Cerita Adik Korban Heli MI-17 Lulus Calon Prajurit TNI AD, Penuhi Janji ke Kakak, 2 Kali Gagal

Cerita adik korban Heli MI-17 lulus calon prajurit TNI AD, akhirnya penuhi janji ke kakak setelah 2 kali gagal seleksi.

Editor: Aqsa
Handover
Cerita adik korban Heli MI-17 lulus calon prajurit TNI AD, akhirnya penuhi janji ke kakak setelah 2 kali gagal seleksi. 

TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Cerita adik korban Heli MI-17 lulus calon prajurit TNI AD, akhirnya penuhi janji ke kakak setelah 2 kali gagal seleksi.

Rasdin akhirnya lulus seleksi Calon Tamtama Prajurit Karir (Cara PK) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) Gelombang 2 tahun 2020.

Bagi adik korban Heli MI-17 yang jatuh di Papua beberapa waktu lalu, Praka Anumerta Risno, tersebut keberhasilan ini punya makna mendalam.

Kelulusan ini tak hanya untuk memenuhi cita-citanya menjadi prajurit TNI AD.

Dia akhirnya bisa memakai baju loreng tentara untuk menepati janjinya kepada almarhum sang kakak.

“Rasdin tak pernah menyerah, meski beberapa kali daftar gagal.

Dia berusaha terus untuk mewujudkan janjinya kepada kakaknya menjadi prajurit TNI AD," kata Kapenrem 143/HO Mayor Arm Sumarsono via rilis.

Baca juga: Awalnya Beli Nasi Kuning, Dandim Kolaka Letkol Inf Risa Wahyu Malah Beri Kursi Roda ke Pemuda Lumpuh

Baca juga: 3 Prajurit TNI AD di Sultra Terima Penghargaan Danrem Brigjen TNI Jannie A Siahaan, Ini Prestasinya

Rasdin merupakan adik kandung Praka (Anumerta) Risno yang merupakan salah satu dari lima Prajurit Yonif 725/Wrg yang menjadi korban musibah jatuhnya Heli MI-17 di Papua setahun silam.

Tahun ini dia mendaftar seleksi Cara PK TNI AD untuk ketiga kalinya.

Setelah berkali-kali gagal, Rasdin akhirnya bisa lolos Calon Tamtama TNI AD pada tahun ini.

Menurut Sumarsono, keberhasilan Rasdin tentu tak terlepas dari usaha yang keras dan dukungan doa orang tua maupun orang terdekatnya.

"Janji Rasdin untuk sang kakak dilatarbelakangi karena keinginan melanjutkan karir dan keinginan almarhum Risno yaitu untuk membantu keluarganya," jelasnya.

“Ini janji saya Pak, saya akan berjuang keras untuk mewujudkannya. Insyaallah saya pulang ke Kendari sudah berpakaian loreng,” ujar Kapenrem mengutip komentar Rasdin sebelum berangkat ke Makassar untuk melaksanakan seleksi tingkat pusat.

Kini, Rasdin sudah mengikuti pendidikan di Secata Rindam XIV/Hsn yang dibuka sejak 23 November 2020 lalu.

Sementara itu, Wa Undali, ibunda Rasdin, mengaku bahagia mendengar sang anak lolos jadi calon Prajurit TNI AD.

“Terimakasih ya Allah, terimakasih atas dukungan dari pimpinan dan teman-teman anak saya (Alm. Risno) yang selama ini terus memberikan semangat kepada Rasdin dan keluarga kami disini,” kata Undali dilansir via rilis Kapenrem 143/HO.

“Semoga Risno tenang di alam sana. Janjinya akan dilanjutkan Rasdin,” jelasnya menambahkan.

Dia juga berpesan agar Rasdin mengikuti pendidikan dengan baik.

“Sehat selalu Nak ikuti pendidikan dengan baik, kami semua bangga padamu Rasdin,” ujarnya.

Kecelakaan Heli M-17 TNI AD

Sebelumnya, helikopter MI-17 yang terbang dari Bandara Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang ke Bandara Sentani Jayapura, Papua, Jumat (28/6/2019), akhirnya ditemukan.

Penemuan setelah delapan bulan heli milik TNI AD dengan nomor registrasi HA-5138 tersebut dinyatakan hilang.

Helikopter pada saat itu dilaporkan membawa 12 orang terdiri dari 7 orang kru dan 5 orang personel Satgas Yonif 725/Wrg yang akan melaksanakan pergantian pos.

Pada Senin (10/2/2020), Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen Herman Asaribab mengonfirmasi titik kordinat jatuhnya heli MI-17 milik TNI AD yang hilang kontak di Pegunungan Bintang, Papua, sejak 28 Juni 2019, itu.

Puing-puing MI-17 terlihat di salah satu tebing di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang.

"Selanjutnya kita akan fokus untuk melakukan kegiatan evakuasi terhadap korban. Evakuasi harus dipersiapkan dengan matang mengingat lokasi puing berada di tebing dengan sudut hampir 90 derajat," ujar Mayjen Herman Asaribab.

Pada Kamis (13/2/2020) pagi, tim evakuasi akhirnya berhasil didaratkan di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Proses evakuasi melibatkan 1 satuan setingkat kompi (SSK) dari Batalyon Inf 751/Raider Khusus dan tim kesehatan gabungan dari TNI , Polri, dan SAR.

Termasuk melibatkan masyarakat lokal dan tokoh tokoh masyarakat.

Namun 5 unit Heli Bell yang mengantar tim hanya bisa menurunkan mereka di ketinggian 11.000 kaki, sedangkan lokasi puing-puing MI 17 di 12.500 kaki.

Seluruh Korban Ditemukan

Tim evakuasi dari Yonif 751 Raider kemudian berhasil mencapai titik puing-puing pesawat tersebut, Jumat (14/2/2020) sekitar pukul 12.30 WIT.

Setelah berjalan mendaki selama lebih kurang 5 jam dari basecamp yang didirikan sejak Kamis (13/2/2020).

Tim menemukan 12 jenazah.

Sebelumnya, Heli MI-17 milik TNI AD yang membawa 12 penumpang dan kru hilang kontak di Pegunungan Bintang sejak 28 Juni 2019.

Sebanyak 12 penumpang dan kru dalam helikopter tersebut yakni:

1. Kapten CPN Bamban sebagai flight engineering,

2. Kapten CPN Aris sebagai pilot,

3. Serka Suriatna (T/I),

4. Lettu CPN Ahwar sebagai pilot,

5. Pratu Asharul sebagai mekanik,

6. Praka Dwi Pur sebagai mekanik,

7. Serda Dita Ilham sebagai mekanik,

8. Serda Ikrar Setya Nainggolan sebagai Danru dari Satgas Yonif 725/Wrg

9. Pratu Yaniarius Loe (Taban SO) dari Satgas Yonif 725/Wrg,

10. Pratus Risno (Tabakpan 1/GLM) dari Satgas Yonif 725/Wrg,

11. Prada Sujono Kaimudin (Tabakpan 2) dari Satgas Yonif 725/Wrg, dan

12. Prada Tegar Hadi Sentana (Tabakpan 4) dari Satgas Yonif 725/Wrg.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved