7 Alasan Seorang Ibu Lahiran Caesar, Kenali Proses Operasi hingga Jarak Kehamilan Pasca Pemulihan
Berikut ini 7 alasan seorang ibu lahiran caesar. Kenali proses operasi hingga mengetahui jarak kehamilan pasca pemulihan.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Berikut ini 7 alasan seorang ibu lahiran caesar.
Kenali proses operasi hingga mengetahui jarak kehamilan pasca pemulihan.
Untuk diketahui, operasi caesar tak sembarangan dilakukan.
Bahkan ada beberapa hal yang menjadi alasan seorang ibu mengambil langkah untu operasi caesar.
Simak ulasannya dihimpun TribunnewsSultra.com:
Tren operasi caesar ini sekilas digambarkan lebih mudah daripada lahiran normal.
Namun perlu diketahui, bahwa baik operasi caesar ataupun lahiran normal sama-sama memiliki tingkat kesulitan.
Baca juga: Perjalanan Kehamilan Jessica Mila, Awal Diumumkan, Tak Ngidam, Selalu Merasa Sedih, Akhirnya Lahiran
Tergantung siapa yang menjalani dan mengalaminya.
Nah, apa bedanya lahiran caesar dan normal ?
Tentu sangat berbeda, jika melakukan lahiran normal, anak akan keluar dari jalan lahir.
Sedangkan untuk operasi caesar adalah proses membuat sayatan di perut dan rahim ibu hamil.
Umumnya, operasi caesar memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan melahirkan secara normal.
Meski begitu, ada beberapa kondisi yang membuat operasi caesar menjadi pilihan yang lebih aman untuk melahirkan.
Ada sejumlah alasan, wanita atau seorang ibu melahirkan caesar.
Dilansir dari Tribun Timur, telah dijelaskan, hanya beberapa kondisi khusus yang membuat operasi caesar menjadi pilihan yang lebih aman untuk melahirkan.
Melahirkan lewat operasi caesar bukannya tanpa risiko.
Tindakan ini diawali dengan pembiusan, dilanjutkan dengan membelah perut dan area rahim untuk mengeluarkan plasenta dan janin.
Karena tergolong sebagai operasi besar, maka tindakan ini juga memiliki implikasi masalah medis.
Dikutip dari lama Raising Children, berbagai komplikasi yang mungkin muncul antara lain pendarahan, pembekuan darah, infeksi pada luka dan peningkatan risiko depresi pasca bersalin.
Sayangnya, kebanyakan calon ibu harus mengambil risiko ini dan menjalani operasi karena berbagai sebab.
Seperti dikutip kompas.com dari Health Line Paranthood, ada sejumlah alasan medis yang mengharuskan operasi caesar yaitu:
1. Pembukaan yang terlalu lama
Baca juga: Video Viral Aksi Heroik Warga Tolong Ibu Melahirkan di Bebatuan Bombana Dibawa ke RS, Bayi Selamat
Operasi caesar biasanya disarankan jika proses pembukaan ibu hamil dianggap terlalu lambat dan membutuhkan waktu lama.
Kondisi ini dikhawatirkan dapat membuat ibu kelelahan atau berbahaya bagi kondisi janin.
Centers for Disease Control and Prevention, badan kesehatan di Amerika Serikat, menyebutkan pembukaan yang terlalu lama menjadi alasan terjadinya sepertiga operasi caesar di negara itu.
Terlalu lama artinya proses pembukaan selama lebih dari 20 jam atau lebih dari 14 jam untuk ibu yang sudah pernah melahirkan.
Hal ini bisa terjadi karena bayi yang terlalu besar untuk jalan lahir dan penipisan serviks yang lambat.
2. Posisi bayi tidak normal
Posisi bayi bisa menentukan proses bersalin yang harus dijalani para ibu. Untuk kelahiran vagina, kepala bayi harus berada di arah jalan lahir.
Sayangnya ada beberapa kondisi yang tidak normal sehingga operasi caesar adalah jalan terbaik.
Misalnya saja bayi sungsang dengan kaki atau pantatnya berada di jalan lahir.
Baca juga: Profil ZDL Selebgram Bunuh dan Buang Anak di Bali Demi Pacar Baru, Sempat Melahirkan Seorang Diri
Bisa juga kondisi kelahiran transversal yaitu bahu dan sisi samping tubuhnya berada di jalan lahir.
3. Cacat lahir
Dokter akan menyarankan operasi caesar jika ada indikasi janin mengalami cacat lahir.
Misalnya saja seperti kelebihan cairan di otak atau penyakit jantung bawaan, tujuannya untuk mengurangi komplikasi yang mungkin membahayakan.
4. Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu adalah hal utama dalam proses bersalin. Karena itu, ibu dengan catatan kesehatan sering disarankan bersalin melalui operasi.
Riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes gestasional merupakan beberapa di antaranya.
Selain itu, calon ibu yang mengidap HIV, herpes kelamin atau infeksi menular lainnya juga disarankan untuk menjalani CS.
5. Prolaps tali pusar
Prolaps tali pusar adalah kondisi ketika tali pusar melewati leher rahim sebelum bayi lahir.
Hal ini bisa mengurangi aliran darah ke bayi dan membahayakan kesehatan bayi.
Kondisi ini dianggap sebagai situasi darurat dan perlu ditangani segera dengan operasi.
6. Disproporsi sefalopelvis (CPD)
Ada beberapa ibu hamil yang harus merasakan CPD karena panggulnya terlalu kecil.
Kondisi ini akan menyulitkan bayi lahir melalui vagina termasuk jika kepala bayi tergolong besar.
Untuk menekan risiko bagi ibu dan janin, operasi caesar adalah jalan terbaik yang bisa diambil tim medis.
7. Plasenta bermasalah
Operasi caesar juga diperlukan jika diketahui terjadi masalah plasenta saat kehamilan.
Misalnya saja plasenta yang terletak di bawah menutupi sebagian atau seluruh serviks atau terlepas dari lapisan rahim.
American Pregnancy Association menyebutan kondisi ini cukup banyak ditemukan pada perempuan hamil. Jadi tak heran jika operasi caesar perlu dilakukan.
Jarak Kehamilan Selanjutnya
Persalinan caesar yang tidak menimbulkan rasa sakit saat proses melahirkan menjadi daya tarik perempuan untuk memilih metode melahirkan ini.
Saat kehamilan, ada kondisi-kondisi tertentu jabang bayi yang membuat perempuan sulit melahirkan lewat cara normal.
Misalnya, posisi bayi dalam keadaan sungsang atau kondisi lainnya sehingga dokter melakukan operasi caesar kepada ibu yang akan bersalin.
Namun ada risiko persalinan caesar untuk para ibu seperti operasi caesar akan meninggalkan bekas jahitan dan menjadi pertimbangan untuk kehamilan berikutnya.
Dr Ivander Utama SpoG dari RSIA Bunda Jakarta dan Morula IVF mengatakan, operasi caesar menjadi faktor penentu jarak kehamilan pada kehamilan berikutnya.
Faktor lainnya yakni dari teknik operasi caesarnya, kondisi ibu, dan penyembuhan bekas luka caesar di rahim.
“Secara umum, biasa dokter memberikan masukan yang berbeda-beda tergantung dari panduan klinis atau pun pengalaman empiris dari dokter yang bersangkutan,” kata Ivander, Jumat (15/11/2019).
Namun untuk jarak aman kehamilan dari ibu melahirkan secara cesar, kata Ivander, minimal satu tahun dari persalinan sebelumnya.
“Jarak (kehamilan) antara satu tahun hingga tiga tahun adalah jarak yang biasa dianjurkan oleh dokter,” kata Ivander.
Dr Ivander mengingatkan, sebelum merencanakan kehamilan penting melakukan persiapan prakehamilan untuk memastikan kesehatan kandungan.
“Selain itu, merencanakan kehamilan dengan baik serta kontrol pra-kehamilan (prekonsepsi) sangat penting dilakukan. Terutama untuk menilai pemulihan luka bekas sesar di rahim,” tutur Ivander. (Apfia Tioconny Billy)
(WartaKotalive.com)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.