OPINI

OPINI: Bayang Ridwan Bae di Pertarungan Herry Asiku Melawan La Ode Darwin

Tanggal 26 Oktober 2025 akan menjadi babak baru dalam sejarah politik Partai Golkar Sulawesi Tenggara.

Istimewa
PENULIS OPINI - Jurnalis Politik Sulawesi Tenggara (Sultra), Muhammad Akbar Ali yang menulis opini "Bayang Ridwan Bae di Pertarungan Herry Asiku Melawan La Ode Darwin". (Istimewa) 

Oleh: Muhammad Akbar Ali

Jurnalis Politik Sulawesi Tenggara

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Tanggal 26 Oktober 2025 akan menjadi babak baru dalam sejarah politik Partai Golkar Sulawesi Tenggara.

Musyawarah Daerah (Musda) XI yang digelar di Kendari ini bukan sekadar ajang pemilihan Ketua DPD I, tapi pertarungan gengsi, pengaruh, dan arah masa depan partai berlambang pohon beringin di jazirah Tenggara.

Dua nama mencuat sebagai kandidat kuat.

Herry Asiku, sang petahana yang berpengalaman, dan La Ode Darwin, bupati muda penuh ambisi yang tengah naik daun.

Namun di balik dinamika dua tokoh ini, ada satu nama yang disinyalir menjadi kunci arah pemenang. Ridwan Bae.

Baca juga: Musda XI Golkar Sulawesi Tenggara Digelar 26 Oktober 2025 di Kendari, Panitia Matangkan Persiapan

Petahana vs Bupati Muda

Herry Asiku bukan sosok baru dalam politik Golkar.

Ia sudah menancapkan akar sejak menjadi Ketua DPD II Golkar Konawe Utara (2008–2013), lalu melangkah ke DPRD Sultra selama tiga periode berturut-turut.

Kini, ia menjabat Wakil Ketua DPRD Sultra periode 2025–2029.

Di tubuh Golkar, Herry dikenal loyalis sejati, organisator ulung, dan pengusaha mapan.

Baca juga: Abu Hasan Loyal ke Herry Asiku hingga Musda, Sindir Kader ‘Benalu’ Jelang Musda Golkar Sultra

Ia memimpin sejumlah perusahaan besar, seperti PT Beringin Jaya Internasional, PT Konaweeha, dan PT United Tractor.

Figur Herry adalah cerminan “Golkar lama” yang solid, tertib, dan berjejaring kuat di legislatif.

Di sisi lain, muncul La Ode Darwin, generasi baru yang membawa aroma segar dari Muna Barat.

Bupati muda kelahiran 1986 ini meniti karier dari dunia bisnis hingga politik.

Kiprahnya di Muna Barat tidak bisa dipandang sebelah mata.

Baca juga: La Ode Darwin Konsolidasi Calon Ketua Golkar Sulawesi Tenggara di Kendari, 15 DPD II se-Sultra Hadir

Ia memenangkan Pilkada 2024 dengan telak 84,78 persen melawan kotak kosong, dan sukses mengangkat citra daerah dengan program-program inovatif seperti Mubar Sehat dan Petani Keren.

Dalam waktu singkat, nama Darwin melambung.

Ia dianggap simbol kebangkitan “Golkar muda” yang ingin tampil progresif dan modern.

Namun, Darwin tidak datang ke gelanggang Musda dengan tangan kosong.

Di belakangnya, berdiri barisan 15 Ketua DPD II Golkar se-Sultra yang telah mendeklarasikan dukungan.

Baca juga: Herry Asiku Klaim Dapat Restu Pusat, Mantap Kembali Bertarung di Musda Golkar Sulawesi Tenggara 2025

Di balik semua itu, disinyalir ada bayangan besar yang menggerakkan konstelasi, Ridwan Bae.

Mantra Politik Ridwan Bae

Sultra mengenal satu adagium yang masih berlaku hingga kini: “Tidak ada keputusan besar di Golkar tanpa restu Ridwan Bae.”

Tokoh ini adalah patron sejati di tubuh Golkar Sultra.

Mantan Ketua DPD I dua periode dan kini duduk di Senayan sebagai anggota DPR RI, Ridwan memiliki pengaruh yang nyaris tak tertandingi.

Ia dikenal piawai dalam lobi-lobi politik, memainkan harmoni kekuasaan tanpa perlu banyak tampil di depan publik.

Malam ini, 26 Oktober 2025, kabar beredar dari lingkar dalam Golkar.

Ridwan Bae dijadwalkan bertemu Herry Asiku.

Namun, Herry dikabarkan sementara di Jakarta dan akan diwakili putranya, Satria.

Pertemuan ini disebut-sebut sebagai bagian dari lobi senyap agar Musda nanti berjalan aklamasi, mendorong Herry memberi jalan kepada La Ode Darwin.

Jika benar demikian, maka ini bukan sekadar kompromi politik, tapi juga penegasan bahwa Ridwan masih memegang remote control arah partai di Sultra.

Dalam banyak peristiwa politik sebelumnya, Ridwan dikenal lihai menjaga keseimbangan kekuasaan.

Ia jarang berkonfrontasi terbuka, tapi manuvernya selalu berujung pada hasil yang sesuai kehendaknya.

Ketika 15 Ketua DPD II serentak menyatakan dukungan ke Darwin, publik paham bahwa itu bukan gerakan spontan.

Itu hasil dari “jimat politik” Ridwan.

Kemampuan memadukan loyalitas, kekuasaan, dan jaringan elite daerah hingga ke pusat.

Akhir Sebuah Era atau Regenerasi?

Jika Musda nanti benar berakhir aklamasi untuk La Ode Darwin, maka Golkar Sultra akan mencatat momen peralihan generasi yang relatif damai.

Herry Asiku bisa saja legowo, karena ia tetap menjadi figur penting di DPRD dan di tubuh partai.

Tapi bagi sebagian kader, skenario ini menandai akhir dari era Herry Asiku.

Era kader tradisional yang tumbuh dari mesin partai lama.

Sebaliknya, Darwin bisa menjadi simbol regenerasi.

Dengan usia muda dan latar belakang pengusaha, ia diharapkan membawa napas baru, memodernisasi partai, dan menembus ceruk pemilih milenial yang mulai jenuh dengan pola lama.

Namun, jalan di depan tidak akan mudah.

Sebab dalam tubuh Golkar, setiap perubahan selalu disertai ujian loyalitas.

Ridwan Bae tampaknya paham betul soal itu.

Ia tidak sekadar menyiapkan penerus, tapi merancang kesinambungan kekuasaan agar tetap berada dalam orbit pengaruhnya.

Maka siapa pun yang nanti menjadi Ketua DPD I Golkar Sultra, satu hal sudah pasti: Ridwan Bae tetap menjadi poros penentu.

Menanti 26 Oktober

Musda XI tinggal menghitung hari.

Di permukaan, semuanya tampak tenang.

Tapi di balik layar, telepon-telepon politik berdering nyaris tanpa henti.

Lobi, kompromi, dan kesepakatan tengah disusun dengan rapi.

Golkar Sultra sedang berada di persimpangan antara stabilitas dan pembaruan.

Dan seperti biasa dalam politik Sulawesi Tenggara, semua jalan tampaknya masih mengarah ke satu nama, Ridwan Bae.

Sang arsitek senyap yang selalu tahu kapan harus turun tangan. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved