Masyarakat lokal kerap memiliki mekanisme tersendiri dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, termasuk dalam menentukan kapan waktu pemanfaatan dan kapan harus berhenti mengambil.
Misalnya, dalam masyarakat Suku Moi di Papua dengan tradisi Egek, yaitu praktik menutup akses terhadap wilayah pemanfaatan sumber daya hutan dan laut selama beberapa tahun (Rahmadi, 2022).
Tradisi serupa juga ditemukan di Pulau Namatota melalui Sasi Nggama, yang menetapkan bahwa ikan lompa dan hasil laut lainnya hanya boleh diambil dalam waktu tertentu demi menjaga keseimbangan alam (Saturi, 2022).
Tradisi-tradisi ini merupakan bentuk citizen science berbasis budaya lokal, di mana pengetahuan ekologis diwariskan lintas generasi dan diimplementasikan secara bersama.
Tradisi ini juga telah mendapatkan legitimasi hukum melalui Peraturan Bupati Sorong Nomor 7 Tahun 2017 tentang Hukum Adat dan Kearifan Lokal dalam Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Laut di Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon.
Baca juga: Mahasiswa Program MBKM Unsultra Berbagi Pengalaman Guna Bangun Motivasi di Lingkungan Kampus
Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara citizen science dan dukungan pemerintah dapat menjadi pondasi penting dalam menciptakan sistem pengelolaan sumber daya yang adil dan berkelanjutan.
Citizen Science Bukan Pengetahuan Usang
Pemerintah seharusnya dapat lebih mendorong kolaborasi antara citizen science dan pengetahuan yang bersifat saintis.
Kolaborasi ini dapat menciptakan perasaan keterwakilan dari masyarakat lokal terkait pembangunan di ruang lingkup mereka tinggal.
Dalam penelitian yang dilakukan Ceccaroni et al. (2021) juga menunjukkan bahwa citizen science menjadi penting dalam pembahasan mengenai kesehatan dan keadilan lingkungan.
Oleh karena itu, citizen science tidak semestinya dipandang sebagai pengetahuan yang usang atau terpinggirkan, melainkan perlu diintegrasikan secara strategis dengan pengetahuan ilmiah kontemporer dalam perumusan kebijakan publik.
Integrasi ini akan membantu memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan lebih kontekstual, relevan, dan responsif terhadap kebutuhan serta realitas sosial-ekologis masyarakat.
Dengan demikian, citizen science dapat menjadi salah satu jawaban atas berbagai permasalahan lingkungan yang kian kompleks di masa kini.
Daftar Pustaka
Asnawi, M. A. (2025). Tambang nikel Raja Ampat, kerusakan tak bakal pulih. Mongabay.co.id.
https://mongabay.co.id/2025/06/08/tambang-nikel-raja-ampat-kerusakan-tak-bakal-pulih/