Sultra Memilih

AJI Kendari Pertemukan Jurnalis dan Komunitas Marjinal Bahas Pemilu Inklusif Gagas Aksi Kolektif

AJI Kendari mempertemukan sejumlah jurnalis dari berbagai media dan komunitas membahas Pemilu inklusif dan gagas aksi kolektif.

|
AJI Kendari
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari mempertemukan sejumlah jurnalis dari berbagai media dan komunitas membahas Pemilu inklusif dan gagas aksi kolektif. Pertemuan tersebut dikemas dalam kegiatan workshop bertajuk 'Membangun Narasi Pemilu Inklusif dan Aksi Kolektif' digelar Plaza Inn Kendari, Jalan Antero Hamra No.57 - 59, Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), selama dua hari yakni Sabtu dan Minggu (3-4/2/2023). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari mempertemukan sejumlah jurnalis dari berbagai media dan komunitas membahas Pemilu inklusif dan gagas aksi kolektif.

Pertemuan tersebut dikemas dalam kegiatan workshop bertajuk 'Membangun Narasi Pemilu Inklusif dan Aksi Kolektif' digelar Plaza Inn Kendari, Jalan Antero Hamra No.57 - 59, Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), selama dua hari yakni Sabtu dan Minggu (3-4/2/2023).

Ketua AJI Kendari, Rosniawati Fikri mengungkapkan perlunya kesadaran bersama terkait hak semua warga negara Indonesia dalam pelaksanaan Pemilu ini.

Terlebih, keragaman merupakan bagian dari sistem demokrasi Indonesia menjadi salah satu dorongan untuk saling menghargai, tanpa diskriminasi untuk pihak manapun baik itu politik, agama, ras, gender, dan lainnya.

"Kita perlu membangun kesadaran kolektif bila semua perbedaan harus dihormati tanpa memandang latarbelakang seseorang," jelasnya.

Workshop ini menghadirkan dua narasumber yakni Ketua Komisi Pemantau Pemilu Sultra Muh Nasir dan Pengurus AJI Indonesia Nani Afrida.

Muh Nasir pada pemaparan materinya yang pertama membahas mengenai pelanggaran pemilu yang terjadi di Sulawesi Tenggara.

Baca juga: AJI Kendari Soroti Peran Media Kawal Hak Kaum Marginal dan Minoritas dalam Pemilu

Ia mengatakan tak dipungkiri pelanggaran Pemilu sudah sangat rentan terjadi.

Misalnya saja, masalah politik uang, menjadi salah satu pelanggaran yang sangat sulit dicegah. Sebab hak suara seseorang bisa dikonversi dengan uang ratusan ribu.

"Suara warga bisa dibeli dengan uang, terbaru bansos pemerintah seolah-olah berasal dari kandidat tertentu," tuturnya, Sabtu (3/2/2024).

Ia pun mengungkapkan peran media menjadi sangat penting membangung kesadaran kepada masyarakat dengan menyebarkan informasi yang mengedukasi.

Sementara itu, pengurus AJI Indonesia, Nani Afrida mengatakan jurnalis harus menulis berita tanpa melibatkan suasana kebatinan, objektif, dan menyajikan data.

Jurnalis, kata Nani, tak hanya memberitakan sebuah masalah namun justru menyajikan solusi dengan memberi ruang pada narasumber kompeten.

"Jurnalis bila menulis berita yang sumir, itu bisa menimbulkan bias di masyarakat dan juga dosa bagi jurnalis itu sendiri. Karena harus menulis berita dengan menjelaskan secara terang akar masalah, lalu berikan solusi," paparnya.

Selain itu, Nani juga menyinggung persoalan hak-hak kelompok marjinal ataupun minoritas jarang tersentuh dalam Pemilu.

Menurutnya, perlu ada gerakan yang konsisten dilakukan agar hak politik dan memilih kelompok marjinal atau minoritas ini bisa tersalurkan dengan baik demi terciptanya Pemilu Inklusif.

"Hak dan kebutuhan warga negara itu berbeda-beda. Tidak semua harus diberikan secara rata, namun perlu dilihat kebutuhan dari yang harus dipenuhi. Setiap individu atau kelompok orang diberikan sumber daya dan peluang. Hak pilih dan untuk dipilih, sehingga kualitas demokrasi inklusif tercapai," pungkasnya.

(*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved