Berita Sulawesi Tenggara
7 Gua di Sulawesi Tenggara, Liang Kabori, Matarombeo, Lanto hingga Koo, Lengkap Rute Perjalanan
Pulau Sulawesi bagian Tenggara ini memiliki beragam destinasi wisata, mulai dari pantai, pulau, gunung, air terjun, air panas, hingga gua.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sederet destinasi wisata gua di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Pulau Sulawesi bagian Tenggara ini memiliki beragam destinasi wisata, mulai dari pantai, pulau, gunung, air terjun, air panas, hingga gua.
Sultra memiliki 15 kabupaten dan 2 kota, hampir diseluruh wilayahnya memiliki destinasi wisata yang dikunjungi.
Namun dalam artikel ini akan menyajikan informai terkait destinasi wisata gua.
Melansir dari berbagai sumber, TribunnewsSultra.com hanya merangkum 7 gua yang ada di Sultra.
Baca juga: Rekomendasi 4 Tempat Wisata di Buton Tengah Tak Boleh Dilewatkan, Surga Tersembunyi Negeri 1000 Gua
Berikut destinasi wisata 7 gua di Sulawesi Tenggara.
1 Gua Lanto

Gua Lanto berada di Kawasan Desa Wisata Limbo Wantiro Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau.
Untuk sampai di lokasi wisata yang masuk dalam lingkup Desa Wisata Limbo Wantiro ini cukup ditempuh dengan perjalanan selama 15 menit dari pusat Kota Baubau.
Gua yang berada dekat pemukiman warga, serta tak jauh dari jalan raya ini punya pesonanya sendiri, sebab suguhi wisata air yang memanjakan mata.
Wisata air Goa Lanto ini berada tepat di bawah pemukiman rumah warga Waromusio, Kota Baubau.
Namun bagi wisatawan yang datang harus membawa alat menyelamnya sendiri.
Anggota Pokdarwis Limbo Wantiro, Yola mengatakan Gua Lanto selalu menjadi incaran utama wisatawan yang hendak menjelajahi wisata air.
Baca juga: Keunikan Kawasan Karts Muna Sultra, 28 Gua dan Ceruk Termasuk Liang Kabori, Ada Lukisan Prasejarah
"Kalau Gua Lanto pengunjungnya dari mancanegara datang untuk menyelam, menyusuri gua yang berada tepat di bawah pemukiman warga, "bebernya, Senin (3/5/2024).
Kata dia, dahulu gua tersebut menjadi tempat masyarakat mengambil air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
"Dahulu memang Gua Lanto merupakan sumber air bersih yang selalu digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari," jelasnya.
Gua dengan luas 100 meter dengan kedalaman 12 meter tersebut dianggap wisatawan sangat menantang karena terdapat banyak terminal dan channel goa.
Selain Gua Lanto, terdapat beragam gua kering maupun gua berair yang berjumlah 18 titik di wilayah desa wisata Limbo Wantiro.
2. Gua Tengkorak Matarombeo

