Wawancara Khusus Tribunnews Sultra
Lika-liku Perjalanan Ruksamin-Sjafei Kahar Menuju Pilkada Sulawesi Tenggara 2024
Inilah wawancara khusus perjalanan Ruksamin dan Sjafei Kahar menuju Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Penulis: Dewi Lestari | Editor: Desi Triana Aswan
Saya terdiam, dan video call lagi sama mama saya. Mama saya bilang insyaallah nak pasti ada jalan. Tidak lama kemudian masuk waktu salat subuh. Saya salat, dan saya berdoa lagi. Lalu saya tidur.
Setelah saya bangun pukul 11.00 WITA, dipanggil teman-teman ada jadwal meeting. tetapi saya bilang kita makan dulu karena belum sarapan, habis itu kita salat.
Setelah salat zuhur, saya keluar dan bunyi handphone. Ada keputusan MK bertubi-tubi masuk. Saya baca, saya pastikan hingga tiga kali berulang saya baca.
Mungkin akan berlebihan jika saya mengatakan bahwa Pilkada kali ini di Sultra adalah Pilkada untuk Ruksamin.
4. Apakah benar yang mengusung anda adalah salah satu partai yang memperjuangkan juga putusan MK?
Ini juga bukan hal yang serta merta seperti itu. Alhamdulillah pada saat pelantikan pengurus DPW partai Gelora Sultra, saya alhamdulillah di undang.
Lalu ada acara dialog semacam seminar, saya salah satu yang membawakan materi pada kesempatan itu. Sontak pak Aliansyah menyampaikan, insyaallah pada Pilkada nanti partai gelora akan mengusung pak Ruksamin.
Jadi, setelah itu yang lebih menegangkan lagi adalah saat terjadi masalah di DPR RI, turun mahasiswa.
5. Apakah ada kode tertentu yang ingin disampaikan saat berfoto dan makan bersama dengan Bahlil Lahadalia pada saat itu?
Jadi itu fotonya adalah kejadian beberapa tahun lalu, yang kemudian dibagikan ulang. Tujuannya untuk mengucapkan selamat karena menjabat menjadi menteri ESDM.
Saat itu kita diundang se-Indonesia untuk rakor investasi di Jakarta. Setelah selesai itu, malam jumat juga kejadiannya. Sebelumnya saya menelpon untuk meminta bertemu setelah salat jumat.
Kita sebagai sahabat, sama-sama juga di KAHMI. Kemudian beliau ajak makan sampai kita berebut ikan, karena ikan itu ternyata dari kampung. Kesukaan dia, ternyata saya juga suka.
Ada tiga ekor ikan, satu-satu sudah dimakan, saya masih ingin, dia juga ingin. Saat saya mau ambil ternyata kita bersamaan, akhirnya baku potong.
Saat mau posting tiba-tiba muncul kenangan. Kita postinglah. Paling tidak sesama saudara, dia tidak asing kepada saya karena sudah saya anggap abang sendiri.
Karena memang momennya, dia baru diangkat menjadi menteri ESDM, dan besoknya lagi ternyata beliau menjadi ketua umum partai golkar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.