Polisi Diserbu 70-an Orang hingga Terluka Parah, Rumah dan Mobil Ikut Remuk, Ada Suara Tembakan

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penganiayaan

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Sekelompok orang yang berjumah sekitar 70 menyerang dengan brutal seorang anggota polisi Polsek Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari Tribun-Medan.com, seorang anggota polisi yang menjadi korban tersebut yakni Aipda Eko Sugiawan.

Kediaman kakak Aipda Eko di Jalan Setia Budi, Perumahan Kalpatara Indah, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan diserbu puluhan orang pada Jumat (22/10/2021).

Aksi brutal itu mengakibatkan Aipda Eko terluka bersimbah darah karena dibacok oleh massa.

Baca juga: Polisi Tewas Terlindas Truk saat Bertugas, Istri Syok Buka HP Suami yang Ketinggalan Ada Ucapan Duka

Rumah dan mobil milik kakaknya pun turut hancur akibat penyerangan itu.

Kronologi lengkap

Kejadian bermula ketika Edi Susanto, kakak Aipda Eko Sugiawan, dan yang juga merupakan suami dari Polwan Aiptu Surya Ningsih, menyewakan truk kepada seseorang berinisial DK.

Edi sendiri sudah mengenal DK, karena sebelumya DK pernah menyewa truk pada Edi.

"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, nggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).

Baca juga: Video Viral Istri Polisi Pamer Uang di TikTok, Kapolda Sumut: Hati-hati Menggunakan Jari

DK ingin menyewa sejumlah tujuh unit truk, namun karena Edi tidak memiliki truk sebanyak itu, ia pun mencarikan ke temannya, Pohan dan Anto.

"Saya bilang sama dia unit saya enggak ada. Kalau bisa saya bantu satu unit. Jadi saya telepon kawan saya. Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," ujar Edi.

Edi menyebutkan harga sewa truk per harinya yaitu Rp 900 ribu untuk satu unit truk.

DK menyetujui harga tersebut dan berniat menyewa ketujuh unit truk itu selama enam hari.

Baca juga: Perampokan di Toko, Pelaku 3 Orang Bawa Pistol Arahkan ke Pedagang dan Pembeli hingga Lepas Tembakan

DK berkata kepada Edi bahwa truk itu akan digunakan untuk bekerja bersama dengan salah satu ketua Organisasi Masyarakat (Ormas) di Langkat.

"Dia bilang kerja sama dengan ketua Ormas sana, mau nimbun PKS. Sama kita ya terserah yang penting bayar uang rental," tutur Edi.

Kemudian pada sore harinya datang seseorang yang disebut sebagai anggota Ormas tersebut menggunakan mobil.

Baca juga: Rachel Vennya Dipanggil Polisi Lagi Hari Ini setelah Kasus Dinaikkan, Kuasa Hukum: Dia Taat Hukum

"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas ini. DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua Ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," jelas Edi.

Edi menerima uang sewa sebesar Rp 37,8 juta karena DK menyewa tujuh unit truk selama enam hari.

"Besoknya berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang. Ketemulah sama mereka di sana," ungkap Edi.

Tidak jadi sewa picu cekcok

Dua hari setelah itu, DK tiba-tiba menghubungi Edi dan berkata bahwa DK tidak sanggup dan meminta pembatalan sewa.

"Dipulangkan semua karena enggak sanggup bayar rental, hari rabu pulang semua. Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia nggak datang," terang Edi.

Lalu, esok harinya ada anggota Ormas yang datang ke kantor Edi dan memaki-makinya.

Tidak lama dari itu pun DK datang untuk menyelesaikan permasalahan rental truk.

Edi dan DK saling berdebat hingga akhirnya DK menyarankan supaya uang sewa dikembalikan.

"Karena kondisi kejepit, DK lah yang menyarankan upaya dipulangkan. Dibayarlah Pohan terutang Rp 8,55 juta, Anto Rp 7,225 juta, karena uang mereka kurang jadi kutalangin," ujar Edi.

Edi juga mengungkapkan bahwa setelah itu, ia tiba-tiba kembali didatangi oleh anggota Ormas itu untuk protes karena ada selisih hitungan pengembalian uang.

"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," jelas Edi.

Masih tidak terima, anggota ormas tersebut mengikuti Edi hingga sampai rumahnya.

Percekcokan pun terjadi di rumah Edi.

Dua orang karyawan Edi kemudian datang dan perkelahian pun terjadi antara karyawan Edi dengan anggota Ormas itu.

Edi mencoba melerai perkelahian tersebut dan mengusir anggota Ormas itu.

"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.

Seusai itu Edi menghubungi adiknya, Aipda Eko, bermaksud untuk menemuinya di Kantor Polisi Sektor Medan Timur, tempat dinas adiknya.

"Jumpalah kami di kantor, ceritalah sama dia terkait masalah ini," ujarnya.

Di tengah pembicaraan, tiba-tiba istri Edi, Aiptu Surya Ningsih memberi kabar bahwa rumahnya kini diserang puluhan orang.

Mendengar hal itu pun, Edi dan Aipda Eko langsung pulang ke rumah Edi.

"Pukul 21.56 WIB masuk telepon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya mobil semua penuh," terang Edi.

Saat Edi menepi di komplek perumahannya, ia mendengar dua kali letusan senjata api.

"Jadi mereka sudah siap merusak rumah. Saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api," jelasnya.

Polisi ikut diserang

Seusai melakukan pengerusakan, puluhan mobil milik massa yang menyerangnya tersebut keluar dari kawasan kompleknya.

Saat keluar mobil Edi pun tak luput diserang oleh massa.

Yang lebih mengerikan lagi, adiknya, Aipda Eko juga menjadi sasaran puluhan orang ini.

"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Pakai samurai, ditombak juga mobil saya tapi saya menghindari. Saya lihat adik saya sudah di kejar pakai kelewang," ujar Edi.

Ketika ia berhasil masuk ke dalam komplek, puluhan orang ini langsung pergi dan tidak mengejar lagi.

Tetapi, adiknya terkena bacokan dan telah bersimbah darah.

Ia pun langsung melaporkan hal tersebut ke Polsek Medan Helvetia.

"Saya lihat adik saya udah berdarah semua. Selesai itu buat laporan ke Polsek Helvetia, tapi sudah ditarik ke Polrestabes Medan," katanya.

Polsek Medan Helvetia melimpahkan kasus tersebut ke Polrestabes Medan.

Diketahui bahwa Kapolsek Medan Helvetia Kompol Pardamean Hutahaean dan Kanit Reskrim Polsek Medan Helvetia Iptu Theo belum memberikan tanggapan terkait peristiwa penyerangan ini.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar) (Tribun-Medan.com/Alfiansyah)