Meski demikian masih ada beberapa wilayah di Kota Kendari yang masih bebas kasus DBD, seperti di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua, Puskesmas Abeli dan Puskesmas Nambo.
Ellfi menjelaskan semua kasus kematian di 2022 ini diakibatkan karena keterlambatan penanganan ke fasilitas pelayanan kesehatan selanjutnya atau rujukan.
Menurutnya masih banyak masyarakat tidak menyadari gejala ketika terkena DBD atau kebanyakan anak yang mengalami DBD, hingga terlambat membawa ke fasilitas kesehatan dengan kondisi sudah shock berat.
Akibatnya, dengan keterlambatan penanganan itu mengakibatkan si pasien meninggal.
"Ketika sudah didiagnosa DBD, seharusnya dirawat di rumah sakit menjalani penanganan untuk meningkatkan kadar trombosit dalam darahnya," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya terus mengimbau warga untuk tetap menerapkan dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat.
Termasuk segera datang ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat ketika mengalami gejala demam.
"Apalagi di musim pancaroba ini, jika mengalami gejala demam sebaiknya tidak membiarkan kejadian ini di rumah."
"Apalagi jika demamnya sudah lebih dari 3 hari, untuk memastikan jangan sampai memang ada indikasi yang mengarah ke penyakit DBD," tutupnya.
(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)