Takut Negara Lain Ikut Perang, NATO Tolak Campur Tangan dalam Invasi Rusia ke Ukraina

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebut pihaknya menolak campur tangan atau intervensi invasi Rusia di Ukraina, termasuk dengan permintaan atas zona larangan terbang.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - NATO memutuskan untuk menolak campur tangan invasi Rusia di Ukraina, termasuk dengan zona larangan terbang.

Pada Jumat (4/3/2022) para menteri luar negeri NATO mengadakan pertemuan di Brussel, Ibu Kota Belgia guna membahas tentang tanggapan terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Serta membicarakan mengenai perkembangan situasi pengungsi yang di Eropa.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari The New York Times, dalam perundingan itu para menteri luar negeri NATO pun menolak segala kemungkinan intervensi terhadap pasukan militer Rusia di Ukraina, baik di darat maupun di udara.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

Baca juga: NATO dan Uni Eropa Tak Tepati Janji Kirim Jet Tempur, Enggan Jadi Bagian dari Perang Rusia - Ukraina

“Sekutu setuju kita tidak boleh memiliki pesawat NATO yang beroperasi di wilayah udara Ukraina atau pasukan NATO yang beroperasi di wilayah Ukraina,” tegas Stoltenberg saat jumpa pers setelah pertemuan dengan para menteri luar negeri NATO, Jumat (4/3/2022).

Sebelumnya, pejabat Ukraina telah menyerukan zona larangan terbang di atas wilayah udara negaranya.

Tetapi NATO menolak karena takut hal itu dapat menarik negara-negara anggota ke dalam perang dengan Rusia.

“Kami memahami keputusasaan (Ukraina), tetapi jika kami melakukan itu (intervensi), kami akan berakhir dengan sesuatu yang dapat menyebabkan perang penuh di Eropa yang melibatkan lebih banyak negara dan lebih banyak penderitaan,” jelas Stoltenberg.

Meski begitu, Stoltenberg mengaku bahwa pihaknya tetap mendukung upaya Ukraina untuk melawan serangan militer Rusia.

Baca juga: Cegah Perang Rusia Vs Ukraina Meluas ke Negara Sekutu, NATO Kirim Ribuan Tentara dan 100 Jet Tempur

“Kami akan memberikan dukungan, tetapi kami tidak akan menjadi bagian dari konflik.” lanjutnya.

Di sisi lain, sekutu setuju untuk meningkatkan dukungan mereka untuk negara-negara lain yang terancam oleh subversi bahkan aksi militer Rusia.

Stoltenberg pun meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang.

Serta setidaknya untuk memungkinkan penciptaan koridor kemanusiaan bagi warga sipil yang menderita di Ukraina.

“Ini adalah perang Presiden Putin, yang telah dia pilih, rencanakan, dan sedang dilakukan melawan negara yang damai,” beber Stoltenberg.

Baca juga: UPDATE TERKINI Ukraina Pukul Mundur Rusia, Sekolah Hancur dan Guru Tewas, NATO Kirim 100 Jet Tempur

“Kami meminta Presiden Putin untuk segera menghentikan perang ini, menarik semua pasukannya tanpa syarat dan terlibat dalam diplomasi sejati sekarang.” sambungnya.

Stoltenberg juga mengatakan bahwa NATO telah memverifikasi penggunaan bom cluster Rusia di Ukraina.

“Kami telah melihat penggunaan bom curah, dan kami telah melihat laporan penggunaan senjata jenis lain yang melanggar hukum internasional,” sebut Stoltenberg.

Munisi tandan anti-personil merupakan roket, rudal, peluru artileri dan bom yang menyebarkan sejumlah besar bahan peledak kecil di area yang luas.

Senjata itu dimaksudkan untuk menyerang formasi infanteri.

Baca juga: SITUASI TERKINI Perang Rusia Vs Ukraina, Seruan Vladimir Putin Lanjut Lawan NATO & Ancaman Joe Biden

Adapun Konvensi Munisi Tandan, sebuah perjanjian yang melarang senjata semacam itu, mulai berlaku pada Agustus 2010.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba, meminta bantuan kepada menlu dari 30 negara aliansi, ditambah dari Swedia dan Finlandia untuk melawan pasukan militer Rusia.

“Negara kita siap berperang. Kami terus memerangi invasi Rusia, tetapi kami membutuhkan bantuan segera dalam memukul mundur serangan udara Rusia,” ujar Kuleba seperti yang dikutip Ukrayinska Pravda.

“Jika Anda tidak melakukan ini, Anda harus berbagi tanggung jawab atas kehidupan dan penderitaan penduduk sipil Ukraina yang terbunuh oleh serangan roket dari pesawat Rusia.” terangnya.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)