Akhir Pencarian Farhan dan Reno, Tewas Jadi Kerangka di Gedung ACC Kwitang, Sempat Hilang saat Demo
Beginilah akhir pencarian dua orang hilang saat aksi demonstrasi yang ricuh di kawasan Kwitang akhir Agustus 2025.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Dari hasil penemuan kerangka di gendung ACC Kwitang, terungkaplah bahwa dua kerangka itu adalah Farhan dan Reno.
Hasil tes DNA yang dilakukan oleh RS Polri Kramat Jati menunjukkan kecocokan dengan keluarga masing-masing korban.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Putu Cholis Aryana, memaparkan kronologi panjang sejak laporan orang hilang hingga penemuan kerangka di dalam gedung ACC.
"Lalu upaya kami mengerucut ke empat nama orang yang hilang Eko, Bima, Farhan, dan Reno," kata Putu.
Selama periode yang sama, polisi juga menerima laporan kebakaran di Gedung ACC Kwitang dan langsung melakukan olah TKP. Tiga orang pelaku kemudian diamankan terkait peristiwa kebakaran itu.
Polda Buka Posko, Kerja Bareng KontraS
Demi mempercepat pencarian, Polda Metro Jaya membuka Posko Orang Hilang pada 12 September 2025 dan berkoordinasi dengan KontraS, yang sejak awal mendampingi keluarga korban.
Lima hari kemudian, polisi menemukan dua orang, Eko di Kalimantan Tengah dan Bima di Jawa Timu. Namun Farhan dan Reno belum diketahui keberadaannya.
Pada 19 September, Puslabfor Bareskrim Polri turun ke TKP Gedung ACC untuk mencari tahu penyebab kebakaran.
"Berdasarkan hasil penelusuran komunikasi dan digital Farhan, handphone miliknya sempat digadaikan sebelum kerusuhan di Kwitang," jelas Putu.
Ditemukan Tertimbun Puing
Tanggal 30 Oktober 2025, tim inspeksi PT QIES, selaku vendor renovasi gedung, mencium aroma tak sedap di lantai dua Gedung ACC, tepatnya di ruang underwriting.
Dari lokasi itu, ditemukan dua kerangka manusia yang tertimbun reruntuhan plafon dan puing bangunan.
Polisi kemudian mengambil sampel DNA dari keluarga Farhan dan Reno untuk proses identifikasi.
Hasil Tes DNA: Identik dengan Reno dan Farhan
Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Brigjen Pol Prima Heru Yulihartono mengatakan, dua kerangka itu tiba di RS Polri pada 30 Oktober lalu.
"Waktu kematian dari saat pemeriksaan sudah lebih dari 1 bulan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang terus membantu termasuk pihak keluarga yang telah mengirim antemortem," ujar Prima.
Kepala Pusat Laboratorium dan Dokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti mengatakan hasil tes DNA menunjukkan kecocokan dengan keluarga korban.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.