1. Metode Rukyat
Rukyat secara istilah berarti menyaksikan dengan mata kepala, baik di dunia maupun di akhirat.
Maka kata rukyat menunjukkanan kepada melihat sesuatu dengan mata telanjang (Mu’jam at-Ta’rifat, Ali bin Muhammad al-Jurjani)
Metode rukyat yaitu melakukan pengamatan bulan dengan metode pandangan mata secara langsung di lapangan.
Posisi bulan harus berada di ketinggian dua derajat saat matahari terbenam (maghrib), tiga derajat jarak sudut bulan dan matahari, serta delapan jam usia bulan setelah ijtimak yaitu ketika bulan dan matahari sejajar atau segaris dengan ekliptika.
Jika bulan berada di bawah ketinggian dua derajat, secara teoritis bulan mustahil dapat diamati dengan mata.
Baca juga: Jadwal Imsakiyah 2023 di Kendari, Download PDF Kalender Ramadan 144 H Untuk 38 Provinsi Indonesia
Dan sebaliknya, jika bulan berada lebih dari dua derajat, maka bulan memungkinkan untuk dilihat dengan mata telanjang.
Biasanya metode ini dilakukan pada hari ke 29 di bulan sya’ban.
Ketika hilal sudah terlihat, maka malam itu juga sudah memasuki awal bulan baru yaitu bulan Ramadhan. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka awal Ramadhan adalah maghrib berikutnya.
2. Metode Hisab
Menurut istilah, hisab adalah perhitungan benda-benda langit untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan.
Apabila hisab ini dalam penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal bulan, maka maksudnya adalah menentukan kedudukan matahari atau bulan.
Sehingga diketahui kedudukan matahari dan bulan tersebut pada bola langit pada saat-saat tertentu.
Metode hisab yaitu melakukan perhitungan pergerakan posisi hilal pada akhir bulan dalam menenentukan awal bulan.
Metode hisab hanya perlu melakukan perhitungan ilmu astronomi untuk menentukan bulan sabit atau bulan baru.