Gua Tengkorak Matarombeo di Konawe Utara ini diketahui menyimpan sejuta misteri hingga adanya bukti arkeologis.
Salah satu yang menjadi daya tarik tersendiri untuk para pelancong berkunjung ke Konawe Utara.
Destinasi wisata Gua Tengkoak Matarombeo ini masuk dalam kawasan karst Konawe Utara, didorong untuk menjadi Geopark atau taman bumi.
Gua Tengkorak Matarombeo ini memiliki bukti-bukti arkeologis. Dilansir dari laman situs Visit Kabupaten Konawe Utara, kompleks Situs Gua Prasejarah Konawe Utara merupakan evidensi arkeologis dan faktor pemukiman maupun faktor lainnya, dimana temuan menjadi bukti aktivitas manusia masa lalu.
Balai Arkeologi Makassar dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sultra pernah melakukan penelitian pada 2009.
Mereka menemukan arkeologis yang berhasil dikumpulkan baik variabilitas, ciri maupun fungsional.
Baca juga: Pantai hingga Vila 40 Menit Dari Kendari Sulawesi Tenggara, Bisa Jadi Lokasi Liburan Akhir Pekan
Dari sinilah disimpulkan, Gua Tengkorak Matarombe sudah ada sejak prasejarah Konawe Utara yang teridentifikasi berjumlah 7 (tujuh) situs, dimanfaatkan oleh manusia pendukungnya sebagai tempat penguburan, mulai dari masa prasejarah hingga masa kemudian (sekurang-kurangnya hingga abad-15 M).
Hal ini dilihat dari jenis dan ciri-ciri benda arkeologis yang ditemukan.
Ada di permukaan gua maupun dari penggalian, seperti alat serpih, tatal batu, batu inti, beliung, gerabah, kerang dan arang, memberi keterangan bahwa sebelum menjadi lokasi penguburan situs-situs tersebut terlebih dahulu menjadi tempat bermukim.
Dari penelitian tersebut juga dilihat terkait masa hunian gua-gua prasejarah di Konawe Utara, tampaknya berlangsung secara bergelombang.
Pada dasarnya, Gua Tengkorak Matarombeo adalah satu diantara banyaknya situs yang ada di kawasan karst Matarombeo ini.
Karst Matarombeo juga masuk dalam 7 Wonder Sultra yang didorong untuk mengembangkan destinasi wisata di Sulawesi Tenggara.
Adanya, Gua Tengkorak Matarombeo ini bak menjadi bukti sejarah jejak kelompok manusia yang sudah mengenal tradisi lukis di dinding gua, seperti lukisan-lukisan gua, yang terdapat di gua Asera.
Baca juga: Wisata Kea-Kea Jadi Pilihan Liburan Keluarga, Lama Tak Terurus Kini Diserbu Warga saat Libur Lebaran
Tradisi melukis ini oleh para ahli di tempatkan pada masa Mesolitik (40.000-10.000 tahun yang lalu) yang didukung oleh kelompok manusia dari ras Austro-Melanid.
Situs Gua Tengkorak Matarombeo adalah sebaran situs gua prasejarah yang berada di belantara Konawe Utara yang banyak menyimpan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan pada kawasan karst daerah ini.
Kepala Dinas Pariwisata Sultra, Belli Tombili juga menjelaskan jika gua tengkorak Matarombeo ini hanya dapat dijelajahi peneliti.
Hal ini guna menjaga kelestarian lingkungan dan kerusakan terhadap lukisan purba didalam Gua Tengkorak Matarombeo.
"Kalau untuk ke Matarombeo kita arahkan untuk wisata minat khusus bagi yang ingin mengeksplor gua," katanya, Minggu (7/8/2022).
"Sebaiknya wisata yang seperti itu tidak dibuat dalam konsep tourism. Semua orang nanti berkunjung kesana dan khawatirnya bisa mengganggu kebersihan. Lalu merusak lukisan purba itu sendiri," jelasnya
"Mungkin hanya orang-orang khusus saja yang bisa kesana. Memang berminat untuk meneliti secara langsung," sambungnya.
Baca juga: Mengintip Kapal Boti di Desa Wisata Bahari Buton Selatan Sulawesi Tenggara, Pembuatan hingga Monumen
Meski begitu, pesona Matarombeo ini telah ditetapkan dalam peraturan gubernur melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 310 Tahun 2022, sebagai salah satu tujuh destinasi wisata unggulan penyangga Wakatobi.
Untuk menuju ke hutan hijau ini pun masih terbatas, dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.
3. Gua Air Kontamale

Di Pulau Wangiwangi Kabupaten Wakatobi terdapat sejumlah destinasi gua air yang berada di tengah-tengah kota.
Pulau Wangiwangi adalah ibu kota Kabupaten Wakatobi.
Permandian Kontamale Kabupaten Wakatobi ini memiliki air payau yang jernih.
Selain itu gugusan tebing yang menghiasi bibir atas permandian ini semakin menunjukan keindahannya bagi siapa saja yang berkunjung.
Permandian ini berlokasi di Jalan Poros Wandoka Lingkungan Teekosapi, Kelurahan Pongo, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Menuju ke lokasi permandian berupa goa ini hanya membutuhkan waktu sekira 15 menit dari Pelabuhan Wanci. dan sekitar 30 menit dari Bandara Matahora Wakatobi menggunakan kendaraan roda dua.
Namun, saat akan menikmati lokasi wisata ini, alangkah baiknya anda dapat membawa sedikit uang guna keperluan berbekal diri untuk menjajal kuliner yang ada saat kelaparan.
Pada saat weekend, gIa air Kontamale ini begitu ramai pengunjung.
Baca juga: Pesona Eksotis Air Terjun Tetewa Desa Alaaha, Wisata Alam Tersembunyi di Kolaka Timur Sultra
4. Gua Kota Langgai

Gua Kota Langgai berada di wilayah Kelurahan Lembo, Kabupaten Konawe Utara.
Gua Kota Langgai ini sudah ada sejak terbentuknya kampung Lembo.
Masyarakat adat Kelurahan Lembo meyakini bahwa Gua Kota Langgai sudah dipelihara dan dilestarikan leluhur terdahulu.
5. Kawasan Karts Pulau Muna

