Kelompok Bersenjata di Papua

Kebringasan KKB Papua, Siswa SMA Ditembak di Kepala dan Dibacok, setelah Penembakan Brutal Guru SD

Giliran siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Ilaga, Kabupaten Puncak, AM (16), menjadi korban keberingasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Editor: Aqsa
Ist
Ilustrasi penembakan. 

Cerita Kepala SMP Selamat

Yonatan Renden guru korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) telah dimakamkan pada Sabtu (10/4/2021).

Saksi utama tewasnya Pak Guru Yonatan, sekaligus korban selamat dari penembakan brutal KKB di wilayah Beoga menyampaikan kesaksiannya.

Dia adalah Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Beoga Kabupaten Puncak Papua, Junaedi Arung Sulele.

Mengawali kesaksiannya, Junaedi Arung Sulele menyampaikan rasa dukanya atas berpulangnya dua guru yang tewas ditembak KKB, Oktavianus Rayo, dan Yonathan Renden.

Junaidi menjelaskan situasi mencekam saat penembakan KKB terjadi.

“Sebelum ada kejadian, hingga kami semua turun, situasi sudah kembali kondusif sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Beoga. Puji Tuhan saya masih lolos,” kata Junaidi, Selasa (13/4/2021).

Dia menjelaskan saat penembakan terjadi dirinya tidak melihat orang.

Tetiba bunyi tembakan terdengar.

“Ketika bunyi tembakan saya lari ke arah kanan, Saudara Yonatan Renden (28) ke kiri,” jelas Junaidi.

Menurutnya, korban sudah 2 kali kena tembakan di dada tapi masih sempat lari kemudian jatuh.

"Kalau korban pertama, saya tidak di TKP, lokasi saya jauh dari situ," ujar Junaidi.

Lokasi korban pertama tersebut di SMPN 1 Beoga.

Korban merupakan guru SD Klemabeth.

"Tetapi karena istrinya mengajar di SMP mereka tinggal di perumahan guru SMPN 1 Beoga. Saat penembakan korban pertama Saudara Oktovianus Rayo (40) dia di kepung KKB,” katanya.

Junaidi menjelaskan selama ini situasi aman-aman saja.

"Aparat keamanan dari Koramil, Polsek, dan Satgas TNI-Polri selama ini memang sudah berjaga di Beoga. Pascapenembakan, situasi di atas saat ini masih siaga. Aparat TNI-Polri berjaga disekitar kampung Beoga,” lanjutnya.

Menurut Junaidi, selama ini guru pendatang selalu dekat dengan masyarakat asli Kabupaten Puncak.

Kedua korban tersebut merupakan guru kontrak.

Oktavianus sudah 10 tahun menjadi guru kontrak.

Sedangkan, Yonathan 2 tahun. Kedua korban sudah berkeluarga.

Oktavianus bersama istri tinggal di Beoga, sedangkan Yonatan, anak istrinya di Toraja.

“Total ada 11 orang guru pendatang, sebagian mengungsi di Koramil,” ujar Junaidi.

Dijelaskan oleh Junaidi bahwa tidak banyak pendatang di wilayah Beoga, hanya para guru saja.

Serta informasi yang menyatakan Junaidi diculik tidak sepenuhnya benar.

Junaidi meluruskan saat terjadi penembakan, dia bersembunyi di rumah warga.

Ketika aparat TNI-Polri yang mengevakuasi jenazah lewat di dekat persembunyiannya, Junaidi keluar dan ikut mengamankan diri di Koramil.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved