Berita Kendari

Dinas Kesehatan Kendari Catat 44 Kasus DBD pada Januari-Februari 2022, Tersebar di 6 Kecamatan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari drg Rahminingrum

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Dinas Kesehatan Kota Kendari mencatat kasus demam berdarah dangue (DBD) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali terjadi pada awal 2022.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, drg Rahminingrum mengatakan kasus DBD di Kota Kendari sejak Januari-Februari 2022 mencapai 44 kasus.

Di mana kasus tertinggi tercatat terjadi di Kecamatan Wua-Wua sebanyak 11 kasus, disusul Kecamatan Kendari Barat sebanyak 10 kasus, dan Kecamatan Kadia total 7 kasus DBD.

Selanjutnya, Kecamatan Puuwatu dan Kecamatan Baruga masing-masing tercatat 6 kasus DBD, Kecamatan Poasia kasus DBD terendah yakni 4 kasus.

drg Rahminingrum mengatakan DBD sudah menjadi endemi di Kota Kendari lantaran penyakit ini sering muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu.

Baca juga: JSIT Sultra Jadi Pilihan Orangtua Sekolahkan Anak, Terapkan Kurikulum Nasional dan Berbasis Agama

"Ya selama musim penghujan di Kota Kendari, penyakit yang biasanya diantisipasi atau biasanya mengalami kenaikan tren ya demam berdarah," kata drg Rahminingrum.

Ia mengatakan kunci agar terhindar dari DBD adalah menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah, utamanya tidak menyisakan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk.

Karena nyamuk bisa menjadi vektor penularan DBD dari satu orang ke orang lainnya jika di lingkungan terdapat orang yang sakit DBD, yang berarti ada virus dangue.

Sehingga, kata drg Rahminingrum, jika di sekelilingnya ada jentik nyamuk, bisa dipastikan terjadi proses penularan.

"Pastikan setiap rumah atau sekeliling mereka tidak ada jentik nyamuk. Karena itu yang menjadi bakal setelah satu pekan kemudian menjadi nyamuk," ujarnya.

Baca juga: Pemerintah Kabupaten Konawe Gelar Apel Pasukan Siaga, Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi

Tentunya, Dinkes Kota Kendari selalu melakukan sosialisasi dan mengimbau kepada masyarakat agar lebih menjaga kebersihan lingkungan.

Sebab, meskipun jika di sekitar ada penderita DBD dan tidak ada jentik nyamuk, tentunya tidak akan ada juga proses penularan.

Kasus DBD tentunya harus menjadi kepedulian dan perhatian masyarakat di kala masuk musim penghujan.

Kata dia, karena akan banyak genangan air yang lepas dari pantauan yang bisa menjadi sarang jentik nyamuk.

"Tentunya pada saat masuk musim hujan, kita harus membersihkan lingkungan, menguras dan menutup wadah air, agar tidak ada sarang dan jentik nyamuk,” ucap drg Rahminingrum.

Baca juga: DPRD Kendari Minta Pemkot Beri Sanksi Pedagang yang Diduga Menimbun Minyak Goreng

Ia menyampaikan untuk kasus meninggal karena DBD hingga saat ini tidak ada. Diharapkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama membersihkan lingkungan guna memberantas DBD.

Sementara fogging, kata dia, bukanlah hal utama yang perlu dilakukan, sebab banyak bahan-bahan yang terkandung dalam fogging tidak baik bagi kesehatan jika terlalu sering digunakan.

"Kecuali di situ ada laporan kasus DBD, dan banyak sarang nyamuk kami turun fogging, tapi itu upaya terakhir, utamakan dulu bersihkan lingkungan," ujarnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)