Dalam perkembangan terbaru, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memberi penjelasan terkait penyebab terjadinya cuara ekstrem tersebut.
Penjelasan itu disampaikan Kepala Stasiun Maritim dan Klimatologi Kendari, Sugeng Widarko, pada Minggu malam.
Menurutnya, hujan keras dan angin kencang di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut diakibatkan perlambatan kecepatan angin dan konvergensi atau berkumpulnya massa udara basah di atas wilayah Provinsi Sultra.
Ditambah kondisi kelembaban lapisan udara atas serta labilitas udara yang cukup tinggi di wilayah ini.
“Terdapat perlambatan kecepatan angin dan konvergensi (berkumpulnya massa udara basah) di atas wilayah Sultra,” tulisnya melalui pesan WhatsApp Messenger.
“Ditambah kondisi kelembaban lapisan udara atas serta labilitas udara yang cukup tinggi di wilayah Sultra,” jelasnya menambahkan.
Imbauan BMKG
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, merilis peringatan dini gelombang tinggi di sejumlah wilayah di perairan Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dalam rilis yang diterbitkan pada Jumat (03/03/2023) tersebut, BMKG menjelaskan bahwa ancaman gelombang tinggi di perairan Sultra akan berlangsung hingga 6 Maret 2023.
"Pola angin umumnya dari Barat Daya - Barat Laut dengan kecepatan 2- 20 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan Baubau bagian selatan, Perairan selatan Wakatobi, dan Laut Banda Timur Sultra bagian selatan," bunyi peringatan dari BMKG tersebut.
Dalam kondisi ini, BMKG meminta masyarakat di pesisir laut yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar berhati-hati.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," pinta BMKG.
Tinggi gelombang 1,25 - 2,5 meter (sedang) berpeluang terjadei di:
- Perairan Banggai bagian utara.
- Perairan Baubau bagian utara dan selatan.