Sultra Memilih
Banyak Caleg Muda Maju Pemilu 2024 Sultra, Pengamat Politik Najib Husain Bagi Tips Bisa Bersaing
Pesta demokrasi Pemilu 2024, banyak kalangan anak muda atau kader baru maju sebagai bakal calon anggota legislatif atau bacaleg.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Muhammad Israjab
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Salah satu pengamat politik Sulawesi Tenggara (Sultra) Dr H M Najib Husain bagi tips bagi kader-kader muda terjun ke dunia politik.
Diketahui pada pesta demokrasi Pemilu 2024, banyak kalangan anak muda atau kader baru maju sebagai bakal calon anggota legislatif atau bacaleg.
Tentu menurut Najib, hal itu menjadi warna baru perpolitikan di Sulawesi Tenggara.
Namun Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan, Fisip UHO Kendari ini mengatakan para kader muda punya tantangan berat, karena harus menghadapi para incumbent.
Baca juga: Pendaftaran Bacaleg Pemilu 2024 Resmi Berakhir, KPU Kolaka Sebut Partai Garuda Pendaftar Terakhir
"Para incumbent sudah pasti mempunyai pengalaman dan portofolio selama 5 tahun menjabat di legislatif."
"Tinggal bagaimana meyakinkan pemilih-pemilih kemarin (incumbent) bisa lebih bagus bekerja," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (23/5/2023).
Meskipun demikian, Najib menyebut para pendatang baru tersebut tetap mempunyai peluang.
Mereka harus bisa memberikan keyakinan, sebagian orang baru juga mempunyai energi baru.
Bahkan bisa lebih bagus dalam bekerja, dibandingkan anggota dewan sebelumnya.
Baca juga: DPC Gerindra se-Sultra Solid Menangkan Pemilu 2024 di Sulawesi Tenggara, Dukung Ketua Andi Ady Aksar
Apalagi para pendatang baru ini belum memiliki alat ukur, sehingga bisa membawa isu tentang perubahan dan isu tentang perbaikan.
"Nah kalau anggota dewan sebelumnya kan kemungkinan besar ada alat ukur, apa janji-janji politiknya kemarin dan apa yang tidak dijalankan," bebernya.
Untuk itu, menurutnya caleg-caleg muda ini harus lebih banyak melakukan sosialisasi sebagai bentuk pendekatan dengan pemilih, menghilangkan jarak antara pemilih dan caleg sehingga ada interaksi untuk mengetahui visi misi.
"Karena tidak bisa terpilih apabila ada jarak antara pemilih dengan caleg."
"Tidak bisa hanya sekedar pasang baliho lalu tidak ada interaksi dengan para pemilih. Interaksi bukan dalam artian memberikan uang, bukan seperti itu."
"Tapi bagaimana mereka bisa turun ke lapangan dan jeli melihat apa yang menjadi problem di masyarakat. Jadi visi dan misi mereka ke depan itu sesuai kebutuhan masyarakat hari ini," jelasnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/A.elda Devi Indriyani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.