Berita Wakatobi

Parade 1000 Perahu Suku Bajau Wakatobi Sultra Deklarasikan Diri Jaga Kelestarian Alam dan Budaya

Suku Bajau Wakatobi Sulawesi Tenggara mendeklarasikan diri untuk berdedikasi menjaga kelestarian alam, budaya cagar biosfer dan keanekaragaman hayati

Penulis: Sugi Hartono | Editor: Amelda Devi Indriyani
Istimewa
Parade 1000 perahu Suku Bajau Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Kamis (2/5/2024) dalam rangka mendeklarasikan diri untuk berdedikasi menjaga kelestarian alam, kelestarian budaya cagar biosfer dan keanekaragaman hayati khususnya yang ada di Wakatobi. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Suku Bajau Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra) mendeklarasikan diri untuk berdedikasi menjaga kelestarian alam, budaya cagar biosfer dan keanekaragaman hayati khususnya yang ada di Wakatobi.

Pendaklarasian diri tersebut dengan dilangsungkannya beberapa tarian adat, pada Kamis (2/5/2024).

Seperti tradisi Sangal yakni bagi masyarakat Bajau merupakan tradisi memberi sedekah kepada laut karena telah diberikan harta dan rejeki yang begitu melimpah.

Kemudian dilanjutkan dengan parade 1000 perahu masyarakat Bajau di perairan Wakatobi.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Menristek, Irini Dewi Wanti mengatakan pendeklarasian dengan melibatkan Suku Bajau ini merupakan salah satu bentuk perhelatan yang mengangkat harkat dan martabat Suku Bajau di Wakatobi dan Suku Bajau dimanapun berada.

Irini mengaku sangat sering menjumpai berbagai riset dan tulisan tentang Suku Bajau yang bagus dan beranekaragam.

Baca juga: Regenerasi Suku Bajau ‘Penjaga Laut’ Wakatobi Sulawesi Tenggara Jaga Keberlanjutan Hidup dan Budaya

"Tetapi narasi-narasi tersebut tidak terimplementasi penerapannya pada masyarakat Bajau itu sendiri yang memiliki populasi sekitar 6 hingga 7 juta orang," katanya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, lanjut Irini, perlu melakukan pelibatan Suku Bajau yang lebih baik lagi ke depannya agar budaya yang mereka miliki bisa menjadi kekuatan baru sekaligus nilai tambah bagi daerah tempat mereka bermukim.

Sementara itu Bupati Wakatobi Haliana mengatakan berdasarkan pendaataan yang mereka lakukan ada 2000 jiwa Suku Bajau di Wakatobi.

"Terbagi 2 lokasi inti yakni Bajau Mola di perairan  Wangi – Wangi dan Bajau Sampela di perairan Kaledupa," katanya

Dengan adanya deklarasi ini ia menegaskan Suku Bajau akan mengambil peran utama dalam kolaborasi multipihak atau hexahelix.

"Dan masyarakat Bajau akan menempatkan alam sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka," ujar Haliana.

Seperti diketahui, Taman Nasional Wakatobi ditetapkan sebagai cagar biosfer dari UNESCO pada tahun 2012 silam.

Baca juga: Suku Bajau di Wakatobi Sultra Siap Deklarasi Jaga Budaya Cagar Biosfer dan Keanekaragaman Hayati

Ir Hugua yang saat itu menjabat sebagai Bupati Wakatobi, menerima sertifikat cagar biosfer ini yang diserahkan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan secara resmi di Lapangan Merdeka, Wangi-Wangi, Kab Wakatobi, Selasa (14/5/2013).

Hingga tahun 2024, Indonesia telah memiliki 19 cagar biosfer seluas 29.9 juta ha yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserves.

Penetapan Taman Nasional Wakatobi sebagai cagar biosferini bukan tanpa sebab.

Wakatobi merupakan cagar biosfer laut yang dimiliki Indonesia.

Zona inti cagar adalah kawasan Taman Nasional Wakatobi, yang telah ditetapkan sebagai taman nasional pada 1996 dan memiliki luas 1.390.000 hektar.

Kawasan ini terdiri dari 39 pulau, tiga gosong, serta lima atol, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Selain itu, Wakatobi juga masuk dalam peta penyebaran Suku Bajau dan cagar biosfer di Asia Tenggara.(*)

(TribunnewsSultra.com/Sugi Hartono)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved