TRIBUNNEWSSULTRA.COM, SEMARANG - Setiap pasangan calon pengantin harus sehat dan tidak boleh anemia agar bayi yang akan dilahirkan sehat dan tidak stunting.
Hal ini ditekankan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo ke Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tengah mengikuti orientasi di Aula Kantor Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Kamis (9/3/2023).
Kegiatan orientasi yang dilaksanakan di Aula Bergerak Bersama itu diikuti ratusan anggota Tim Pendamping Keluarga dari Kecamatan Gajahmungkur dan Kecamatan Candisari.
"Yang mau nikah harus sehat. Yang mau hamil dan melahirkan harus sehat. Mau menikah syaratnya lingkar lengan atas minimal 23,5 centimeter, HB 12 ke atas. Jika kurang berarti anemia. Jika setelah diperiksa syarat itu kurang, maka boleh nikah. Tapi jangan hamil dulu. Jika hamil anaknya berpotensi stunting," kata Hasto.
Sebelum memaparkan hal tersebut kepada TPK, Hasto Wardoyo meninjau Pelayanan KB Serentak di RS Tentara Bhakti Wira Tamtama Kota Semarang didampingi Wali Kota Semarang Ir Hj Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Baca juga: Buteng, Bombana, Busel 3 Tertinggi Angka Stunting di Sulawesi Tenggara, Wagub-BKKBN Minta Penurunan
Sebelum di Semarang, Hasto Wardoyo melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Demak dengan agenda pelayanan KB serentak dan memberi arahan kepada Satgas Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Demak.
Selain soal kesehatan pasangan calon pengantin, dr Hasto Wardoyo juga menyampaikan penyebab-penyebab stunting dengan gaya dialog.
“Jadi penyebab stunting, kurang gizi, kurang sehat, dan kurang apalagi, sinten sing ngertos (siapa yang tahu)?” tanya dr Hasto Wardoyo.
Salah satu peserta yang menjawab kurang kasih sayang atau kurang perhatian. "Njih seratus! Tepatnya kurang perhatian. Parenting-nya kurang baik," sambut pria kelahiran 1964 ini dengan senyum khasnya.
Selanjutnya, Hasto meminta 156 orang hadirin yang tergabung dalam TPK untuk memahami bahwa ikan lele lebih baik dari daging sapi.
Baca juga: Susun Strategi Penurunan Angka Stunting 2023 di Sulawesi Tenggara, BKKBN Kampanye Bersama Mitra
“Lele niku protein tinggi. Lele niku pun murah tur gampang tur bergizi (Lele itu sudah murah juga mudah dan bergizi)," jelas Kepala BKKBN.
Menurutnya, yang membuat lele lebih bagus dari daging sapi adalah karena ikan lele mengandung DHA dan Omega 3 yang mencerdaskan otak bayi.
Selain lele, ikan asin atau gereh juga tidak bisa dipandang sepele karena mengandung kalsium yang diperlukan oleh seorang ibu hamil.
Kepala BKKBN juga mengingatkan akan khasiat daun kelor, di mana daun kelor dibandingkan tomat dan wortel lebih tinggi kandungan kalsiumnya.
“Daun kelor meniko sae sanget (daun kelor itu sangat baik), karena mengandung protein-protein yang menyerupai protein hewani. Cara memasaknya dengan membuang batangnya, hanya daunnya saja (yang diolah)," jelas Hasto.
Baca juga: BKKBN Bahas Isu Kekerasan Berbasis Gender dan Pemberdayaan Pemuda di Pertemuan Parlemen Asia-Arab
Menurut dr Hasto Wardoyo, kandungan protein tinggi akan mencegah tiga dampak stunting yaitu pendek, tidak cerdas, dan mudah sakit.
Untuk bayi yang sudah lahir, tidak boleh terlewat imunisasi wajib. Imunisasi lengkap didukung dengan lingkungan bersih akan menghindarkan dari bayi yang sakit-sakitan, terutama diare.
“Jika anak sering diare, berat badan tidak naik, tiga bulan berat tidak naik, tinggi badan tidak bertambah. Anak terindikasi stunting,” kata dokter spesialis obgyn ini.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Rahayu menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala BKKBN yang berkenan menyemangati TPK peserta orientasi hari ini dengan memaparkan materi secara langsung.
Wali Kota yang akrab disapa Mbak Ita ini mengatakan selama periode tanggal 2 hingga 21 Maret 2023 akan diadakan pelatihan TPK yang seluruh pembiayaannya berasal dari BKKBN.
Baca juga: BKKBN Sultra Tutup Tahun 2022 Optimis Capaian Penurunan Angka Pravelensi Stunting Hingga 2 Persen
Secara keseluruhan peserta pelatihan tersebut berjumlah 3.822 orang yang terdiri dari unsur bidan, unsur TP PKK, dan unsur kader KB.
"Kerja keras dari teman-teman semua, seluruh stakeholder juga, telah mendapatkan apresiasi dari Pak Hasto. Kota Semarang mencapai 10,9 persen penurunan stunting adalah wujud dari bergerak bersama,” kata Ita.
Menurut Ita, Kota Semarang sudah memiliki Kebun Gizi dan Rumah Pelangi Nusantara untuk penanganan percepatan penurunan stunting.
“Dengan support Kepala BKKBN, Menteri PPPA meresmikan Rumah Pelita untuk anak-anak stunting dan baduta. Di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Gunungpati telah diresmikan rumah Pelita kedua dan lokasi - lokasi selanjutnya akan menyusul," ujarnya.
"Moga-moga di Kota Semarang angka stunting turun menjadi nol persen dengan inovasi-inovasi terbaru,” tutur penulis Buku Resep Masakan Baduta dan Ibu Hamil Untuk Generasi Emas Indonesia tersebut.
Baca juga: Sukses Turunkan Angka Stunting Jadi 2,19 Persen, BKKBN Apresiasi Kader KB hingga Bidan di Muara Enim
Ita mengatakan di Kecamatan Gajahmungkur terdapat 60 kasus anak stunting, tetapi saat ini jumlah tersebut telah turun menjadi 40 kasus.
"Untuk penanganan stunting dilakukan dari hulu ke hilir, dan tidak dimulai sejak bayi lahir," ujar Wali Kota Semarang.
Pemerintah Kota Semarang dalam hal ini Dinas Kesehatan selanjutnya akan melakukan pemberian gizi kepada anak-anak SMP, sebagai wujud upaya pencegahan stunting yang dimulai sedini mungkin.
Kegiatan Orientasi Tim Pendamping Keluarga di Kota Semarang turut dihadiri Direktur Bina Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN Martin Suanta, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang dr Lilik Faridah.
Lalu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah drg Widwiono, dan Ketua Tim Kerja KBKR Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Agoes Poedjianto, dan Camat Gajahmungkur Ade Bhakti Ariawan. (*)