Langusung dia bilang Kapolsek, iya bunuh saja," ujar Angga coba menirukan percakapan Edi malam itu.
Ketakutan Angga makin menjadi. Ia menangis, meminta tolong agar segera dipulangkan ke rumah ibunya.
"Langung saya berbohong, karang-karang cerita bahwa telah mencuri, saya minta-minta maaf di Kapolsek. Langsung Pak Edi kasi pulang saya. Saya terpaksa berbohong, mengaku curi uang itu daripada saya dibunuh," urainya.
Dipukuli
Sebelum kejadian itu, juga setelahnya, Angga mengaku sering dipukul petugas Polsek Sampoabalo.
Ketika pertama kali digelandang ke Polsek Samplabalo 2 Januari 2021, Angga mengaku, sudah mulai dipukuli karena tidak mau membenarkan perkataan penyidik.
Angga ditangkap pada malam hari ketika berada di rumah tatangganya, beronda menjaga orang yang baru saja bersalin.
"Saya didatangi Pak Edi, mungkin jam 12 (malam). Langung dia bawa saya di Polsek," ujarnya.
Sampai di Polsek Sampoabalo, Angga mulai ditanyai seputar pencurian yang terjadi di rumah kepala SMP Saharuddin.
Karena Angga kekeh tidak mau mengaku, polisi bernama Darvi Sulistion langsung memukul leher dan melemparkan asbak besi kepada remaja itu.
"Sabilang betul pak saya tidak tahu, langusung Pak David pukul leherku, pas ditanya lagi tetap saya bilang tidak tahu, langsung saya dilemparkan asbak besi," ujar Angga.
Setelah lama diinterogasi tetapi tak mau membenarkan perkataan penyidik, Angga lalu digelandang ke belakang kantor.
Di tempat gelap itu Davi Sulastion memukul Angga dua kali di perut.