Rumah Kakek Tanggo di Konawe Tak Kunjung Diperbaiki, Pemerintah Sebut Belum Punya Anggaran
Kondisi kakek Tanggo (65) yang hidup bersama istrinya, Jeni (20) di rumah tak layak huni tidak mendapat perhatian serius pemerintah setempat.
Penulis: Arman Tosepu | Editor: Laode Ari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KONAWE – Kondisi Kakek Tanggo (65) yang hidup bersama istrinya, Jeni (20) di rumah tak layak huni tidak mendapat perhatian serius pemerintah setempat.
Warga Desa Ulu Lamokuni, Kecamatan Anggotoa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) bahkan mengaku tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah untuk membangun rumah.
Kepala Bidang Perumahan Rakyat Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Konawe, Hanibal mengatakan pihaknya saat ini belum bisa memberikan bantuan kepada Kakek Tanggo.
Ia mengatakan hambatan itu karena tidak memiliki anggaran untuk program pembangunan milik Kakek Tanggo.
Program yang dimaksud yakni bantuan pembanguna rumah tangga layak huni ( RTLH ) yang dananya bersumber dari Angaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kabupaten.
"Terus terang saja untuk APBD bantuan perumahan itu sampai sekarang itu masih belum ada," kata Hanibal saat ditemui dikantornya, Kelurahan Puunaha, Kecamatan Unaaha, Konawe, Senin (01/3/2021).
Baca juga: Sekolah di Konawe Belum Tersentuh DAK, Dikbud Sebut Ini Penyebabnya
Baca juga: 26 TKA China Masuk Lagi, Bukan Tujuan ke Morosi Konawe, Ini Penjelasan Imigrasi
Sejak menjabat sebagai Kepala Bidang Perumahan Rakyat Tahun 2019, kata Hanibal, pihaknya juga sampai saat ini belum melakukan survei perumahan.
Hanibal menyebut, pihaknya juga mengandalkan anggaran dari Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Wilayah Sulawesi III dan Kementerian.
"Kita cuma mengandalkan bantuan dari balai, provinsi, dan kementerian itu pun kita mengusulkan juga kesana," lanjut Hanibal.
Itu pun, kata Hanibal, pengusulan anggaran bantuan perumahan tidak langsung terealisasi. Karena menunggu persetujuan dari lembaga tersebut.
Hanibal menduga, pihaknya hingga kini tak mendapat kucuran anggaran perumahan, karena Bidang Perumahan Rakyat masih bergabung dengan Dinas Pekerjaan Umum.
Justru, Bidang Bina Marga dan Cipta Karya di Dinas PUPR Konawe menjadi prioritas kucuran APBD.
"Kalau mungkin kita sudah berdiri jadi OPD tersendiri, mungkin ada," ujar Hanibal.
Mengeluh ke DPRD
Hanibal menyebut, pihaknya sering menyampaikan persoalan ini ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe.
Agar kondisi yang saat ini dialami Kakek Tanggo segera mendapatkan bantuan sehingga bisa tinggal di tempat layak.
Ia meminta agar dana aspirasi anggota dewan dapat dialihkan dalam rehabilitasi perumahan rakyat.
"Apalagi mungkin di daerah itu ada anggota DPR dapil sana yang mau membantu, bisa kita arahkan kesana," ujar Hanibal.
Selain karena dana RTLH yang belum diterima.
Hanibal menyebut kendala lain karena APBD Kabupaten Konawe mengalami deficit hingga 2021 ini.
Sehingga bantuan rumah layak huni untuk kakek Tanggo masih terkendala
"Kita mau bantu langsung juga pak Tanggo agak susah juga," kata Hanibal.
Ia berharap, seluruh Kepala Desa dan Lurah di Kabupaten Konawe dapat berperan aktif mengusulkan warganya yang perlu diberi bantuan rumah tangga layak huni.

Sebelumnya diberitakan, Tanggo (65), warga Desa Ulu Lamokuni, Kecamatan Anggotoa, Konawe, hidup memprihatinkan.
Bagaimana tidak, dia bersama istrinya, Jeni (20) tinggal bersama di rumah yang tak layak huni itu.
Saat TribunnewsSultra.com berkunjung ke rumahnya, Sabtu (27/2/2021), tampak rumahnya berdinding kayu mulai dimakan rayap.
Ia bersama istrinya yang sedang sakit tinggal di rumah itu.
Kondisi dinding kayu rumah mulai habis dimakan rayap. Bahkan, sebagian dinding rumahnya telah jatuh ke tanah akibat lapuk.
Belum lagi, lantai rumah yang beralaskan tanah dan atap rumahnya pun sudah berjatuhan.
Kondisi itu pun tak jarang membuat, Ia dan isterinya sering kebasahan ketika hujan turun.
Sementara dibagian dapur rumah yang berukuran 5x5 meter itu kondisinya juga lebih memperihatinkan.
Karena hampir semua dinding papan rumah telah jatuh karena lapuk.
Untuk makan sehari-hari, Tanggo mengandalkan hasil panen sawahnya yang berukuran 20 are atau 2 ribu meter persegi.
Hasil mengolah sawah, hanya cukup untuk makan sehari-hari bersama istrinya.
Tanggo mengaku, hingga saat ini rumahnya belum pernah tersentuh bantuan pemerintah.
Di usia senja, Tanggo kerap mengalami sakit perut, untungnya ada Kartu Indonesia Sehat (KIS). Tapi istrinya belum memiliki kartu semacam itu.
Bantuan Dari Desa Lain
Tanggo menuturkan, baru menerima bantuan sosial tunai senilai Rp300 ribu pada 2021 ini.
"Tiga ratus, diterima di kantor pos," katanya.
Bantuan itu pun, diperoleh atas usulan pemerintah Kelurahan Palarahi, Kecamatan Wawotobi, tetangga Desa Ulu Lamokuni.
Desa Ulu Lamokuni adalah sebuah desa di Kecamatan Anggotoa yang belum bisa menerima kucuran alokasi dana desa (ADD).
Pasalnya, Desa Ulu Lamokuni hingga saat ini belum memiliki nomor registrasi dari pemerintah pusat.
Idap Sindrom Autisme
Istri Tanggo, Jeni mengidap sindrom autisme, membuat sulit untuk berkomunikasi.
Tanggo sendiri mengaku, perkawinannya dengan Jeni merupakan yang ketiga kalinya.
Istri pertamanya, ia dikaruniai dua orang anak.
Seorang putranya bekerja di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Putrinya ikut suami di Kelurahan Hopa-Hopa, Kecamatan Wawotobi.
Tanggo berharap, rumahnya tersentuh bantuan bedah rumah agar tidak basah saat hujan turun.(*)
Laporan wartawan TribunnewsSultra.com : Arman Tosepu