Kawasan karts pulau Muna ini memiliki sejumlah keunikan dari geowisata lainnya yang ada di beberapa lokasi di Indonesia.
Obyek geowisata kawasan karts pulau Muna ini masuk dalam 'Seven Wonders' atau 7 keajaiban wisata Sultra, yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 310 Tahun 2022.
Kawasan karts pulau Muna ini diusung oleh Pemerintah Provinsi Sultra menjadi Geopark atau taman bumi.
Beberapa di antara kawasan karts Muna yang kini menjadi lokasi wisata di antaranya berada di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga.
Wisata Puncak Masalili tersebut bisa diakses menggunakan kendaraan sekitar 30 menit dari Raha, ibu kota Kabupaten Muna.
Sementara untuk kawasan prasejarah Gua/Liang Kabori di Desa Liangkabori, Kecamatan Lohia, juga bisa diakses dari pusat Kota Raha.
Dengan menempuh jarak sekitar 15 kilometer dan waktu sekiranya 15-20 menit.
Baca juga: Permandian Taman Loka Mandiri di Konawe Sultra, Tempat Wisata Keluarga Bernuansa Pulau Dewata
Khusus Kabupaten Muna, sebuah pulau yang terpisah dari daratan utama provinsi Sulawesi Tenggara, maka bisa diakses dengan menggunakan kapal penyeberangan dari Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara.
Di mana, untuk penyebrangan dari Kendari ke Pulau Muna, pengunjung bisa menyiapkan ongkos penyebrangan dari Pelabuhan Nusantara Kendari sekiranya Rp160 ribu per orang per tiket.
Dikutip TribunnewsSultra.com dari laman esdm.go.id, Pulau Muna di Provinsi Sultra hampir seluruhnya tersusun oleh batu gamping berumur pleistosen (sekitar 1,8 juta tahun yang lalu).
Batu gamping ini diperkirakan dari Formasi Wapulaka, seperti terlihat pada tebing-tebing batu gamping di sepanjang pantai.
Batu gamping tersebut merupakan terumbu karang yang terangkat dan sekarang membentuk kawasan karts yang luas.
Karst Muna memiliki ciri tersendiri pada proses pembentukannya, selain juga ditandai adanya stalaktit dan stalakmit yang telah menyatu di Gua Liang Metanduno.
Wilayah karst biasanya berbukit-bukit dengan banyak gua.
Begitupun dengan kawasan karts pulau Muna, bahkan beberapa gua memiliki ceruk yang cukup luas dan ada mata airnya.
Beberapa di antara kawasan karts Muna yang kini menjadi lokasi wisata di antaranya berada di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga.
Adapula lokasi wisata prasejarah gua/liang kabori di Desa Liangkabori, Kecamatan Lohia yang luasnya sekira 7 ribuan hektare.
Untuk kawasan karts di Kabori bentuk guanya seperti bukit-bukit bersusun seperti menara, di mana masing-masing lokasinya terpisah.
Tampak lukisan di salah satu dinding gua di kawasan wisata gua prasejarah Liang Kabori Muna (kiri). Gerbang masuk kawasan wisata gua prasejarah liang kabori di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)
Di kawasan karst pulau Muna tersebar gua-gua dan ceruk yang menyimpan jejak peradaban manusia masa lampau.
Terlihat pada lukisan tua prasejarah yang dapat kita temui di dinding gua dan ceruk ini.
Baca juga: Desa Labengki Konawe Utara Lolos 50 Besar Desa Wisata Terbaik ADWI 2024, Satu-satunya dari Sultra
Lukisan itu diperkirakan berumur ribuan tahun. Lukisan prasejarah itu beragam dan berbeda di setiap guanya.
Ada lukisan yang menggambarkan orang menunggangi kuda, sekelompok orang berburu, orang memegang tombak, beberapa jenis hewan, salah satunya yang terlihat seperti sapi atau anoa.
Ada gambar matahari, perahu, orang bermain layangan yang kemungkinan menjadi salah satu bukti bahwa layangan Kaghati kolope yang ada di Muna merupakan layangan tertua di dunia.
Berdasarkan informasi pada papan Peta Situasi Kawasan Gua Prasejarah Liang Kabori yang ada di area kawasan wisata, disebutkan ada 28 titik lokasi yang dapat dikunjungi.
Peta situasi tersebut menjelaskan lokasi masing-masing titik dengan mengurutkannya menggunakan angka.
Diurutan pertama ada Ceruk Lasabo, kemudian Ceruk Latanggara, Ceruk Wabose, Gua Latoko, Ceruk Lakhuba, Ceruk Lauhu, Gua Metanduno.
Ceruk Idhamalanga, Gua Kabori, Gua Lakolumbu, Gua Lansifora 1, Gua Lansifora 2, Ceruk Lasabo, Ceruk Kumbou/Parkir.
Gua Sugipatani, Ceruk Lapoda, Ceruk Lakantago 1, Ceruk Lakantago 2, Gua Pominsa 1, Gua Pominsa 2, Gua Kaghofogofine, Ceruk Foo 1, Ceruk Foo 2, Ceruk Foo 3.
Ceruk Lantolalaki, Ceruk Pinda, Ceruk Maarewu dan terakhir diurutan 28 ada Ceruk Melobuno.
Peta Situasi Kawasan Gua Prasejarah Liang Kabori yang sempat difoto oleh TribunnewsSultra.com ini, menunjukkan posisi nomor tujuh atau di Gua Metanduno.
Situs gua yang ada di Liang Kabori ini merupakan cagar budaya dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.
Baca juga: Pesona Desa Wisata Tangkeno Bombana Sulawesi Tenggara Bak Negeri di Awan, Kampung Tertua di Kabaena
6. Gua Koo

