Berita Sulawesi Tenggara

Kisah Gerhana Matahari yang Dipercaya Masyarakat Zaman Dulu di Buton Utara Sulawesi Tenggara

Penulis: Dewi Lestari
Editor: Sitti Nurmalasari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah kisah Gerhana Matahari yang dipercaya masyarakat zaman dulu di Buton Utara (Butur), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah kisah Gerhana Matahari yang dipercaya masyarakat zaman dulu di Buton Utara (Butur), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Gerhana Matahari merupakan fenomena langka yang dapat dijelaskan secara ilmiah.

Namun terdapat juga cerita rakyat terkait Gerhana Matahari hingga mitos yang dapat menambah khazanah budaya Indonesia

Umar Zuni (60), lelaki asal Buton Utara bercerita sekitar tahun 1960 hingga 1970-an ketika terjadi Gerhana Matahari atau bulan masyarakat pukul-pukul benda yang menghasilkan bunyi yang keras.

Kata dia, benda yang biasa digunakan yakni tutup panci dan kentungan, tujuannya untuk mengusir makhluk yang memakan matahari atau bulan.

Baca juga: Fenomena Gerhana Matahari Hibrid Terlihat dari Langit Buton Utara Sulawesi Tenggara

Menurut kepercayaan dulu, kalau terjadi Gerhana Matahari atau Gerhana Bulan berarti ada yang memakan matahari dan bulan tersebut.

Mereka menyebutnya dengan sebutan Laindaua.

Sehingga masyarakat dulu, ketika terjadi Gerhana Matahari berlarian ke dalam rumah untuk bersembunyi karena takut sama Laindaua.

"Kalau sekarang fenomena Gerhana Matahari dianggap biasa, kalau dulu orang-orang lari ke dalam rumah untuk bersembunyi. Karena takut sama Laindaua," kata Umar Zuni, Kamis (20/4/2023)

Lanjut, Umar Zuni mengatakan cerita tersebut di zaman sekarang sudah tidak dipercaya lagi, semenjak pendidikan mulai dikenal oleh masyarakat.

Baca juga: Simak Tata Cara Shalat Gerhana Matahari Dua Rakaat, Hingga Waktu Pelaksanaan

Untuk diketahui, Laindaua hanya nama yang diberikan masyarakat Buton Utara pada zaman dulu, yang dipercaya sebagai makhluk gaib yang menelan bulan atau matahari. (*)

(Tribunnewssultra.com/Dewi Lestari)