TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Banyak anak pengungsi gempa Sulawesi Barat yang mulai terserang penyakit.
Hal ini diungkapkan relawan Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulawesi Selatan.
Relawan menemui para korban gempa yang mengungsi di Kabupaten Polewali Mamasa (Polmas), Sulawesi Barat, Kamis (21/1/2021).
Baca juga: Baru Menikah Desember, Suami Jadi Korban Longsor Malang: Jenazah Diduga Roland Ditemukan Mengambang
Para korban asal Desa Mekkatta Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene.
Korban gempa ini juga mengungsi ke Kabupaten tetangga di Kelurahan Tinambung, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).
Alasan mereka keluar dari daerah terdampak gempa karena khawatir dengan gempa susulan yang setiap saat datang mengancam.
"Para pengungsi ini memilih mengungsi ke Tinambung Polmas karena mereka tidak tenang di sana, setiap saat terjadi gempa susulan," kata Sahidah Hamid menghubungi Tribun Timur.com.
Korban gempa dari Desa Mekkatta Malunda Kabupaten Majene ini sebanyak 39 KK dengan jumlah pengungsi sebanyak 180 jiwa yang sebagian di antaranya adalah anak-anak dan balita.
Baca juga: Tunda Pernikahan karena Gempa di Sulbar, Calon Mempelai Pria Pilih Jadi Relawan
Ada 20 orang balita dan enam orang anak-anak selebihnya adalah orang dewasa.
Mereka menempati 3 lokasi pengungsian antara lain di SMK, SMU Layonga dan di Kandeapi.
Di tempat itu, mereka menempati emperan teras sekolah, juga mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan.
Kondisi mereka saat ini cukup memprihatinkan. Di samping sanitasi yang buruk, air bersih, juga tidur beralaskan apa adanya.
Bahkan beberapa anak mulai terserang penyakit. Termasuk protokol kesehatan tidak menjadi prioritas di pengungsian itu.
Tim relawan Kopel di lokasi pengungsian menemukan anak-anak dan balita sedang sakit.
Mereka terpaksa hanya dibiarkan terbaring di lantai dengan alas seadanya bersama ratusan pengungsi yang lain.