Titik pertama yang dikunjungi adalah Gua Koo, terletak di Desa Lakorua, Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sultra.
Akses menuju ke Gua Koo juga tudak begitu sulit, jalannya beraspal.
Tiba di Gua Koo, pengunjung disajikan dengan keindahan stalaklit yang melimpah pada berbagai titik di langit-langit gua, yang juga menjadi daya tarik saat bertandang.
Pengunjung juga diperbolehkan jika ingin turun hingga ke bibir kolam yang terdapat di dasar gua.
Kolam inilah yang menjadi salah satu sumber kehidupan warga di Kecamatan Mawasangka Tengah.
Sebagian besar warga memanfaatkan air kolam tersebut untuk dikonsumsi dalam berkehidupan sehari-hari.
Hanya saja, saat turun perlu berhati-hati.
Medannya cukup curam dan terdapat beberapa titik yang cukup licin.
Disarankan pula menghindari pengalas kaki yang licin agar tidak terjatuh saat menuju kolam di dasar gua.
Menurut keterangan warga, dulu kolam tersebut biasa dijadikan tempat untuk berenang.
Namun, semenjak air kolam tersebut dijadikan sumber air warga sekitar, maka pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang agar air tidak tercemar.
Baca juga: Jelajahi Karang Empat di Desa Wisata Ranokomea Bombana, Keindahan Laut Memukau Hipnotis Pengunjung
7. Gua Laumehe

Gua ini baru saja diresmikan April 2024 sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib kamu kunjungi.
Gua Laumehe terletak di Desa Wantopi, Kecamatan Mawasangka Timur.
Dari Pantai Mutiara ke Gua Laumehe diperlukan waktu tempuh sekira 25 menit.
Setelah memarkirkan kendaraan di Desa Wantopi, pengunjung perlu berjalan kaki untuk sampai di mulut gua.
Sebelum masuk, pengunjung diwajibkan menggunakan helm demi keamanan.
Biaya masuk sekali sesi, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp25.000.
Satu sesi diberi waktu sekitar 30 menit dengan maksimal 20 orang.
Namun jika tidak ramai, waktunya bisa lebih.
Di sana juga sudah tersedia pemandu wisata yang akan mengantarkan pengunjung melakukan eksplore di dalam gua.
Juga memberi petunjuk titik-titik terbaik untuk berswafoto.
Tenang saja, medan di gua kali ini tidak sesulit Gua Koo.
Akses jalan kaki menuju mulut gua lebih mudah karena pemerintah telah membenahi akses jalan bukan lagi bebatuan, tetapi jalan setapak serta tangga.
Saat masuk ke dalam gua, kami disambut dengan stalaklit yang melimpah, bahkan tak jarang berbentuk unik.
Tanda-tanda kehidupan dari stalaklit terlihat dari tetes air yang terdapat di ujung-ujung stalaklit.
Di dalam gua juga sudah tersedia track dan lampu penerangan yang memudahkan pengunjung menelusuri keindahan stalaklit yang masih alami.
Meski baru diresmikan, gua ini kian populer dan bisa menggaet puluhan pengunjung setiap harinya.(*)
(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani/Sri Rahayu/Harni Sumatan/)
gua
Sulawesi Tenggara
Sultra
Gua Koo
Gua Tengkorak Matarombeo
Goa Lanto
Kontamale
Gua Kota Langgai
liang kabori
Gua Laumehe
Keseruan Jelajahi Surga Wisata Buton Tengah dan Muna Saat Family Trip Bareng Jurnalis-Konten Kreator |
![]() |
---|
Rekomendasi 4 Tempat Wisata di Buton Tengah Tak Boleh Dilewatkan, Surga Tersembunyi Negeri 1000 Gua |
![]() |
---|
Mengintip Kapal Boti di Desa Wisata Bahari Buton Selatan Sulawesi Tenggara, Pembuatan hingga Monumen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.