3. Menganut sistem kasta
Suku Buton menganut sistem kasta yang hanya diterapkan pada tata pemerintahan dan keagamaan saja.
Kasta tersebut adalah Kaomu (bangsawan keturunan raja atau sultan), Walaka (pejabat kerajaan keturunan kerajaan), Papara (pejabat dari rakyat biasa), dan Babatua (budak).
Ada juga kasta Analaki dan Limbo (kasta Kaomu dan Walaka yang diturunkan derajatnya karena melakukan kesalahan).
4. Tradisi imunisasi tradisional
Pedole-dole Sesuai pelaksanaannya, tradisi Pedole-dole dalam bahasa Buton berarti diguling-gulingkan.
Balita atau anak yang menjalani ritual pengobatan ini akan diguling-gulingkan di atas daun pisang yang diberi minyak kelapa hingga seluruh tubuhnya dilumuri minyak.
Pedole-dole bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak, sehingga disebut cara imunisasi tradisional.
5. Memiliki benteng terluas di dunia
Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio merupakan warisan sejarah yang mulai dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III yang bernama La Sangaji.
Susunan batu kapur yang tadinya menjadi pembatas antara kompleks instan dengan perkampungan tersebut menjadi pelindung Kesultanan Buton dari serangan musuh.
Benteng Keraton Buton seluas 23,375 hektar dengan keliling 2.740 meterini menyandang rekor benteng terluas di dunia versi Guinness World Record. (*)
(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)
Sebagaian artikel ini bersumber dari Kompas.com dari artikel berjulu "5 Fakta Menarik Suku Buton, dari Pesona Mata Biru hingga Benteng Terluas di Dunia"