Telegram Trending X Gegara Sang Pendiri Ditangkap di Paris, Dituding Lakukan Penyalahgunaan Platform

Kabar terbaru dari penangkapan CEO Telegram Pavel Durov. Ia ditangkap di Paris, gegara dituding melakukan penyalahgunaan platform. 

Kolase TribunnewsSultra.com/AFP/Tribunnews.com
Berikut ini kabar terbaru dari penangkapan CEO Telegram Pavel Durov.  Ia ditangkap di Paris, gegara dituding melakukan penyalahgunaan platform. Usai ramai kabar tersebut, Telegram sampai trending X (dulu Twitter) Indonesia, Senin (26/8/2024).  Puluhan ribu cuitaran mengenai Telegram pun berseliweran di aplikasi media sosial milik, Elon Musk itu.  

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Berikut ini kabar terbaru dari penangkapan CEO Telegram Pavel Durov

Ia ditangkap di Paris, gegara dituding melakukan penyalahgunaan platform. 

Usai ramai kabar tersebut, Telegram sampai trending X (dulu Twitter) Indonesia, Senin (26/8/2024). 

Puluhan ribu cuitaran mengenai Telegram pun berseliweran di aplikasi media sosial milik, Elon Musk itu. 

Lantas apa yang terjadi dengan Telegram ? 

Seperti diketahui, Telegram merupakan salah satu aplikasi chat yang juga digunakan di Indonesia. 

Melalui aplikasi ini, pengguna dengan mudah memakainya untuk mengirim dokumen hingga file foto atau video dengan resolusi baik. 

Baca juga: Terungkap Sosok Pemeran Video Viral Gadis Bali di Twitter dan Telegram Durasi 47 Detik serta 2 Menit

Sang pendiri aplikasi, CEO Telegram, Pavel Durov saat ini mendapati kasus hukum. 

Ia bahkan ditangkap pada Sabtu (24/8/2024) malam di Paris. 

Penangkapan CEO Telegram itu karena diminta meminta pertanggungjawaban pemilik atas penyalahgunaan platform perpesanan dan media sosial.

Namun setelah kabar penangkapan CEO Telegram ramai di media sosial, pihak aplikasi lantas memberikan pernyataan. 

Di mana, dalam pernyataannya membantah atas berbagai tudingan terhadap sang bos. 

Telegram mengatakan, Durov tidak memiliki apa pun untuk disembunyikan dan tidak masuk akal. 

Terlebih, Pavel Durov memang sering berpegian ke Eropa. 

"CEO Telegram Pavel Durov tidak menyembunyikan apa pun dan sering bepergian ke Eropa," tulis Telegram dalam pernyataan tersebut, dikutip dari Reuters.

Sehingga menurut pihak Telegram, sangat mustahil jika CEO harus bertanggungjawab atas tudingan itu. 

"Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut," sambungnya.

Meski begitu, Telegram tidak memberikan rincian mengenai penangkapan pendirinya.

Namun, Telegram mengatakan perusahaan yang berpusat di Dubai itu mematuhi hukum Uni Eropa dan moderasinya sesuai standar industri serta akan terus ditingkatkan.

"Kami sedang menunggu penyelesaian segera atas situasi ini. Telegram bersama kalian semua."

Diberitakan sebelumnya, Pavel Durov ditangkap di Prancis pada Sabtu (24/8/2024) malam.

Baca juga: Video Keyskiskie Viral di TikTok, Twitter, Telegram, Berdurasi Full 2 Menit 37 Detik, Sosok Pemeran?

Penangkapan tersebut terjadi saat Durov turun dari jet pribadinya di landasan pacu bandara Le Bourget, Paris, Prancis.

"Bagian dari Direktorat nasional kepolisian yudisial Prancis (OFMIN) mengeluarkan surat perintah penangkapan Pavel Durov, seorang warga negara ganda Rusia-Prancis," ungkap seorang sumber, menurut laporan TF1.

Durov diduga melanggar sejumlah aturan terkait aplikasi Telegram, termasuk kurangnya kerja sama dengan penegak hukum, dugaan terlibat perdagangan narkoba, pelanggaran pidana pedofil, dan penipuan.

"Pavel Durov ditangkap setelah terbang dari Azerbaijan. Surat perintah penangkapan Pavel Durov hanya berlaku jika ia berada di wilayah Prancis," lapor TF1.

Lebih lanjut, surat kabar itu mengatakan, Durov telah menghindari penangkapannya di Eropa dengan terbang melalui Uni Emirat Arab, negara-negara bekas Soviet, dan Amerika Selatan.

Durov juga menghindari perjalanan melalui negara-negara tempat Telegram diawasi.

"Dia (Pavel Durov) membuat kesalahan besar malam ini," kata seorang sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut kepada TF1.

TF1 mengatakan penyidik ​​dari direktorat anti-penipuan Prancis menahan Durov dan ia akan hadir di hadapan hakim pada Sabtu malam, sebelum kemungkinan dakwaan pada Minggu.

Dugaan pelanggaran tersebut meliputi terorisme, penyediaan narkotika, penipuan, pencucian uang, penerimaan barang curian, dan lain-lain.

TF1 mengklaim pengusaha itu dapat menghadapi hukuman penjara hingga 20 tahun.

"Durov pasti akan berakhir di tahanan praperadilan," kata sumber itu kepada TF1/LCI.

Surat kabar itu mengatakan, Durov tidak berupaya meredam pelanggaran-pelanggaran tersebut di Telegram.

"Di (Telegram), ia membiarkan sejumlah pelanggaran dan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dilakukan, yang tidak ia lakukan apa pun untuk meredamnya," lanjutnya.(*)

Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia di Prancis meminta Prancis untuk membebaskan Pavel Durov dan menuduh Prancis melakukan penangkapan itu untuk mendapatkan informasi rahasia dari pengguna Telegram.

Profil

Pavel Durov, lahir di Rusia pada tahun 1984, adalah seorang pengusaha teknologi yang dikenal sebagai pendiri dan CEO Telegram.

Durov meraih ketenaran awal sebagai pendiri VKontakte, platform media sosial yang sangat populer di Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet. 

Namun, pada tahun 2014, Durov meninggalkan Rusia setelah menolak untuk memenuhi tuntutan pemerintah Rusia yang meminta penutupan komunitas oposisi di VKontakte.

Durov memindahkan pusat operasional Telegram ke Dubai pada tahun 2017 dan menjadi warga negara Prancis pada Agustus 2021. Selain itu, ia juga memiliki kewarganegaraan di St. Kitts dan Nevis, sebuah negara kepulauan di Karibia.

Keputusan untuk pindah dan memperoleh kewarganegaraan baru ini mencerminkan upayanya untuk melindungi independensi perusahaannya dari tekanan politik.

Kepopuleran dan Fungsi Telegram

Telegram, yang didirikan pada tahun 2013, merupakan platform pesan yang dikenal dengan fitur keamanan dan privasinya. 

Platform ini telah berkembang pesat dan bersaing dengan aplikasi pesan lain seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat. 

Telegram bertujuan untuk melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu dekat.

Di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet, Telegram memainkan peran penting sebagai sumber informasi, terutama dalam konteks konflik seperti perang di Ukraina. 

Aplikasi ini dianggap sebagai "medan perang virtual" di mana informasi dan propaganda disebarluaskan oleh berbagai pihak yang terlibat.

Sebagian dari artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Alasan CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Diduga Terkait Pelanggaran Aplikasi.

(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved