Wawancara Khusus Tribunnews Sultra

Komika Baubau Ridho Jail Debut Layar Lebar Nasional Lewat Film Keluar Main 1994, Ini Tantangannya

Film Keluar Main 1994, menjadi film layar lebar nasional pertama yang dibintangi komika asal Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) Ridho Jail.

Penulis: Dewi Lestari | Editor: Desi Triana Aswan
Kolase TribunnewsSultra.com
Ridho Jail pemeran Pak Maman di film Keluar Main 1994 saat menjadi narasumber di Tribun Corner yang tayang di channel YouTube TribunnewsSultra.com pada Minggu (24/3/2024).  

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Keluar Main 1994, menjadi film layar lebar nasional pertama yang dibintangi komika asal Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) Ridho Jail.

Untuk diketahui, Ridho Jail tak hanya komika, namun ia juga atlet, aktor dan seorang Aparatur Sipil Negara atau ASN di Kota Baubau.

Ridho Jail mengatakan film hasil kolaborasi DL entertainment dan Finisia Production yang berbasis di Makassar ini, tidak pernah terpikirkan akan menjadi film nasional perdananya.

Pasalnya menurut Ridho Jail, aktor-aktor Makassar lebih banyak yang memiliki kemampuan dibandingkan dirinya, terlebih ia hanya mengikuti casting secara online.

"Saat mau ikut casting film ini, 80 persen saya tidak berharap bisa terlibat sebenarnya. Saya iseng-iseng klik link pendaftaran casting se-Sulawesi yang dibagikan teman," kata Ridho Jail saat menjadi narasumber di Tribun Corner yang tayang di channel YouTube TribunnewsSultra.com pada Minggu (24/3/2024). 

Namun, selang beberapa Minggu setelah casting, Ridho mendapatkan informasi bahwa ia lulus casting.

Sehingga, ia pun memanfaatkan moment berperan dalam film ini sebagai pengalaman dan pembelajaran untuk ke depannya.

Baca juga: Film The Hero Of Buton La Karambau Bakal Tayang di Bioskop Kendari, Terinspirasi Kisah Oputa Yi Koo

"Dalam film ini saya berperan sebagai Pak Maman, yang berprofesi sebagai guru olahraga," tuturnya.

Menurutnya, memerankan sosok Pak Maman menjadi guru yang marah-marah namun harus dibarengi dengan dialek Makassar, menjadi tantangan tersendiri bagi Ridho.

Ridho pun harus mendalami karakter selama berbulan-bulan, padahal proses syuting hanya berlangsung selama 20 hari.

"Kalau peran marah-marah saya sudah terbiasa, tetapi kali ini harus dibarengi dengan dialek Makassar, jadi itu sih yang menjadi tantangan bagi saya," ujarnya.

Untuk memudahkan Ridho beradaptasi dengan lingkungan Makassar, sebelumnya ia telah mencari referensi dan mempelajari terlebih dahulu terkait cara bicara orang Makassar.

Ia juga banyak belajar dari teman-teman Makassar agar bisa lebih mendalami perannya.

"Sebenarnya di dalam naskah yang diberikan itu, tidak semuanya dialek Makassar, karena kan berperan sebagai guru itu ketika berhadapan dengan siswa harus berbahasa Indonesia,"

"Hanya saja ketika berakting marah-marah, kita dituntut untuk keceplosan dengan berbicara pakai dialek Makassar," tuturnya.

Walaupun kini tengah sibuk sebagai komika dan aktor, Ridho tidak pernah lepas tanggung jawabnya sebagai ASN.

Hal tersebut ditunjukan dengan dibawanya laptop bersamanya, ketika hendak keluar daerah untuk menjadi komika maupun aktor. (*)

(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved