Kuliner Khas Sulawesi Tenggara
Kambuse, Sinonggi, Lapa-Lapa Akan Jadi Sajian Tamu di Hotel Saat Rakornas PHD dan STQH di Kendari
Kambuse, Sinonggi, hingga Lapa-lapa akan menjadi sajian khas bagi ribuan tamu yang hadir di Rakornas Produk Hukum Daerah dan STQH Nasional di Kendari
Penulis: Dewi Lestari | Editor: Amelda Devi Indriyani
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI – Kambuse, Sinonggi, hingga Lapa-lapa akan menjadi sajian khas bagi ribuan tamu yang hadir pada Rakornas Produk Hukum Daerah (PHD), serta Seleksi Tilawatil Quran dan Musabaqah Hadis (STQH) Nasional di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Tahun 2025, Provinsi Sultra terpilih menjadi tuan rumah untuk Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PHD, dan STQH Nasional 2025.
Rakornas PHD dijadwalkan berlangsung 26–27 Agustus 2025, sedangkan STQH dijadwalkan pada Oktober 2025.
Baca juga: Gula Kalupu Oleh-oleh Manis Jajanan Khas Sulawesi Tenggara, Bahan dan Cara Membuat
Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Hugua, mengatakan pihaknya telah meminta pengelola hotel dan restoran untuk menyiapkan menu tradisional sebagai identitas daerah.
Hal itu sekaligus menjadi cara memperkenalkan kuliner khas Sultra kepada tamu dari seluruh Indonesia.
“Kami sepakat makanan tradisional akan kami tampilkan sebagai identitas daerah ini,” ujar Hugua, Rabu (20/8/2025).

Makanan tradisional yang disajikan mulai dari Kambuse, kuliner khas Kabupaten Muna berbahan dasar jagung tua kering.
Kambuse dimasak menggunakan campuran kapur yang disebut ghevi, lalu bulir jagung tua dicuci bersih dan direbus kembali, sering dijadikan sebagai makanan pokok pengganti nasi.
Rasanya yang agak hambar sehingga cocok disantap bersama lauk pauk seperti ikan ataupun beragam olahan sayur.
Ada pula Lapa-lapa kuliner khas dari Muna dan Kepulauan Buton, terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama santan, bawang merah, dan garam.
Beras ketan yang sudah berbumbu itu dibungkus menggunakan daun kelapa berbentuk lonjong lalu dimasak hingga menyerupai lontong.
Rasanya yang gurih dan tekstur pulen, lapa-lapa kerap dijadikan pengganti nasi dalam sajian utama.
Lapa-lapa biasa disajikan di berbagai momen spesial, seperti hari raya besar Islam, acara syukuran, hingga kegiatan adat.
Baca juga: Gurihnya Kapusu Nosu Kuliner Khas Kepulauan Buton Sulawesi Tenggara, Pilihan Makanan Pengganti Nasi
Selain itu, ada pula Sinonggi kuliner khas Sultra berbahan dasar sagu yang menjadi primadona masyarakat Tolaki, banyak dijumpai di Kota Kendari, ibu kota Provinsi Sultra.
Sinonggi bertekstur kenyal putih dan rasanya hambar menjadi makanan pokok pengganti nasi.
Biasa disantap bersama ikan palumara, ayam tawaloho, cumi kuah hitam, kambatu (daging khas yang dipanggang lalu ditumis), kabengga, hingga pokea.
Dengan hidanagn pelengkap seperti sayur bening bayam yang dicampur terong, okra ataupun pasele (jagung kecil).
Cara makan Sinonggi cukup unik, karena sagu yang sudah disiram air panas akan mengental lalu digulung sesuai selera menggunakan sepasang sumpit dan disimpan di piring yang sudah berkuah.
Jarak Raha, ibu kota Muna ke Kepulauan Buton, tepatnya di Kota Baubau sebagai kota terbesar di Buton berkisar 107,43 kilometer.
Dapat ditempuh melalui jalur darat dari Pelabuhan Nusantara Raha ke Pelabuhan Murhum dengan waktu perjalanan sekira 4 jam.
Sementara dari Kota Kendari, dapat ditempuh melalui jalur penyeberangan laut dari Pelabuhan Nusantara Kendari atau Pelabuhan Torobulu Konawe Selatan ke Pelabuhan Nusantara Raha atau Pelabuhan Tampo Muna naik kapal ferry dengan waktu perjalanan sekira 3-5 jam.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) itu menyampaikan selain kuliner, Pemprov Sultra juga memastikan kesiapan akomodasi dengan menyediakan sekitar 3.400 kamar hotel dan homestay.
Fasilitas ini tersebar mulai dari hotel bintang satu hingga bintang lima, termasuk homestay yang memiliki pelayanan baik.
Menurutnya, pelayanan ramah, kenyamanan, serta kebersihan kamar harus menjadi prioritas.
Ia juga mengingatkan pengelola hotel agar tidak menaikkan harga secara berlebihan.
Kenaikan tarif hanya boleh maksimal 30 persen.
“Dari kesiapan hotel, kami tidak gila-gilaan menaikkan tarif karena kita harus menghormati tamu,” jelas mantan Bupati Wakatobi dua periode itu.
Baca juga: Ikan Dole Kuliner Khas Buton Sulawesi Tenggara, Renyah dan Lembut Bisa Jadi Camilan serta Lauk
Rakornas PHD diperkirakan akan dihadiri dua menteri, pejabat kementerian, gubernur, wakil gubernur, sekda, kepala biro hukum, serta sekwan dari berbagai provinsi.
Sementara peserta STQH Nasional yang telah terkonfirmasi mencapai 3.387 orang.
Mereka terdiri dari Presiden RI dan rombongan, menteri, anggota DPR dan DPD RI, duta besar, serta pejabat eselon I kementerian.
“Untuk tamu VVIP sebanyak 140 orang akan ditempatkan di Hotel Claro, Same Hotel, dan Swiss-Belhotel,” kata Analis Kebijakan Ahli Madya Biro Kesra, Nurhayati.
Selain itu, tamu VIP meliputi gubernur, ketua DPRD, Kepala Kanwil Kemenag, dan Ketua LPTQ dari seluruh provinsi dengan total 222 orang.
Ditambah rombongan dewan hakim dan panitia pusat 150 orang, kafilah STQH se-Indonesia 2.775 orang, serta 100 panitia dan petugas musabaqah. (*)
(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)