Hari Kartini 2022

Makna Hari Kartini Bagi Ketua HIPMI Kendari Sasmita, Keseimbangan Emansipasi dan Kodrat Wanita

Penulis: Muh Ridwan Kadir
Editor: Sitti Nurmalasari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makna Hari Kartini Bagi Ketua HIPMI Kendari Sasmita, Keseimbangan Emansipasi dan Kodrat Wanita

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Ketua Himpunan Pengusaha Indonesia (HIPMI) Kota Kendari, Sasmita Sugiardi mengatakan Hari Kartini wajib disyukuri oleh kaum wanita.

Hal tersebut disampaikannya dalam Tribun Spesial Hari Kartini dengan tajuk Entrepreneur Massa Kini di kanal YouTube Tribunnews Sultra, Kamis (21/4/2022).

Sasmita menuturkan hal tersebut sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas Pahlawan Nasional Indonesia Raden Ayu Kartini.

Katanya atas jasa pahlawan Kartini tersebut yang membuat emansipasi wanita atau kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam segala aspek.

"Walau demikian perlu ditekankan lagi, saat ini banyak orang terutama kaum perempuan yang salah artikan terkait apa itu emansipasi wanita," ucap Sasmita.

Baca juga: Hari Kartini 2022: Cerita Inspiratif Anita Pengemudi Ojol Wanita di Kendari, Berawal Jual Es Kelapa

Lanjutnya, terkadang kebanyakan wanita lupa kodratnya sebagai seorang wanita, akibat dari emansipasi tersebut.

Sehingga, perlunya keseimbangan antara emansipasi yang diperjuangkan itu dengan kodrat wanita jika dilihat dari sisi agama.

"Jika dilihat dari sisi agama, wanita mau sehebat apapun, setinggi apapun derajatnya, serta sukses dalam pekerjaan, bagi wanita yang sudah menikah, suami adalah imam dan pemimpin dalam bahtera rumah tangga," tuturnya.

Sasmita mengatakan, wanita hebat merupakan seseorang yang mampu mengimbangi antara pekerjaan yang dijalani dengan statusnya sebagai istri maupun ibu.

Jika perspektif tersebut telah diketahui tiap wanita, maka mereka dapat dikatakan sebagai Kartini masa kini dan yang akan datang.

Baca juga: Hari Kartini 2022: Ini Potret Driver Ojol Wanita di Kendari Bagikan Puluhan Paket Sembako ke Warga

Menurutnya, cerminan dari Kartini saat ini seharusnya dapat membawa dampak positif bagi lingkungan maupun kehidupan.

"Wanita yang cantik bukan hanya terlihat dari segi fisik saja melainkan dapat dikatakan mereka yang berprestasi, mempunyai pemikiran yang luas, dengan begitu akan menjadi wanita luar biasa," katanya.

Soal pandangan Sasmita ke depan pada Hari Kartini kali ini, yakni dirinya mengajak kepada semua wanita untuk saling support.

Tak hanya itu saja, wanita harus menampilkan segala sesuatu yang positif bagi semua orang di sekitarnya.

"Pentingnya memberikan sesuatu yang positif karena wanita itu hebat, mereka bisa mengerjakan segala hal atau multitasking," ungkapnya.

Baca juga: Hari Kartini 21 April: Sosok Tokoh Emansipasi Wanita, Sejarah, dan Kata-kata Mutiara RA Kartini

Lanjut dia, dalam memaknai Hari Kartini ini, ia pun mengajak wanita untuk tidak saling menjatuhkan, apabila ada yang sukses maka jadikan hal tersebut sebagai suatu yang dapat memotivasi diri sendiri.

Diketahui, Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904) atau tepatnya disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.

Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Pribumi-Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan.

Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia).

Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi Bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.

Baca juga: Quotes Hari Kartini 21 April 2022, Cocok untuk Status WhatsApp hingga Story Instagram

Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama, ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Setelah bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi.

Ia bertemu dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang bertugas melaksanakan Kebijakan Etis Belanda.

Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk mendidik anak perempuan dan para perempuan. (*)

(TribunnewsSultra.com/Muh Ridwan Kadir)